Transformasi Media dan Komunikasi Politik: Membentuk Opini Publik di Era Digital

Era Digital
Sumber :
  • vstory

VIVA – Dalam era digital saat ini, platform online yang memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi aktif, berbagi konten, dan menciptakan isi seperti blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki adalah bentuk media sosial yang paling umum digunakan di seluruh dunia. Media sosial meliputi kemudahan dalam mendapatkan dan menyampaikan informasi. Hal ini memungkinkan individu untuk terhubung dengan lebih luas, meningkatkan partisipasi dalam berbagai aktivitas sosial, ekonomi, dan politik. Dalam hal ini, media sosial bisa membawa isu-isu terkait dunia politik.

Kampanye Pemilu 2024 Melalui Media Sosial untuk Memperoleh Elektabilitas

Fenomena ini memungkinkan kebebasan personal dalam menyampaikan ide, kritik, saran, dan bahkan "hujatan" terjadi secara intensif setiap jam dan hari melalui berbagai varian media yang tersedia. Platform-platform media ini memfasilitasi berbagai ekspresi dan interaksi di antara individu-individu dari berbagai latar belakang, mengubah cara komunikasi dan berbagi informasi secara signifikan dalam masyarakat modern.

Pada saat ini pengguna sosial media jauh lebih banyak dan aktif, terutama di platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Kamu bisa beropini, mengkritik, serta memberikan saran secara bebas kepada masyarakat. Karena mengingat negara Indonesia adalah negara yang demoktratis, jadi semua rakyatnya bebas berpendapat dan mengutarakan pemikirannya, atau bahkan berkritik dan beripini jika menemukan sesuatu yang bisa dijadikan topik pembicaraan.

Strategi Komunikasi Politik bagi Generasi Milenial dan Z

Sekarang isu bisa diciptakan siapa saja dan dapat menjadi opini publik. Isu bisa ditimbulkan oleh personal atu kelompok masyarakat. Perubahan dalam dinamika komunikasi politik juga berdampak pada opini publik. Media sosial memungkinkan opini-opini yang beragam untuk dipertukarkan dengan cepat, namun juga meningkatkan polarisasi dan konflik politik. Opini publik dapat dengan mudah dipengaruhi oleh narasi yang disebarkan secara viral di media sosial, bahkan jika informasi tersebut tidak akurat atau tendensius.

Sementara itu di sisi lain, media sosial juga memberikan kesempatan bagi gerakan sosial dan kelompok minoritas untuk mengorganisir dan menyuarakan kepentingan mereka. Opini publik yang dibentuk melalui interaksi online juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi kebijakan publik yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Tips dan Trik Memanfaatkan Teknologi untuk Berinvestasi di Era Digital

Dinamika komunikasi politik mengalami perubahan yang signifikan semenjak munculnya internet dan media sosial. Media sosial memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam diskusi politik dan menyebarkan informasi. Namun, hal ini juga membuka pintu bagi penyebaran informasi yang tidak akurat atau manipulatif.

Komunikasi politik juga menyoroti pentingnya personalisasi dan targeting dalam menyampaikan pesan politik. Para aktor politik dapat menggunakan data dan analisis untuk mengidentifikasi audiens potensial dan menyajikan pesan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.

Media sosial memiliki peran yang signifikan dalam dinamika opini publik dan partisipasi politik di era digital. Beberapa peran tersebut melibatkan perubahan cara orang berkomunikasi, mendapatkan informasi, serta berpartisipasi dalam kehidupan politik. Berikut adalah beberapa aspek peran media sosial dalam konteks ini:

