Kisah Horor, Siapa yang Ziarah ke Makam Bapak? (Bagian 3)
- vstory
VIVA – Entah kenapa akhir-akhir ini aku hampir tidak punya waktu datang ke makam bapak. Sepertinya aku terlalu nyaman berada di dalam rumah karena udara di luar yang terik dan membuat aku malas ke mana-mana. Apalagi ke makam yang tempatnya sangat terbuka dan sinar matahari langsung menyengat.tubuh kita, baik di pagi ataupun sore hari.
Sampai akhirnya pengurus makam bapak, sebut saja namanya Bang Jali (bukan nama sebenarnya) datang ke rumah. Biasanya ia memang selalu datang ke rumah sebulan sekali untuk mengambil uang bulanan sebagai upah mengurus makam bapak.
Malam itu Bang Jali datang dengan membawa cerita. Dengan antusias dia bilang, "Itu tanaman yang ibu taruh di makam hari Minggu lalu sudah saya tanam di samping nisan. Lagian ibu bawa tanaman gak bilang-bilang saya. Bagus waktu itu saya masih di makam jadi bisa langsung saya tanam. Tumben waktu hari Minggu ibu datang sudah hampir magrib. Pantesan langsung pulang. Saya panggil-panggil ibu gak dengar ya?” ujarnya.
Aku cuma bisa diam saja. Tidak ada satu patah kata pun yang mampu keluar dari mulutku. Dalam hati aku berkata, "Hari Minggu kapan? Hari Minggu kemarin kan aku ke Bogor,”
"Setiap hari saya siram, Bu. Takutnya kan kalau gak saya siram tiap hari udara panas begini tanamannya mati. Kan sayang, tanaman bagus begitu pasti ibu belinya mahal," lanjut Bang Jali yang masih semangat dengan ceritanya.
Lagi-lagi aku tidak kuasa bertanya pada Bang Jali tentang siapa wanita mirip aku yang datang ke makam bapak. Aku cuma tersenyum mengiyakan dan mengucapkan terimakasih kasih karena sudah merawat tanaman. "Iya Bang. Insyaallah besok saya ke makam," jawabku yang disambut dengan antusias oleh Bang Jali.
" Iya. Ibu bisa lihat sendiri tanaman ibu tumbuh subur. Padahal tanaman lain yang sudah lama ditanam aja pada mati. Itu karena yang ngurusin kurang nyiramnya. Kalau saya nyiramnya banyak air, biar gak kering," Bang Jali membanggakan dirinya seolah ingin menunjukkan kalau dia adalah pengurus makam yang paling baik dan aku tidak salah pilih.
Pagi harinya akupun datang ke makam. Di sana aku melihat sebatang pohon sedap malam tumbuh subur di samping makam. Lagi-lagi aku cuma bisa bertanya dalam hati, "Jadi sebenarnya siapa wanita mirip aku yang ziarah ke makam bapak?"