Strategi Komunikasi Politik dalam Pemilu

Ilustrasi media politik
Sumber :
  • vstory

VIVA – Artikel ini menjelaskan Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana demokrasi yang menjadi ajang bagi kedaulatan rakyat. Dalam negara demokratis, pemilu yang notabene merupakan cerminan suara rakyat menjadi penentu bagi keberlangsungan sebuah negara untuk menentukan nasib dan tujuan sebuah bangsa.

Ratusan Relawan Jokowi sampai Prabowo-Gibran Bakal Tasyakuran di Tugu Proklamasi

Suara-suara inilah yang akan diwadahi oleh partai politik-partai politik yang mengikuti pemilu menjadi wujud wakil-wakil rakyat. Adanya banyak partai politik yang mengikuti pemilu legislatif 2014, sebagai konsekuensi sistem multipartai yang diterapkan di Indonesia.

Terdapatnya banyak partai politik juga berdampak pada ketatnya kompetisi antar partai politik dalam menggaet suara pemilih untuk memperebutkan kursi. Keberhasilan seorang caleg dalam perolehan suara, membuktikan betapa besarnya dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap orang tersebut. Guna memenangkan kompetisi di ajang pemilu, para kontestan saling bersaing satu sama lain dengan menerapkan berbagai strategi komunikasi politik yang jitu.Komunikasi politik yang dilakukan tentunya menyesuaikan dengan sistem politik yang ada di Indonesia.

Peluang Lolos ke Piala Dunia 2026 Belum Tertutup, Timnas Indonesia Bidik 15 Poin, Bisa Enggak Yah?

Oleh karena itu, sistem politik mau tidak mau turut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan oleh partai politik. Almond dan Powell menempatkan komunikasi politik sebagai suatu fungsi politik bersama-sama dengan fungsi artikulasi, agregasi, sosialisasi dan rekrutmen yang terdapat dalam suatu sistem politik.

Strategi komunikasi politik pada dasarnya merupakan langkah-langkah dalam melakukan komunikasi politik berkaitan dengan pembuatan, penyebarluasan, penerimaan, dan dampak–dampak informasi berkontent politik, baik melalui interaksi antar manusia maupun media massa.

5 Cara Tingkatkan Limit Pinjol hingga Ratusan Juta, Ada Tapinya

Tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan pesan politik yang disampaikan komunikator politik. Sesuai dengan tujuan komunikasi, maka tujuan komunikasi politik itu adakalanya sekadar penyampaian informasi politik, pembentukan citra politik, pembentukan publik opinion (pendapat umum).

Selanjutnya komunikasi politik bertujuan menarik simpatik khalayak dalam rangka meningkatkan partisipasi politik saat menjelang pemilihan umum. Menang atau kalahnya seorang caleg sangat ditentukan oleh strategi komunikasi yang dilakukan.

Tulisan ini akan membahas mengenai strategi komunikasi politik dalam pemilu legislatif DPRD Kota Makassar periode 2014-2019 untuk mengetahui sejauh mana peran strategi komunikasi politik dalam memenangkan seseorang.

Wawancara dilakukan terhadap caleg DPRD Kota Makassar yang menang dan kalah dari daerah pemilihan yang sama, yaitu Mudzakkir Ali Djamil, ST Calon Anggota DPRD Kota Makassar periode 2014-2019 Dapil I dari partai PKS dengan No urut 1 dan Mukhlis Yusuf. ST dari partai yang sama dengan no urut 3 dengan menjelaskan mengenai teori dan teknik komunikasi politik yang digunakan oleh kedua belah pihak.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh Mudzakkir Ali Djamil dan Mukhlis Yusuf. ST dalam menghadapi Pemilu legislatif Kota Makassar tahun 2014.

Startegi Komunikasi Politik

Strategi komunikasi dalam politik merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah Partai politik dalam memenangkan pemilu. Kampanye politik adalah bentuk aplikasi komunikasi politik yang dilakukan seseorang, sekelompok orang atau organisasi politik untuk membentuk dan membina citra dan opini publik yang positif, agar terpilih dalam suatu pemilihan pemilu, pemilukada dan pilpres.

Beberapa bentuk atau jenis seni  dan bentuk aplikasi (penerapan) komunikasi politik yang sudah lama dikenal dan dilakukan oleh para politikus atau aktivis politik, antara lain retorika politik, agitasi politik, propaganda politik, lobi politik, dan tindakan politik yang dapat dilakukan dalam kegiatan politik yang terorganisasi seperti: public relation post politic, pemasaran politik dan kampanye politik.

Semua bentuk komunikasi politik itu berkaitan dengan pembentukan citra dan opini publik yang positif. Hal itu dapat berkaitan dengan upaya memenangkan pemilu agar dapat meraih kekuasaan dan kedudukan politik di lembaga legislatif atau eksekutif sehingga dapat membuat kebijakan politik yang sesuai dengan visi misi dan programpolitik para komunikator politik terutama para politikus dan partai politiknya.

Retorika Politik

Retorika pada dasarnya menggunakan lambang untuk mengidentifikasikan pembicara dengan pendengar melalui pidato sedang pidato merupakan konsep yang sama pentingnya dengan retorika sebagai simbolisme. Dengan berpidato kepada khalayak secara terbuka akan berkembang wacana publik dan berlangsung proses persuasi. Itulah sebabnya Dan Nimmo menyebutkan pidato adalah negoisasi dengan retorika politik akan tercipta masyarakat dengan negoisasi (konflik dan konsensus) yang terus berlangsung. 

Agitasi politik

Agitasi menurut Blumer dimulai dengan cara membuat kontradiksi dalam masyarakat dan menggerakkan khalayak untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini (penuh ketidakpastian dan penuh penderitaan) dengan tujuan menimbulkan kegelisahan di kalangan massa.

Kemudian rakyat digerakkan untuk mendukung gagasan baru atau ideologi baru dengan menciptakan keadaan yang baru. Agitasi sering berkonotasi negatif karena sifatnya yang menghasut, mengancam, menggelisahkan membangkitkan rasa tidak puas di kalangan khalayak dan mendorong adanya pemberontakan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.