Hanya Bisa Mencintaimu dalam Diam
- U-Report
VIVA – Hati sedang liar pertengahan hari ini. Aku si pemiliknya tak bisa apa-apa, selain membantu mengutarakannya. Bolehkan kau ikut andil bagian dalam membaca dan mendengarkan? Aku sedang iri. Iri dengan orang-orang di sekelilingmu, yang bisa leluasa menikmati sosok nomor satu yang memenuhi pelosok hatiku.Â
Iri dengan mereka yang ketika membuka mata langsung melihat kau ada. Iri dengan mereka yang bahagianya tersponsori karena kau tertawa. Iri dengan mereka yang tanpa malu-malu menyapamu dengan merangkul bahu, bermanja padamu, dan bercerita segalanya.Â
Rasanya aku ingin berada di posisi itu. Aku iri. Salahkah perasaan ini? Kubentak hati agar tak seperti ini, tapi lagi-lagi butir-butir perasaan itu lahir dengan sendirinya. Bukannya iri itu berhenti, malah menjalar menjadi rasa rindu yang sangat kuat.
Ya, ternyata aku sangat rindu. Kemanapun kakiku menuju, namamu tak pernah lupa memutari seisi pikiranku.Â
Aku benci karena waktu tak bisa berhenti. Aku terlalu takut waktumu banyak terebut dan kamu akan tertutup perubahan-perubahan yang menjelma seperti kabut. Sebenarnya, ada beberapa pinta sederhana yang ingin ku utarakan, tapi enggan aku lakukan.
Pertama, aku tak punya kapasitas untuk meminta karena kita tak berstatus apa-apa. Kedua, memangnya kamu mau mengabulkannya atau nanti kamu akan menertawakannya? Lagi pula aku bisa berharap apa lagi? Setiap aku berekspektasi, kamu sendiri yang menghempaskan aku untuk segera tahu diri.
Kadang aku coba berpura-pura menutup mata menghipnotis diri, bahwa kau tak ada karena ketika kamu kembali aku tahu nanti kamu akan pergi lagi. Hatiku seperti permainan di saat kamu merasa kesepian. Lalu, semudah itu perasaan di hidup-matikan. Aku ingin terus bersama, tapi atas dasar apa? Bagaimana bisa, jika hanya aku yang terus memperjuangkan kita, jika hanya aku yang membayangkan segalanya, jika hanya aku yang memelihara cinta.
Bagaimana aku bisa pelihara cinta, jika ia tak pernah tumbuh di tengah-tengah kita? Aku tak ingin menyalahkan siapapun, mungkin cinta memang bukan milik kita. Tapi kuharap Tuhan ingin meralat rencana untuk menyatukan kita dengan pasangan lainnya.Â