Instagram Reels dan Rel Konten Media

Instagram Reels (Sumber Foto : trendingph.net)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Persaingan antar platform media sosial terus terjadi di era digital seperti saat ini. Apalagi masa pandemi membuat masyarakat banyak melakukan kegiatan dari rumah. Sehingga banyak konten bermunculan dari rumah pada berbagai platform media sosial.

Sebut saja Instagram (IG), Facebook (FB), Twitter, TikTok, dan sebagainya. Dari platform-platform tersebut terus diperbarui fasilitas-fasilitas untuk usernya. 

Misalnya dari Facebook menyediakan layanan tambahan musik pada kolom storynya. Instagram semakin apik dengan tambahan Reels, story dengan musik, Live IG dengan berbagai keunikan filternya. Selain itu TikTok juga dengan berbagai terobosannya.

Fenomena fitur sosial yang semakin berkembang diibaratkan dua pemuda memperebutkan seorang gadis cantik. Masing-masing pemuda bersaing menawarkan apa yang dia miliki untuk menggaet perhatian sang gadis. Semua dilakukan atas dasar spekulasi untuk meraih harapan.

Yang terjadi, pemuda menawarkan coklat, karena sang gadis suka camilan itu. Pemuda lainnya menawarkan keju, karena sang gadis juga menyukai rasa keju itu. Keduanya berspekulasi untuk mencuri perhatian dan beradu keberuntungan.

Bisa jadi, sang gadis akan memilih satu dari dua pemuda itu. Sebaliknya, sang gadis bisa memilih keduanya. Sebab, orientasi yang diharapkan dari sang gadis adalah siapa pun yang bisa memenuhi keinginannya, maka dialah yang dipilih.

Begitu juga dengan konten media sosial. Sebut saja Instagram alias IG dan TikTok. Keduanya sedang bersaing untuk memikat para penggunanya. Impact yang diharapkan, jumlah pengguna masing-masing media sosial atau justru keduanya meningkat.

Prediksi yang diharapkan, IG yang mengeluarkan fitur Reels akan mendongkrak jumlah user. Begitu juga sebaliknya, TikTok memiliki harapan yang sama. Tapi, fakta di lapangan sering meleset dari prediksi. Sebab, banyak user media sosial yang tidak berorientasi pada sikap fanatisme. Mereka berpikiran sama dengan Sang Gadis, yakni menjadikan media sosial sebagai tool untuk memenuhi kebutuhannya. Yakni personal branding.

Inovasi dan Adaptasi Teknologi Informasi Penting Bagi Program PKK

Fitur baru Instagram Reels yang sekarang sedang tren dan ramai dibicarakan. Fitur ini baru saja dirilis di Indonesia dan sudah dinikmati oleh para pengguna Instagram pada 24 Juni 2021. Tak hanya masyarakat awam, tetapi influencer, selebriti, dan tokoh-tokoh penting mulai melirik menggunakan Reels.

Melansir The Verge, pengguna bisa mengunggah video pendek yang disematkan suara atau musik tertentu di Instagram Reels. Kemudian video pendek tersebut bisa dibagikan kepada pengikut atau followers, bahkan secara acak kepada pengguna lainnya.

Bukan Cuma Denny Sumargo, Farhat Abbas Juga Polisikan Pablo Benua

Keunikan Instagram Reels ini memungkinkan penggunanya untuk merekam video hingga 15-30 detik disertai menambahkan musik yang sedang popular. Banyak musik yang bisa dicari dan digunakan para penggunanya. Sebelum memulai video pun juga ada time menghitung mundur dari 3 dan 10 detik. Tidak hanya itu, terdapat pula efek dan filter sehingga membuat video lebih menarik.

Instagram reels disebut-sebut memiliki fungsi yang sama dengan media sosial TikTok. Dalam hal privasi, para pengguna bisa mengatur Reels agar dapat dilihat publik, konsumsi pribadi atau hanya bisa dilihat oleh teman layaknya pada aplikasi TikTok. Saat membuka pengaturan Reels untuk publik, itu berarti Reels dapat dilihat oleh orang lain atau secara acak.

Transformasi Teknologi di Dunia Pendidikan

Serupa tapi tak sama, itulah yang saat ini tampak antara Instagram Reels dan TikTok. Jika pengguna Instagram menginginkan konten informatif, disertai hiburan musik dan filter, tanpa perlu mendownload aplikasi lain sudah langsung bisa memanfaatkan layanan Reels ini.

