Mengatasi Fenomena Silent Users di Instagram
- vstory
VIVA – Sebuah panggung raksasa dunia maya, Instagram. Jutaan unggahan berseliweran tiap detik. Beragam jenis konten bercampur aduk seperti lautan tanpa batas. Dari momen pribadi yang penuh kehangatan, tempat membangun citra, tren viral yang menghebohkan, hingga strategi pemasaran yang terselubung. Kita pun dibuat jadi sering lupa waktu ketika berselancar.
Sejarah Instagram yang pada awalnya hanya sebuah platform untuk berbagi foto dan video, namun kini menjelma menjadi lebih besar. Wadah platform ini dimanfaatkan betul oleh para pemasar untuk menjual barang maupun jasa.
Mereka yang melakukan kegiatan pemasaran di media sosial memasang indikator sebagai ukuran keberhasilannya. Adapun indikatornya seperti berikut :
Keberhasilan seorang pemasar di media sosial Instagram dapat diukur melalui berbagai key performance indicator (KPI), di antaranya:
Engagement Rate (Tingkat Keterlibatan)
Reach & Impressions (Jangkauan & Tampilan Impresi)
Follower Growth (Pertumbuhan Pengikut)
Conversion Rate (Tingkat Konversi)
Click-Through Rate (CTR) (Rasio Jumlah Klik)
Brand Mentions & User-Generated Content (UGC) (Jumlah Penyebutan Merk & Konten yang dibuat)
Sentimen Audiens (Analisis komentar dan pesan )
Hashtag Performance (Efektivitas penggunaan hashtag)
Return on Investment (ROI) (Keuntungan yang dihasilkan)
Retention & Loyalty (Audiens kembali berinteraksi dan melakukan pembelian ulang )
Di balik setiap angka-angka pengukuran tersebut ada yang sering luput dari penilaian pemasar, mereka adalah Silent Users atau pengguna pasif. Mereka selalu hadir tetapi tidak pernah meninggalkan reaksi, hanya mengamati. Peristiwanya bisa sering kita jumpai saat mengupdate konten di instagram yaitu jumlah viewers cukup banyak namun hanya beberapa saja yang memberikan reactions.
Pengguna pasif atau Silent Users sering kali dianggap kurang berkontribusi dalam ekosistem media sosial karena dinilai minim aktivitas seperti membagikan, mengomentari, atau membuat konten. Keberadaan Silent Users terkadang dipandang sebagai tantangan karena kurangnya partisipasi mereka dapat memengaruhi metrik keterlibatan atau Key Performance Indicator (KPI).
Namun, fenomena ini sebenarnya sudah lama ada dalam media tradisional, seperti pembaca koran, majalah, atau tabloid yang hanya mengonsumsi informasi tanpa berinteraksi secara langsung. Meskipun demikian, mereka tetaplah individu dengan minat dan preferensi tertentu. Mereka aktif mengamati, menyerap informasi, serta mencari konten yang sesuai dengan ketertarikan mereka.
Selain itu, meskipun tidak secara langsung berinteraksi, Silent Users dapat menunjukkan keterlibatan mereka melalui pola konsumsi konten, penilaian terhadap suatu produk, atau bahkan keputusan pembelian. Oleh karena itu, mereka tetap memiliki nilai strategis dalam pemasaran digital. Fenomena ini dapat dianalisis melalui teori perilaku konsumen yang dikemukakan oleh Michael R. Solomon dalam bukunya Buying, Having, and Being.
Perilaku konsumen sendiri menurut Solomon adalah studi tentang proses yang terlibat ketika individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan, atau membuang produk, layanan, ide, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
Untuk case dari silent users di instagram pandangan Solomon mengatakan bahwasanya perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh self-concept (konsep diri), involvement (keterlibatan), dan group and social influence (pengaruh sosial ) . Silent users Instagram cenderung mengamati tanpa berpartisipasi aktif karena berbagai alasan psikologis dan sosial yang berkaitan dengan bagaimana mereka ingin dipersepsikan oleh orang lain.
Self Concept (Konsep Diri)
Dalam bukunya Solomon menjelaskan bahwa konsep diri merangkum keyakinan seseorang tentang atribut yang dimilikinya dan bagaimana ia mengevaluasi dirinya berdasarkan kualitas tersebut. Konsep diri merupakan struktur yang cukup kompleks dianalisis oleh pemasar karena preferensi manusia bisa berubah dengan cukup signifikan dari waktu ke waktu. Maka dikatakan setiap individu memiliki konsep diri yang mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan suatu produk atau layanan.
Dalam konteks Instagram, silent users mungkin merasa bahwa keterlibatan pasif karena memang bukan sesuai preferensinya atau faktor lainnya adalah self identity concept mereka yang tergolong tidak responsif yang hanya menjadi penyimak. Beberapa orang mungkin merasa tidak cukup menarik, cerdas, atau relevan untuk membagikan pemikiran atau foto mereka, sehingga memilih menjadi penyimak daripada partisipan aktif.
