Keuangan Gen Z dengan E-wallet, Strategi dan Tantangannya

Sumber: Nailah Harnum
Sumber :
  • vstory

VIVA –  Gen Z adalah generasi yang terlahir di zaman serba modern dan instan. Mulai dari informasi dan teknologi dapat dengan mudah dan cepat dalam mengaksesnya. Gen Z tumbuh di lingkungan dan hidup berdampingan dengan teknologi yang berkembang sangan cepat. Dengan teknologi yang sudah berkembang pesat, di era sekarang sudah tersedia e-wallet yang bisa mempermudah gen Z dalam melakukan transaksi. e-wallet sudah bisa diakses di mana saja, banyak pedagang yang sudah memiliki akses pembayaran melalui e-wallet seperti tukang sayur, pedagang kaki lima, dan warung sembako yang mempermudah gen Z dalam melakukan pembayaran.

Jokowi Minta Restrukturisasi Kredit Lanjut Sampai 2025, Bos OJK Bilang Gini

Teknologi yang sangat berkembang pesat membuat gen Z menjadi menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan. Hadirnya e-wallet yang mempermudah gen Z dalam pembayaran, malah membuat gen Z menjadi boros. Pengeluaran mereka menjadi bengkak, karena mereka lebih mementingkan gengsi untuk memenuhi kepuasannya. Tak heran jika gen Z dikenal sebagai generasi yang memiliki gaya hidup konsumtif atau hedonisme. Di sisi lain, teknologi yang semakin berkembang ini bisa membawa peluang bagi gen Z untuk menambah skill dan pendapatan.

Jika hal ini dibiarkan terus akan merusak finansial di masa depan nanti. Maka dari itu perlu adanya  pengelolaan keuangan yang tepat bagi gen Z agar tidak boros dan mengurangi perilaku konsumtif. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh gen Z agar bisa mengelola keuangan dengan tepat dan bijak

Kata Sri Mulyani Disindir Menperin soal PHK Industri Tekstil: Aku Lagi Mikirin APBN

Utamakan kebutuhan bukan keinginan

Sering kali generasi Z lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Barang-barang yang sedang tren menjadi sasaran bagi gen Z untuk membelinya. Terkadang barang yang dibeli itu adalah barang-barang yang lucu yang tidak terlalu berguna bagi kebutuhan jangka panjang. Hal tersebut menyebabkan pengeluaran uang lebih banyak karena membeli barang yang tidak dibutuhkan hanya untuk memenuhi gengsinya, maka dari itu perlu adanya pencatatan saat ingin membeli kebutuhan. Kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah kebutuhan primer dan sekunder. Untuk menghindari membeli barang yang tidak terlalu diperlukan sebaiknya dicatat apa saja barang yang benar-benar sedang diperlukan untuk dibeli nanti. sebagai individu harus bisa menahan rasa membeli barang yang diinginkan karena barang yang diinginkan sifatnya hanya untuk memuaskan diri saja.

Gelar ISFO 2024, OJK Bakal Kasih Modal Anak Muda Kembangkan Ide Wirausaha

Atur pengeluaran setiap bulan

Gen z harus bisa mengatur keuangan dengan cara membagi porsi keuangan, tujuannya  agar tahu pengeluaran uang tersebut untuk apa saja. Misal dalam 1 bulan ini kamu harus membagi porsi pengeluaran dengan cara memisahkan uang uang tersebut sesuai dengan kebutuhan seperti dana darurat, dana transportasi, dana kesehatan, dana makan dan minum, dana keperluan pendidikan dan lain lain. Dengan mengatur pengeluaran sesuai dengan porsinya, pengeluaran gen z menjadi lebih teratur dan pengeluaran pun tidak membengkak.

Bijak dalam menggunakan paylater

Di era yang serba instan ini Gen Z pun ingin mendapatkan sesuatu dengan cepat tetapi dengan cara tersebut akan ada banyak risiko yang dialami oleh Gen Z ke depannya. Berita yang sedang maraknya kali ini adalah tentang paylater, banyak sekali Gen Z yang menggunakan paylater. Menurut  data PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) pengguna paylater Gen Z mencapai rata-rata 1,62 juta debitur per bulan. Dari sisi kredit macet, Gen Z menyumbang sekitar Rp460 miliar dari total kredit macet per Desember 2023 mencapai total Rp2,12 triliun.

Sistem paylater ini adalah di mana individu dimudahkan aksesnya dalam melakukan pembelian barang atau jasa tanpa harus membayar segera dan dapat membayar barang atau jasa tersebut nanti dalam jangka waktu tertentu. Banyak sekali gen z yang ingin membeli sesuatu tapi karena uangnya tidak cukup, jadi mereka menggunakan paylater agar keinginan mereka bisa terpenuhi. Jika pembayaran sudah jatuh tempo dan tidak segera dibayarkan itu bisa membuat Gen Z terlilit utang. Nah, hal itulah yang harus dihindari, jika ingin menggunakan paylater beli lah barang yang sekiranya sedang mendesak dan sebisa mungkin disiplin dalam membayar. Jangan dibiarkan pembayaran paylater menumpuk, jika dibiarkan akan banyak tagihan yang dikeluarkan karena paylater memiliki bunga setiap pembayaran yang telat.

Meningkatkan literasi keuangan

Gen Z sadar akan pentingnya literasi keuangan. Mereka mencari informasi dan edukasi tentang keuangan dari berbagai sumber, seperti internet, komunitas online, dan seminar.

Meskipun e-wallet menawarkan kemudahan dan keuntungan, Gen Z tetap harus bijak dalam menggunakannya. Dengan menerapkan strategi-strategi di atas, Gen Z dapat mengoptimalkan keuangan mereka dan mencapai tujuan keuangan mereka di era digital.

Selain strategi-strategi di atas, Gen Z juga dapat menggunakan aplikasi pencatat keuangan pihak ketiga untuk membantu mereka mengelola keuangan dengan lebih baik. Aplikasi ini dapat membantu mereka melacak pengeluaran, membuat anggaran, dan mencapai tujuan keuangan mereka.

Menjadi Gen Z yang cerdas finansial dalam era e-wallet membutuhkan kombinasi antara kemudahan teknologi dan kedisiplinan dalam mengelola keuangan. Dengan strategi dan edukasi yang tepat, Gen Z dapat mencapai kesuksesan finansial dan membangun masa depan yang stabil.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.