Mentauladani Perjuangan Para Pejuang Asing di Indonesia
- vstory
VIVA – Sejarah Indonesia mencatat, bahwa kontribusi para pejuang asing dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia usai dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan tidaklah dianggap sepele.
Generasi saat ini mungkin tidak mengenal para pejuang dari legiun asing tersebut. Diantaranya ada Yang Chil Seoung dari Korea, Aoki, Hasegawa, Shigeru Ono dari Jepang, Abdullah Sattar dari Pakistan, Jhon Edward dari Inggris hingga Besin dari legiun Gurkha India.
Tentu masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Hal ini didasari atas kepedulian dan rasa simpati mereka terhadap upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya itu, keahlian yang dimiliki para desersi tentara asing tersebut sangatlah berguna bagi para pejuang yang minim pengalaman militer dan bertempur.
Sebutlah Yang Chil Sung, seorang prajurit rekuitmen asal Korea yang ahli dalam merakit bom. Keahliannya bertempur bersama pasukan gerilya Papak di Garut hingga Tasikmalaya membuatnya menjadi buronan paling dicari oleh Belanda.
Penghancuran jembatan Cimanuk atas aksinya membuatnya dijatuhi hukuman mati tatkala berhasil ditangkap oleh Belanda pada 1949. Ia menghacurkan jembatan Cimanuk guna menghalau pasukan Belanda yang datang untuk menguasai Garut, Jawa Barat.
Lain hal dengan Shigeru Ono, tercatat sebagai legiun gerilyawan Jepang di Malang, Jawa Timur. Para pasukan Jepang dibawah komandonya lebih memilih bergabung dengan pasukan Republik daripada menyerah kepada Belanda.
Kelihaiannya dalam spionase dan strategi perang mampu menjadikannya sebagai salah seorang penulis buku Metode Perang Gerilya. Tulisannya ia dedikasikan untuk milter Indonesia agar dapat mengambil teori-teori tentang pertempuran.
Berbeda dengan Abdullah Sattar di Medan, Sumatera Utara. Ia memilih untuk bergabung dengan pasukan Republik tatkala harus menghadapi pasukan Islam yang notabene sebagai agamanya. Ia enggan berhadapan dengan saudara seimannya di Medan.
Pilihannya untuk memberikan suplay senjata kepada para pejuang Republik, mengharuskan ia ikut bergerilya akibat status buronannya oleh tentara Sekutu di Medan.
Sama halnya dengan Jhon Edward dari legiun Ted Kelly Inggris yang menguasai Medan. Ia memutuskan untuk bergabung tatkala melihat kekejaman tentara Inggris dalam memberlakukan pengadilan perang bagi rakyat Indonesia.
Tidak hanya pejuang yang dieksekusi, tetapi juga para penduduk yang tidak berdosa, baik itu perempuan dan anak-anak. Bergabungnya dengan para pejuang di Medan tentu memberikan semangat tempur pasukan pejuang menjadi lebih militan.
Sekiranya, kontribusi para pejuang asing bagi upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dapat memberikan inspirasi bagi kaum muda saat ini. Tidak hanya sekedar mencintai ikon-ikon negara lain, tanpa memahami sejarah yang saling berkaitan dan berhubungan.
Semoga kita dapat terus menghargai apa yang telah para pahlawan berikan kepada kita saat ini. Walau perayaan kemerdekaan kali ini tetap dilakukan di rumah, tetapi semangat kemerdekaan jangan sampai hilang ditelan wabah.