Involvement (Keterlibatan)
Teori keterlibatan yang menjelaskan mengapa seseorang bisa sangat aktif atau justru pasif dalam konsumsi suatu produk. Involvement (keterlibatan) sendiri menurutnya adalah relevansi yang dirasakan seseorang terhadap suatu objek berdasarkan kebutuhan, nilai, dan minat yang dimilikinya.
Pengguna dengan low-involvement lebih cenderung menjadi silent users, mengonsumsi konten secara pasif tanpa merasa perlu berinteraksi. Mereka mungkin hanya menggunakan Instagram sebagai sumber hiburan tanpa keinginan untuk membangun personal branding atau menjalin interaksi sosial.
Group and Social Influence ( Kelompok dan Pengaruh Sosial )
Instagram memiliki banyak silent users. Namun, mereka tetap mengamati dan mengonsumsi konten yang dibagikan oleh orang lain. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui teori identitas sosial dan konsep Group and Social Influence.
Teori identitas sosial berpendapat bahwa masing-masing dari kita memiliki beberapa “diri” yang berhubungan dengan kelompok. Keterkaitan ini begitu penting sehingga kita tidak hanya berpikir sebagai “saya,” tetapi juga sebagai “kami.”
Dalam konteks Instagram, silent users sering dipengaruhi oleh norma sosial dan dinamika kelompok. Beberapa alasan diantaranya adalah karena merasa tidak perlu berkomentar dan mengindari resiko sosial, alasan lainnya hanya ingin mengikuti perkembangan tren kehidupan sosial
Setelah mendengar penjelasan penjelasan perilaku konsumen diatas maka pemahaman terhadap perilaku silent users menjadi penting bagi platform, brand, dan individu yang ingin memahami bagaimana audiens berinteraksi dengan konten mereka. Meskipun mereka tidak terlihat dalam bentuk interaksi langsung, silent users tetap menjadi bagian penting dalam ekosistem media sosial, yang diam-diam membentuk tren dan pola konsumsi digital.
Berikut beberapa tips bagi pemasar dalam menghadapi silent users di Instagram:
1. Buat Konten yang Mengundang Partisipasi
Gunakan teknik storytelling yang menarik, ajukan pertanyaan terbuka, atau buat polling dan kuis di Instagram Stories
2. Optimalkan Call to Action (CTA)
Gunakan CTA yang ringan seperti “Simpan postingan ini jika bermanfaat” atau “Bagikan ke teman yang butuh info ini” agar mereka tetap merasa nyaman dalam berinteraksi tanpa perlu eksposur langsung.
3. Gunakan Fitur Interaktif Instagram
Manfaatkan fitur seperti polling, emoji slider, kuis, atau fitur "Ask Me a Question" di Instagram Stories. Fitur ini memungkinkan silent users berinteraksi dengan mudah tanpa merasa tertekan untuk berkomentar secara publik.
4. Berikan Konten Eksklusif bagi Pengikut Setia
Buat konten khusus yang hanya bisa diakses melalui close friends atau grup DM untuk memberikan pengalaman eksklusif dan meningkatkan keterlibatan secara bertahap.
5. Perhatikan Data & Pola Konsumsi Konten
Analisis insights Instagram untuk memahami jenis konten yang paling banyak dilihat atau disimpan. Meskipun tidak ada interaksi langsung, jika banyak silent users menyimpan konten, itu berarti mereka tetap tertarik.
6. Gunakan Strategi Soft Selling
Alih-alih menargetkan silent users dengan ajakan promosi langsung, gunakan pendekatan soft selling dengan memberikan edukasi, tips, atau cerita inspiratif yang relevan dengan kebutuhan mereka.
7. Bangun Kredibilitas & Kepercayaan
Silent users lebih cenderung memperhatikan reputasi brand. Konsisten dalam branding, transparan dalam komunikasi, dan hadirkan bukti sosial (testimoni, UGC) untuk membangun kepercayaan mereka.
8. Libatkan Micro-Influencers & Komunitas
Silent users lebih mungkin terpengaruh oleh orang yang mereka percayai. Bekerja sama dengan micro-influencers atau membangun komunitas kecil dapat membantu menjangkau mereka dengan lebih efektif.
9. Ciptakan Rasa FOMO (Fear of Missing Out)
Gunakan strategi seperti konten terbatas waktu (misalnya flash sale di Stories) untuk membuat mereka merasa perlu mengambil tindakan segera.
10. Berikan Perhatian Khusus
Meskipun tidak berinteraksi, silent users tetap bisa menjadi pembeli atau pelanggan setia. Pastikan tetap memberikan konten yang relevan dan menarik agar mereka tetap terhubung dengan brand Anda.
Demikian informasi terkait fenomena silent users di Instagram. Semoga bermanfaat bagi keberhasilan kegiatan digital marketing Anda.