Dirusak, Patung Pahlawan di Pantai Losari Makassar
- vstory
VIVA - Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Agaknya itu ungkapan yang pas untuk menggambarkan suasana di sepanjang anjungan Teluk Losari, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Betapa tidak, pemerintah kota, tokoh masyarakat, pengusaha, ahli waris dan keturunan para pahlawan, seniman di Kota Anging Mammiri sangat peduli dengan pahlawan nasiona dari daerahnya.
Mereka membuat patung dari sejumlah pahlawan nasional, berderet sepanjang anjungan Pantai Losari. Sehingga obyek wisata dan tempat santai yang instagrammable.
Instagramable adalah istilah yang sering dipakai generasi milenial. Gabungan dari dua kata berbahasa Inggris, yaitu "Instagram" dan "Abble". Setiap kata itu memiliki arti dan makna tersendiri. Instagram merupakan media sosial, sedangkan able berarti bisa, mampu, dan sanggup. Jika kedua kata tersebut digabung menjadi istilah Instagramable, maka bisa diartikan sebagai sesuatu yang bisa dan layak tampil di media sosial Instagram.
Begitulah kondisi anjungan Pantai Losari sekarang ini. Instagram Mabel banget. Ada mesjifd terapung, anjungan 4 etnis besar di Sulsel (Bugis, Makassar, Toraja, Mandar), perahu khas Pinisi, patung "Paraga", semacam permainan mirip sepak takraw.
Yang terbaru dan cukup menarik perhatian pengunjung, adalah hadirnya patung pahlawan nasional Syekh Yusuf, tokoh penyebar agama Islam di Sulsel. Kuburannya ada di Samata, Kabupaten Gowa, tepatnya di perbatasan dengan Kota Makassar.
Patung Syekh Yusuf di Teluk Losari ini, posisinya menghadap ke Mesjid 99 Kuba Asmaul Husnah. Tempat ibadah umat Islam yang fenomenal ini, sedang dalam tahap pembangunan di kawasan Centre Point of Indonesia (CPI) di kota Makassar.
Meski sudah Instagramable.banget, keberadaan patung pahlawan dan patung lainnya di anjungan Pantai Losari, belakangan ini terkesan tidak terawat. Lebih parahnya lagi, ada patung yang dirusak oleh oknum tak bertanggung jawab.
Mahaji Noesa, wartawan dan pemerhati budaya di Makassar, terpanggil menulis status keprihatinan di akun Facebooknya. Bahkan rekannya, Mike Turusy, turut menyayangkan dengan berkomentar bahwa itulah kondisi sebagian masyarakat kita. Mereka belum merasa memiliki dan kurang cinta pada dunia estetika.
"Lagi pula, patung tersebut juga terlalu gampang dijangkau oleh tangan jahil. Mestinya patung ditempatkan pada posisi tak terjangkau. Yang penting patung dapat terlihat jelas, bukan dapat dipeluk erat hehehe..," kata Mike Turusy.
Kegalauan sebagian.besar masyarakat yang peduli patung pahlawan nasional, menilai bukan tinggi rendahnya itu asesoris kota. Apakah itu patung, lampu penerangan jalan.
"Bahagialah mungkin rasanya bagi mereka, kalau dia jahili dengan 'merusak' barang tersebut. Apapun yg dipasang oleh pemeritah kota atau pemerintah provinsi, paling utama bagi kita semua harus 'kesadaran', kata Iwan Azis, praktisi, penata letak reklame perkotaan.
Ya, setuju. Itu yang diamini pula oleh Mahaji Noesa. "Dibutuhkan kesadaran, juga kepedulian bersama untuk merawat asesoris kota," kata Mahaji