Meski keduanya nampak identik, namun TikTok dan Instagram Reels memiliki sejumlah perbedaan, misalnya dari segi durasi konten yang ditawarkan. Jika di TikTok kamu bisa membuat video dalam 30-60 detik lebih lama, maka Instagram Reels hanya maksimal 30 detik. Tentu ini menjadi pembeda yang cukup signifikan dan mempengaruhi bagaimana kreator berkreasi.

Perbedaan lainnya yang tampak yaitu dari segi tampilan. Meski sama-sama memiliki empat tab, namun susunan tab dari kedua layanan ini berbeda. Keempat tab di Instagram Reels terdiri dari Home, Search, Shop, dan Profil. Sementara TikTok memiliki empat tab yang mencakup Home, Search, Inbox, dan Profil.

Ada sedikit perbedaan yang terlihat di halaman editing "Post" dari keduanya. Di TikTok, pengguna diberikan banyak opsi di antaranya membuat caption, mengatur cover video, Tag Friends, Hastags, Draft, Share To, Save to Device, mematikan kolom komentar, Stitch, Duet, dan membatasi siapa saja yang bisa melihat konten tersebut.

Sementara di Instagram Reels, hanya mencakup sejumlah opsi seperti Caption, mengatur cover video, Tag People, Save Draft, dan memilih apakah konten tersebut hanya akan diunggah di Reels atau sekaligus di Feeds, Stories, dan Close Friends.

Saya merupakan pengguna Instagram merasakan sangat dimanjakan dengan layanan-layanan kreatif yang diluncurkan bagi user. Layanannya pun sangat user friendly, mudah digunakan. Jika selama ini terbiasa menampilkan foto atau video pada Instagram, tetapi dengan Instagram Reels ini seperti paket komplit. Foto bisa ditampilkan seperti slideshow dengan 10 foto maksimal, kemudian diselipi musik dan tulisan di dalamnya.

Apalagi bekerja sebagai humas pemerintah, Instagram Reels ini sangat mendukung profesi kami. Para humas pemerintah bisa mulai menggunakan Instagram Reels untuk menyampaikan informasi secara kreatif, memanfaatkan audio visual, meskipun dibatasi durasi. 

Namun sayangnya Instagram Reels begitu diposting sebagai feed, tidak bisa diedit kembali. Sehingga ketika dijumpai salah penulisan caption harus mengulangi kembali proses pembuatan Instagram Reelsnya lagi.

Bagi penyedia jasa konten, mereka perang fitur, tapi bagi user, mereka semakin memanfaatkan keunikan fitur sesuai dengan kebutuhan.

Jadi, persaingan mereka belum tentu mempengaruhi penyerapan pasar atau user. Sebab, user TikTok, sebagian besar adalah user Instagram.

Ini karena IG dan TikTok hanya sarana, sesuai peruntukannya. Misalnya, Koki masak, adakalanya pakai pisau daging, ada kalanya pisau sayur. Semua bergantung kebutuhannya.

Yang dicari IG dan TikTok sebenarnya bukan seberapa besar akun yang mendownload. Tapi Big Data yang terserap. Berapa orang, usia berapa, jam berapa mereka melihat, berapa menit mereka berinteraksi dalam sehari, konten apa yang disajikan.

Kalau TikTok, genre musik apa yang disukai, gerakan model apa. Lalu di komentar, diserap tema apa yang menjadi bahasan user. Yang trending. Kemudian dikerucutkan lagi, kalau politik, siapa tokoh yang sering disebut dan sebagainya.

Instagram dan juga TikTok sama-sama unik dan memiliki fitur dan kasus penggunaan khusus masing-masing. Jika Anda yakin dapat mengembangkan strategi yang berkorelasi dengannya. Atau bahkan kedua platform ini, Anda dapat mencobanya.

Seperti rel yang memanjang, Instagram Reels akan mendapatkan jalan panjangnya sendiri untuk mendapatkan penggunanya. Apalagi Instagram Reels baru saja dirilis dan tentu masih akan ada banyak pengembangan yang dilakukan pemiliknya, Instagram. Selain itu, menarik juga untuk melihat apa yang akan direspons TikTok setelah rilisnya Instagram Reels. (Penulis: I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom, Jabatan: Pranata Humas Ahli Pertama Biro Administrasi Pimpinan Setda Prov. Jatim)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.