Jejak Bung Karno di Butta Salewangang Maros Sulsel

Bung Karno saat mampir di Maros (Nur Terbit/dok Muh Makmur)
Sumber :
  • vstory

VIVA -- Inilah bingkai kecil sejarah berdirinya Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Tidak menyangka kalau kakek kami: Abdul Rivai Daeng Marala, Gallarrang Sudiang, ternyata pernah menjadi salah satu bagian dari anggota Panitia Persiapan Kabupaten Maros.

Abdul Rivai Daeng Marala, semasa hidupnya selain Gallarrang -- perangkat pemerintahan Kerajaan Gowa setingkat camat -- juga pernah menjabat sebagai Kepala Distrik, lalu Camat Mandai setelah Maros resmi jadi kabupaten yang berdiri sendiri.

Itu sebabnya, setiap kali digelar peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Maros, Abdul Rivai Daeng Marala sering diundang hadir. Sertifikat dan piagam juga diterima dari Pemerintah Kabupaten Maros.

Gubernur Sulawesi Selatan Prof. Dr. Ir. HM Nurdin Abdullah, M.Agr hari ini, Jum'at 26 Pebruari 2021, telah melantik sebelas Bupati dan Wakilnya yang terpilih saat Pilkada Serentak 2020 atas nama Presiden Republik Indonesia, salah satunya adalah Bupati dan Wakil Bupati Maros.

Lainnya adalah Bupati Gowa, Bulukumba, Kepulauan Selayar, Pangkajene Kepulauan, Barru, Soppeng, Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu Timur dan Kota Makassar.

BINGKAI KECIL SEJARAH MAROS

Mungkin masih banyak yang belum tahu, sejarah berdirinya Kabupaten Maros. Terutama anak generasi milenial sekarang ini. Yang mengejutkan adalah, ada jejak Soekarno (Bung Karno), Presiden RI pertama di "Butta Salewangang" -- nama lain dari Tanah Maros.

Fakta sejarahnya begini : Pada tanggal 25 Juli 1956, DPRDS swatantra Makassar memutuskan menggabungkan tiga kewedanaan yaitu Maros, Pangkajene dan Pulau-pulau dengan rencana ibu kotanya "Pangkajene".

Tanggal 26 Agustus 1956, Rakyat Maros melalui federasi Toddo'Limayya, Lebbo'Tengngae, Gallarang Appaka, Parpol dan beberapa Organisasi Massa mengadakan Konferensi yang melahirkan satu mosi yang mengusulkan "Maros" sebagai Ibu Kota Kabupaten.

Harian Marhaen terbitan pada tahun 1957 menuliskan bahwa mosi hasil konferensi 26 Agustus tersebut dibawa oleh Utusan Maros yang diwakili H. A. Mapparessa Dg. Sitaba (Karaeng Turikale) dan H. A. Siradjuddin Dg. Maggading (Karaeng Simbang) menghadap Gubernur Militer Andi Pangerang Petta Rani di Makassar.

Pada saat pertemuan yang berlangsung kurang lebih 2 jam, Gubernur didampingi oleh residen Abd. Razak Dg. Patunru dan Kabag Otonomi/Desentralisasi menerima utusan dari Maros yang membawa mosi hasil konferensi.

Resolusi yang diperhadapkan tersebut bertujuan bilamana tuntutan "Maros" sebagai Ibu Kota Kabupaten tidak terpenuhi, maka badan yang telah dibentuk akan memperjuangkan Maros "sebagai kabupaten tersendiri".

Badan yang dibentuk tersebut dinamakan "Panitia Persiapan Kabupaten Maros". Susunan Panitia Persiapan Kabupaten Maros :

Ketua Umum :
H. A. Mapparessa Dg.Sitaba (Karaeng Turikale VII).
Ketua I : A. Abd. Rahman Dg. Mamangung (ex. KPN Maros).
Ketua II : Intje Mannambai Ibrahim (KPN Maros).
Penulis I : Djaya Amir Dg. Ngalle (unsur Parpol).
Penulis II : Abd.Bakir Dg.Nai (Peg. Kantor KPN Maros)
Bendahara : A. Abd. Rahim Dg. Manippi (Pengusaha Tembakau Maros).

Pembantu Umum :
- Mangngassengi Dg.Manaba (Penilik SD).
- Mustafa Kamal (unsur Persatuan Guru).
- A. Mardjan Dg. Malewa (Arung Cenrana).
- Abd. Rivai Dg. Marala (Gallarang Sudiang).
- H. Muhaedi (unsur Petan/Nelayan)
- Abd. Salam Tamma' (cendikiawan).

Forum G20 di Brasil, Fadli Zon Serukan Repatriasi Artefak Budaya untuk Pemulihan Keadilan Sejarah

Tindak lanjut pertemuan tersebut adalah kunjungan Gubernur ke Maros dan Pangkajene pada tanggal 19 Januari 1957 dan secara prinsip tetap pada keputusannya, yakni Ibu Kota Kabupaten adalah Pangkajene.

Pasca kunjungan Gubernur, Panitia Persiapan Kabupaten Maros tetap memperjuangkan terbentuknya Kabupaten Maros sebagai Kabupaten tersendiri sampai dikeluarkannya Undang2 No.29 Tahun 1959 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II se-Sulawesi.

Dinilai Sebagai Alat Propaganda Soeharto, KontraS Minta Penayangan Film G30S/PKI Dihentikan

Pada tanggal 1 Februari 1960, Nurdin Djohan dilantik sebagai BKDH TK. II Maros yang pertama. "Terima Kasih Para Pejuang Pembentukan Kabupaten Maros," sambut warga Maros, seperti diceritakan Muhammad Makmur, keluarga dan kerabat Karaeng Turikale Maros.

Sekali waktu, Presiden RI pertama Ir. Soekarno mampir di Maros tahun 1953. Proklamator Bung Karno (BK) ini -- sapaan akrab Soekarno -- ketika itu disambut oleh H. A. Mapparessa Dg. Sitaba Karaeng Turikale VII dan para Karaeng Toddo'Limayya, para Arung/Puwatta Lebbo'tengngae, Gallarang Appaka.

Terungkap! Rahasia di Balik Kecantikan Permadani Persia

Penyambutan presiden yang meriah itu, juga dihadiri para pengurus parpol dan tokoh masyarakat Maros. Soekarno disambut di Alun-alun Maros, yang kini jadi Kantor Bupati lama (Nur Terbit).

Ferrari 330 LM/250 GTO tahun 1962

Sejarah Bisnis Ferrari: Dari Lintasan Balap hingga Menjadi Legenda Otomotif

Siapa yang tidak tahu merek mobil Ferrari? Kuda jingkrar merah tidak hanya sekadar simbol kecepatan dan kemewahan, tapi juga gengsi.

img_title
VIVA.co.id
20 November 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.