Penjualan Buku Melonjak Drastis di Masa Pandemi COVID-19
- vstory
VIVA – Pandemi Covid-19 ternyata membawa pengaruh juga pada industri buku. Manusia kembali menoleh kepada buku sebagai sumber pengetahuan, hiburan dan pelarian di tengah pandemi yang sudah berlangsung empat bulan ini.
Betapa tidak. Dicekam cemas dan ketidakpastian, dihantui rasa was-was mendengar berita duka dari teman dan saudara, manusia di seluruh dunia di masa pandemi Covid-19 membutuhkan sarana untuk larikan diri dari semua yang negatif itu.
Cilakanya, pelarian itu tak mungkin dilakukan secara fisik. Mereka terhalang oleh kebijakan lockdown dan physical distancing yang diterapkan di setidaknya 100 negara di dunia. Akibatnya tidak dapat ke mana-mana. Harus berdiam di rumah.
Apa daya menghadapi situasi ini?
Di Inggris dan di Amerika Serikat orang 'melarikan diri' ke buku. Mereka membeli buku-buku baru dan mencoba mencari inspirasi dari bacaan-bacaan itu.
Mereka yang menjadi orangtua dari anak-anak yang masih kecil, melarikan diri ke buku demi membantu buah hati mereka. Mereka membantu anak-anak mereka menambah pengetahuan dengan membeli buku-buku pendidikan untuk anak-anak.
Data dari kedua negara yang disebutkan di atas menunjukkan fenomena ini. Data terbaru memperlihatkan penjualan buku genre edukasi dan anak-anak naik sampai 234 persen di Inggris. Sedangkan buku fiksi naik sampai 30 persen. Ini menjadi lonjakan ketiga tertinggi sepanjang bulan Maret, menurut laporan BBC.
Di Amerika Serikat, penjualan buku anak-anak nonfiksi naik sampai 66 persen di bulan Maret, Menurut data yang dilansir oleh NPD Group, sebuah perusahaan data dan konsultansi konsumen yang beroperasi di 20 negara dengan 2000 klien, hal ini terutama didorong oleh kategori buku yang berfokus pada pendidikan dan kegiatan anak-anak yang naik 128 persen, alat bantu belajar (naik 235 persen), buku sekolah dan pendidikan ( naik 143 persen) dan buku seni bahasa / tulisan tangan (naik 265 persen) .
Anjuran bahkan perintah untuk 'stay at home' yang berlaku di hampir seluruh dunia, telah membuat kegiatan membaca menjadi booming. Ini dikatakan oleh Presiden International Publisher Association, Hogo Setzer, seperti dilaporkan oleh situs World Economic Forum, pada 30 April 2020. Buku dan membaca, kata dia, menjadi pelarian yang ideal dari kungkungan tembok di sekitar mereka.
Di tengah pandemi ini, dengan membaca manusia mencoba memahami apa yang terjadi di sekitar mereka, bagaimana mengatasinya dan membuat kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Pada saat yang sama, orangtua yang berusaha membantu anak-anak mereka belajar di rumah mulai lagi menoleh ke sumber-sumber edukasi yang ada. Sebagian menoleh ke sumber-sumber online, namun tidak sedikit beralih ke buku-buku konvensional.
Menurut Kristen McLean, analis industri buku di NPD Group, buku-buku anak dengan karakteristik memiliki interaktivitas yang tinggi dan mengandung unsur permainan yang juga tinggi, adalah yang paling banyak dicari di masa pandemi Covid-19 ini. Buku-buku edukatif berupa panduan aktivitas bermain di rumah mencatat penjualan yang pesat.
Membeli buku tampaknya adalah gelombang kedua belanja bagi rumah tangga setelah gelombang pertama belanja mereka ditujukan pada pembelian bahan makanan. Setelah para keluarga mencukupi persediaan pangan menghadapi pandemi Covid-19, kini mereka mencukupkan kebutuhan bacaan dan pendidikan.
Keluarga-keluarga di AS membeli buku untuk anak-anak mereka agar betah berada di rumah. Buku juga membantu keluarga-keluarga mengarahkan kegiatan belajar di rumah bagi anak-anak mereka. Tidak lupa, buku juga menjadi sumber permainan dan hiburan selama berada di rumah.
Tidak mengherankan bila penjualan mainan juga meningkat sampai 26 persen di AS dalam sepekan yang berakhir pada 21 Maret. Kategori mainan yang paling pesat kenaikannya adalah games/puzzles yanhg naik 228 persen. Dengan semakin meningkatnya suhu udara, permainan luar rumah juga mulai meningkat sebesar 20 persen.
Apakah tren ini akan berlangsung lama dan apakah ini akan menjadi sinyal bangkitnya industri perbukuan?
Masih perlu waktu untuk menjawabnya. Industri perbukuan bukan pengecualian dari berbagai industri yang terpukul karena pandemi Covid-19. Banyak toko buku di seluruh dunia telah dengan terpaksa tutup dan perusahaan penerbitan harus memangkas biaya untuk mengantisipasi penurunan pertumbuhan ekonomi akibat pandemi ini.
Apalagi, perusahaan penerbitan untuk pendidikan semakin jamak menyediakan layanan online cuma-cuma. Pearson, sebuah perusahaan penerbitan untuk jasa pendidikan, mengatakan telah terasakan adanya ledakan permintaan pembelajaran online selama masa pandemi. Ini menjadi peringatan tentang akan menurunnya penjualan perusahaan penerbitan pada tahun 2020.