Mimpi Seorang Putri Tidur
- U-Report
VIVA – Seorang perempuan tengah sibuk dengan pekerjaannya. Ia tidak peduli orang-orang di sekitarnya yang sedang asyik berbincang, bersenda gurau dan bersenang-senang. Perempuan itu adalah salah satu pelajar sekolah, sekaligus santri di Pondok Pesantren Al-Barkah Semarang.
Ita Syarifah nama aslinya, tetapi sering dipanggil “Putri Tidur”, karena di manapun dan kapanpun, dia selalu nyaman dengan mimpi-mimpi indahnya. Suatu hari dia tertidur pulas di kelas, posisi tempat duduknya tepat di depan guru yang sedang asyik menjelaskan materi.
Kebetulan, yang sedang mengajar adalah Pak Bambang, guru bahasa Arab. Merasa terganggu dengan tingkah Ita, Pak Bambang kemudian membentak dan memperlihatkan satu gelas air di hadapan wajah Ita.
“Ita!!! Kamu mau disembur air ya?”
Mendengar itu, spontan mata Ita terbelalak dan duduk tegap seraya menjawab dengan nada penuh semangat.
“Tidak mau, Pak. Mohon maaf sekali,” katanya menahan malu sambil riyep-riyep.
“Kalau kamu tidak mau disembur, jangan tidur! Dengarkan materi bapak dengan baik,” bentak Pak Guru.
“I..i..ya, Pak,” jawab Ita dengan kepala menunduk.
Teman-temannya ketawa dan mengolok-oloknya. “Putri tidur memang bisa saja ya,” kata salah seorang teman Ita disambut gelak tawa yang lain.
Sepulang sekolah, Ita merenung dan menangis di tempat tempat jemuran Pondok, di semak-semak pakaian yang sedang dijemur bergelantungan. Dalam hatinya, ia berbisik kencang.
”Ya Allah, kenapa saya sangat mudah mengantuk? Apakah yang membuat saya mengantuk? Saya ingin seperti teman-teman yang pintar dan sungguh-sungguh dalam belajar,” katanya.
Tidak lama kemudian, datang dua orang temannya untuk menjemur pakain. Ita langsung berdiri dan turun menuju kamarnya untuk mengambil peralatan salat dan belajar. Ita melanjutkan tangisannya sampai tertidur pulas di Musala.
Ita selalu tidur di Musala dan tidak suka tidur di kamar bersama teman-teman yang lainnya, karena tidak ingin ketinggalan berjamaah, walaupun masih dalam keadaan ngantuk yang tak tertahankan. Di hari berikutnya, Ita semangat belajar tanpa henti. Rasa ngantuk yang melanda dihindari semaksimal mungkin.
Teman-temannya terbelalak, merasa aneh melihat kebiasaannya yang jauh berbeda. Ita tidak memedulikan tatapan teman-temannya, dia tetap fokus belajar. Dalam belajar, Ita termasuk orang yang tidak langsung dapat memahaminya dengan betul.
Dia membutuhkan usaha belajar yang keras untuk memahami suatu materi. Berbeda dengan teman-temannya yang pintar, cerdas dan cekatan. Ita tidak pernah mengeluh dalam belajar. Walaupun Ita sering dihukum karena tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan gurunya saat belajar, ia tetap tetap semangat dan optimis.
Selain rajin, ia juga berusaha untuk selalu menaati peraturan dengan baik. Tidak membangkang, apalagi menyepelekan aturan. Suatu hari, di pondok pesantren tempat Ita belajar itu, tengah diadakan perlombaan. Ita tidak mengikuti satu bidangpun, karena merasa belum bisa mengikutinya.
Pengumuman perlombaan itu tepat pada malam hari setelah salat Isya. Ita mengikuti rangkaian acara penutupannya, namun tertidur pulas di posisi paling depan. Pengumuman kejuaraan selesai dan dilanjutkan dengan pengumuman lain. Tiba-tiba MC acara mengumumkan sesuatu yang membuat Ita benar-benar terkejut rindu.
“Santri putri teladan tahun ajaran 2019 telah jatuh pada saudari Ita, kepadanya kami persilakan naik ke panggung,” katanya.
Ita yang tengah tertidur tidak menyadari ada pemanggilan. Teman-temannya sibuk mencari kepala Ita berada. Karena santri agak banyak, jadi mereka agak susah mencarinya.
Seorang yang duduk di samping Ita bertanya-tanya. “Jangan-jangan yang namanya Ita itu yang tidur di sampingku.”
Kemudian ia langsung membangunkan Ita dan mencoba menanyakan namanya. “Maaf, Mbak, apakah namamu Ita?”
Ita bangun dan menjawab dengan nada masih mengantuk. “Iya, Mbak, saya Ita.”
Teman yang di samping Ita senang bukan main dan langsung memberikan informasi yang diumumkan oleh MC tadi.
“Masya Allah, kamu luar biasa, Mbak Ita. Kamu tadi dipanggil beberapa kali oleh MC untuk naik ke atas panggung.”
Mata Ita langsung terbelalak dan penuh keheranan seraya berkata, ”Masa, Mbak, saya itu tidak mengikuti satu bidangpun dalam pelombaan ini.”
Temannya menyanggahnya, ”Pengumuman yang terakhir tadi bukan mengenai kejuaraan, tapi santri putri teladan angkatan 2019”.
Ita dipanggil satu kali lagi dan segera bergegas menaiki panggung. Rasa haru, senang dan tidak percaya, Ita berjalan langsung menaiki panggung. Kaki, tangan dan anggota tubuhnya gemetar tak tentu. Matanya berbinar dan berkaca-kaca. Ita bertanya-tanya tiada henti di dalam hatinya.