  1. Penyebaran Informasi Cepat dan Luas
    Media sosial memungkinkan penyebaran informasi dengan cepat dan luas. Informasi politik dapat tersebar dalam hitungan detik, memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan berita terkini dan mengikuti perkembangan politik secara real-time. Perkembangan media massa yang semakin pesat memungkinkan mereka untuk menyampaikan berbagai tayangan atau informasi, mulai dari hiburan hingga berita terbaru tentang fenomena atau situasi sosial. Beberapa sistem yang tertanam dalam media saat ini dapat dikatakan memiliki kemampuan untuk mengontrol pola pikir individu atau masyarakat.
  2. Demokratisasi Informasi
    Media sosial memberikan platform kepada individu untuk berbicara dan berbagi pandangan mereka. Ini menciptakan peluang bagi masyarakat untuk mendengar suara yang sebelumnya mungkin tidak terwakili dalam media tradisional. Semua orang dapat menjadi pembuat konten dan berkontribusi pada diskusi politik. Pengembangan teknologi informasi juga menunjukkan pergeseran dalam penggunaan media komunikasi.  Penggunaan media konvensional, yaitu media elektronik dan cetak, kini beralih ke media baru, yaitu media sosial, yang berbasis internet dan digunakan sebagai strategi komunikasi politik dalam pemilihan umum. Media sosial memungkinkan orang berbagi pendapat, mendapatkan dukungan, dan menyampaikan aspirasi politik mereka kepada institusi dan pemimpin politik.
  3. Interaksi Langsung antara Warga dan Pemimpin Politik
    Melalui media sosial, warga dapat berinteraksi langsung dengan pemimpin politik. Hal ini dapat meningkatkan aksesibilitas pemimpin dan memungkinkan dialog dua arah antara pemimpin dan warga. Tantangan dan peluang baru telah muncul sebagai akibat dari transformasi digital ini. Jurnalis, institusi politik, media, dan politisi menghadapi tantangan baru dalam menghubungkan kembali dan terlibat dengan warganya.Selain itu, hal ini juga berdampak pada pemilih pemula dalam berinteraksi dengan politik. Cara anak muda berinteraksi dengan politik telah diubah oleh kemajuan teknologi dan perkembangan media sosial.  Sebagai cara untuk berpartisipasi dalam perubahan sosial, mereka semakin terlibat dalam aktivisme online.  Anak-anak muda seringkali menjadi pendorong perubahan sosial dalam masalah seperti keadilan sosial, perubahan iklim, dan kesetaraan gender.  Dengan demikian, penting untuk memahami dampak dari keterlibatan mereka dalam perubahan ini. Bagian besar populasi terdiri dari anak muda, yang berpotensi memengaruhi masa depan masyarakat dan politik.
  4. Mobilisasi Politik
    Media sosial dapat digunakan untuk mengorganisir kampanye politik, memobilisasi massa, dan menggalang dukungan. Gerakan sosial dan politik dapat berkembang pesat melalui hashtag, kampanye online, dan panggilan aksi yang viral.
  5. Pengawasan Publik
    Masyarakat dapat menggunakan media sosial sebagai alat untuk memantau kinerja pemerintah dan pemimpin politik. Kritik dan respons cepat dari masyarakat dapat menjadi kontrol terhadap tindakan pemerintah.
  6. Polarisasi dan Filter Bubble
    Media sosial juga dapat memperkuat polarisasi dengan memungkinkan orang untuk terpapar terus-menerus pada pandangan yang sejalan dengan keyakinan mereka sendiri. Filter bubble ini dapat mempersempit pandangan masyarakat dan membatasi pemahaman yang seimbang.
  7. Manipulasi Opini Publik
    Media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau propaganda, yang dapat memengaruhi opini publik secara tidak adil. Fenomena ini menciptakan tantangan dalam memastikan keberlanjutan informasi yang akurat dan obyektif.  Ketika internet dan teknologi digital berkembang, masyarakat dipenuhi dengan berbagai jenis data. Namun, sebagian dari informasi tersebut adalah berita bohong, berita palsu, atau hoaks. Penyebaran hoaks melalui media sosial menjadi semakin tidak terkendali, yang ikut mendorong ekstremisme di internet. Berita hoaks digunakan dalam pertempuran politik untuk mempengaruhi preferensi pemilih. Kontestasi politik dengan menyebarkan hoaks memicu ekstremisme di dunia digital.
  8. Partisipasi Politik Melalui Kampanye Online
    Kampanye politik semakin memanfaatkan media sosial untuk menggalang dana, mendapatkan dukungan, dan berkomunikasi dengan pemilih. Hashtag dan tren online dapat menciptakan momentum signifikan bagi suatu kampanye. Dalam rangka memanfaatkan potensi positif media sosial dalam dinamika opini publik dan partisipasi politik, perlu ada upaya untuk meningkatkan literasi digital, mengelola disinformasi, dan mempromosikan diskusi yang konstruktif di platform-platform ini.

Menghadapi Tantangan dan Peluang

Dalam menghadapi dinamika komunikasi politik yang semakin kompleks ini, para pemeran (aktor) politik perlu mengembangkan strategi komunikasi yang adaptif dan responsif. Hal ini meliputi investasi dalam literasi digital untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang informasi yang mereka terima, serta pengembangan keterampilan komunikasi yang efektif untuk menjangkau berbagai kelompok masyarakat.

Selain itu, lembaga-lembaga media dan platform digital juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang disajikan kepada masyarakat akurat, seimbang, dan tidak memihak. Ini memerlukan kerja sama antara pemerintah, industri media, dan masyarakat sipil untuk membangun lingkungan informasi yang sehat dan demokratis.

Di era digital, media sosial memainkan peran penting dalam dinamika opini publik. Beberapa contohnya termasuk perubahan cara orang berkomunikasi, mendapatkan informasi, dan terlibat dalam kehidupan politik. Dampak yang diberikan oleh media sosial membentuk dinamika opini publik dan partisipasi politik yang bagaikan dua sisi mata uang. Berdampak positif dan negative. Tentunya dalam hal ini pemerintah harus memperhatikan kegiatan politik di tengah berkembang pesatnya media sosial di era digital ini.  

Dinamika komunikasi politik dan opini publik dalam era digital menawarkan tantangan dan peluang yang unik bagi proses politik dan demokrasi. Memahami peran komunikasi politik dalam membentuk opini publik, serta dampaknya terhadap proses politik, adalah kunci untuk membangun masyarakat yang lebih terinformasi, terlibat, dan inklusif. Dengan demikian, melalui upaya bersama dari berbagai pihak, kita dapat menciptakan lingkungan politik yang lebih dinamis dan responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.