Cara Salman Aristo Hidupkan Suasana Development Room

Ilustrasi diskusi Development Room (Source: pixabay/StartupStockPhotos)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Tak jarang masyarakat keliru mengartikan peran produser di dapur perfilman. Ada yang mengatakan produser adalah orang yang mendanai semua biaya perfilman, ada pula yang berpikir produser adalah dia yang punya dapur perfilman.

Bahkan, seringkali khalayak hanya mengenal sosok sutradara daripada produsernya, karena pikirnya sutradara yang banyak terlibat dalam pembuatan film. Padahal sebenarnya, sosok produser lebih penting dan bahkan merupakan kunci dari kelayakan suatu film untuk ditayangkan.

Lalu sebenarnya apa itu produser film? Apa yang mereka lakukan sehingga dapat memproduksi film yang menarik khalayak? Seorang produser yang karyanya sempat terkenal di kalangan remaja, dengan judul Dua Garis Biru membagikan perspektifnya menjadi produser yang ideal serta kiat-kiat untuk memiliki sifat-sifat seorang produser.

“Kalau kita nonton film skenarionya jelek, akting pemainnya jelek, jangan salahin dulu sutradaranya, pemain, penulis skenarionya, nanti dulu. Salahin dulu produsernya” jelas Salman Aristo, produser film Dua Garis Biru, pada Selasa (20/04) secara virtual.

Ia menjelaskan bahwa produser berperan sebagai konseptor yang memiliki visi dalam film yang akan diproduksi. Seringkali penonton kurang memahami kerja dibalik produksi perfilman, acapkali penonton menyalahkan pemain dan juga sutradara yang membuat film menjadi buruk. Padahal, yang perlu dipertanyakan tentang hal ini adalah produsernya karena semua keputusan yang diambil sebelum film itu ditayangkan ditentukan oleh produser.

Ranah kerja produser amat luas, ia bertanggung jawab pada semua hal dalam produksi film. Ia berusaha mencari peluang dan bisnis yang memungkinkan untuk menjual filmnya. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa seni perfilman juga melekat dengan unsur bisnis. Karena sama halnya seperti memproduksi barang-barang, maka berkaitan pula dengan pasar massal.

Film yang diproduksi ini akan dinikmati oleh khalayak ramai, maka itu produser pun harus bisa menggaet penonton dengan cerita yang memikat. Produser harus bisa menentukan tema, premis, karakter, dan plot. Tentu saja, bisa menjelaskan dengan cara apa dan seperti apa cerita ini akan ditayangkan dalam film. Ini menuntut produser untuk harus bisa membaca skenario cerita agar dapat melihat unsur seni dan peluang bisnisnya.

Menentukan pemain juga menjadi tanggung jawab produser. Terutama dapat dengan cermat dan mengenali talenta yang tepat untuk memilih pemain dalam produksi filmnya. Menurut Salman Aristo, pemain yang baik bukan ditentukan dari seberapa banyak penggemarnya, keterkenalannya, ataupun followers Instagramnya. Semua harus murni dilihat dari potensi yang dimiliki seorang aktor.

Meski banyak sekali tanggung jawab yang dipegang, bukan berarti produser bekerja sendiri. Produser akan selalu dibantu oleh timnya untuk terus berkoordinasi terkait hal-hal yang dilakukan dalam produksi film yang telah disebutkan di atas. Salman lebih menekankan kepada bagaimana seorang produser ini mampu menghidupkan suasana di development room dan juga kerja sama tim yang baik. Sehingga film yang baik juga dapat dihasilkan dengan mudah.

Menurut Salman, seorang produser justru tidak boleh memberikan komentar layaknya penonton saja, tapi perlu memiliki dasar-dasar yang kuat terutama dalam membangun kritik supaya dapat menghasilkan jalan keluar dan solusi dibalik suatu permasalahan. Oleh karena itu, sifat kepemimpinan dan kemampuan manajemen yang baik adalah sifat-sifat ideal yang harus ada pada seorang produser. Supaya ­development room tadi tidak malah berubah menjadi “development hell”.

“Kuncinya adalah memiliki empati,” ungkap Salman mengenai kondisi ruang development yang sehat dalam proses produksi film.

Empati yang dimaksud Salman terdiri dari beberapa poin yaitu, produser perlu mengenali cara kerja rekan timnya, mengetahui seperti apa karakter mereka. Lalu, mengetahui hak-hak pekerja pada umumnya supaya hak pekerja tidak dicurangi. Selanjutnya, produser juga perlu tahu kondisi pekerjanya mulai dari keahlian mereka, kondisi fisik dan mental, serta energi yang mereka miliki.

Yang terakhir, sedikit sulit untuk dilakukan, karena harus bisa menentukan kapan kita bertindak baik dan bertindak benar. Namun, produser perlu memahami ini dan berhati-hati dalam mempraktikannya. Produser tidak bisa terus bertindak baik bila sesuatu yang salah terjadi dan melakukan pembiaran.

“Development room harus menjadi ruang yang nyaman dan aman. Karena di ruangan ini akan menjadi tempat orang mengeluarkan isi hatinya dan pemikirannya tanpa membuat mereka menerima judgement,” tambah Salman.

Dinamika yang terjadi dalam produksi film, bagi Salman juga mempengaruhi karya yang diproduksi tim. Maka dari itu ia menekankan bahwa pekerjaan produser ini tidak sekedar berhadapan dengan cerita, plot atau unsur teknis lain dalam film, tetapi hubungan kerja sama dengan rekan sekerja menjadi kunci kesuksesan produksi film.

Integrasi Teknologi dan Pendidikan untuk Mendongkrak Kualitas SDM

Menyampaikan kritik dan komentar pun, produser perlu berhati-hati agar tidak menyinggung atau melukai perasaan rekan kerja. Perlu ada diskusi mendalam untuk menyamakan pemikiran agar sepaham sehingga pada akhirnya tim produksi memiliki visi yang sama dalam melakukan proses produksi film.

Hal-hal yang disebutkan Salman Aristo pada dasarnya dapat pula dilakukan dalam konteks apapun supaya adanya hubungan yang harmonis dengan sesama dan mampu membuahkan hasil yang manis yang dapat dinikmati khalayak atau orang banyak.

Apakah laptopmu Terus-Menerus di Mode Sleep? Simak Bahaya Performa dan Keamanannya yang Perlu Kamu Waspadai!
Jade 2024

Hadirkan Inovasi Teknologi Terkini, Ratusan Perusahaan Hadir di Jade 2024

Dalam laporannya, drg. Yeni Yuliani , M.M., MARS selaku Ketua Pelaksana, Jakarta Dental Exhibition International ini bertujuan untuk menghubungkan para .

img_title
VIVA.co.id
21 November 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.