Ngunjung Buyut, Tradisi Mengunjungi Buyut di Pemakaman
- vstory
VIVA – Menurut bahasa Jawa yang saya pahami, bahwa kata ‘ngunjung’ adalah mengunjungi atau silaturahmi. Sedangkan ‘buyut’ adalah orang tua dari kakek nenek, atau bisa disebut nenek moyang atau sesepuh. Tentunya bukan sembarang buyut yang akan dikunjungi, tapi buyut yang punya historis terhadap daerah tertentu.
Tradisi Ngunjung Buyut bisa diartikan secara umum adalah sesuatu tradisi mengunjungi buyut di pemakaman dengan ritual doa. Tetapi doanya sudah diganti dengan berbahasa Arab dan ada tambahan perangkat khusus untuk menyempurnakan ritual tersebut. Misalnya dilakukan dengan cara berjemaah bersama dengan masyarakat sekitar dan membuat nasi tumpeng, ayam ingkung serta berbagai makanan dan buah-buahan dan dibawa ke kuburan.
Acara tersebut selalu diberi tambahan rangkaian hiburan dengan mengadakan keramaian tergantung sosio-historis awalnya. Misalkan hiburannya dengan pawai seperti karnaval atau menyewa suatu hiburan kesenian seperti sandiwara. Biaya tradisi pun dari swadaya suka rela masyarakat yang ingin melakukan ritual Tradisi Ngunjung Buyut.
Bahkan tradisi tersebut dianggap oleh warga sekitar sebagai suatu kebutuhan. Sepertinya kalau tidak dilakukan akan membuat rasa tidak enak terhadap tradisi atau ada yang kurang. Karena semua tetangga sekitar juga melakukan tradisi tersebut tiap tahun. Bahkan ada yang anaknya masih sekolah izin libur hanya untuk sekadar datang ramai-ramai ke kuburan membawa nasi tumpeng dan ayam ingkung serta makanan lainnya.
Sebetulnya saya tidak pantas untuk mengartikan tradisi ini. Saya sendiri belum terlalu paham nilai spiritualnya karena bukan asli lahir di daerah yang terdapat tradisi Ngunjung Buyut. Tapi dari hasil melihat dan saya datang langsung di acara tersebut, walaupun cuma awalnya selfie-selfie akhirnya bertanya-tanya seperti apa Tradisi Ngunjung Buyut itu,
Akhirnya selesai sudah penelitian saya ini. Kenapa harus dilakukan Tradisi Ngunjung Buyut dengan datang ke kuburan. Karena sudah menjadi ajaran turun-temurun ingin melestarikan budaya daerah. Apalagi mempunyai kepercayaan terhadap adat di daerah tersebut. Apakah ini hal mengada-ada dalam agama karena di kemas dengan bacaan ritual agama Islam dan dilakukan di tanah kuburan.
Apakah sudah pasti suatu makam di desa tersebut ada buyutnya dalam tanda kutip tokoh zaman dahulu yang berpengaruh. Harus bagaimana apabila ternyata dalam sejarah cerita masyarakat di kuburan desa tak ada makam buyutnya. Maka bisa jadi acara ritual Tradisi Ngunjung Buyut di ganti dengan Tradisi Sedekah Bumi.
Di desa lain, Tradisi Ngunjung Buyut bisa disebut Tradisi Sedekah Bumi. Sebetulnya ritualnya hampir sama cuma berbeda tempatnya. Untuk Tradisi sedekah bumi dilakukan di tanah atau sawah atau yang sesuai profesi kebanyakan masyarakat yang ada di sekitar dalam pengelolaan alam seperti berkebun.
Tapi ada juga Sedekah Bumi juga dilakukan di kuburan. Jadi hampir mirip dengan Tradisi Ngunjung Buyut. Siapakah buyut tersebut? Mungkin yang dimaksut buyut pasti dahulu adalah seorang tokoh yang berpengaruh terhadap lahirnya desa atau kampung tersebut.