Ramadan, Bulan Menjaga Lisan

pentingnya menjaga lisan selama ramadhan
Sumber :
  • vstory

VIVA - Menjaga lisan itu penting sebab menjadi hal yang fundamental. Akan berbahaya ketika yang keluar dari mulut seseorang adalah kata-kata mengandung kebohongan, kebencian, celaan dan lain sebagainya. Apalagi kita saat ini tengah menjalankan ibadah puasa. Karena salah satu hal yang harus diperhatikan umat Islam ialah menahan lisan dari sesuatu dapat merusak pahala puasa.

Marshanda Lakukan Hal Ini Hingga Berhasil Turunkan Berat Badan Sampai 20 Kg

Untuk itu, jangan remehkan perkara lisan. Karena dengannya, bisa menjadikan seseorang akan terlihat hina di mata orang lain, Bahkan sekelas ustad pun, apabila tidak mampu menjaga lisannya, maka sama saja. Di dalam Al-Qur'an dijelaskan tentang bahaya bagi yang tidak mampu menjaga lisan dari hujatan, celaan dan cacian.

Tidak pandang dari manapun asalnya. Keturunan siapapun, ketika tidak mampu menjaga lisan, sungguh ia telah melakukan amal tercela dan tidak bisa diikuti perkataannya. Mestinya, orang yang bisa dikatakan sebagai panutan harus benar-benar menunjukkan bahwa ialah panutan, setidaknya bisa menjaga lisannya.

Ditanya Soal Kunci Berat Badan Ideal, Michelle Ziudith Jawab Puasa dan Salat

Sebagaimana dalam surah al-Hujurat ayat 12: Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

Oleh karenanya, momen puasa inilah kita diharuskan untuk tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tapi juga hawa nafsu. Termasuk menjaga diri dari nafsu ujaran kebencian. Di bulan ini, kita dilatih, digembleng selama sekitar 30 hari untuk memaksimalkan amalan-amalan yang nantinya berbuah pada ketaqwaan. Dan itu bisa dilakukan  pada bulan Ramadan.

Pola Makan Orang Puasa Berdampak pada Otak

Mengingat, Ramadan adalah bulan menahan hawa nafsu. Sehingga, diharapkan selepas Ramadan kita sudah terlatih dalam keseharian untuk menanamkan karakter Ramadan. Jangan sampai puasa kita sia-sia. Atau bisa dikatakan hanya mendapat lapar dan haus saja, bahkan menambah dosa, Naudzubillah.

Jagalah lisan dari berdusta, mencaci, dan mengadu domba. Yang terpenting adalah ketika kita mampu mengontrol semua perbuatan itu. Tidak hanya di bulan Ramadan, tapi bulan-bulan lain juga jangan sampai terjerumus. Akhlak mulia dengan menjaga kesantunan telah diajarkan oleh Islam,  termasuk dalam perkataan. Mengapa demikian? Karena lisan ialah sumber keselamatan seorang muslim. Celaan, hinaan, dan saling olok-olok sesama sudah seharusnya dibasmi.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujurat: 11).

Lisan yang baik adalah yang senantiasa menjaga perkataan agar mendapat keselamatan. Marilah memperbaiki lisan dan perbuatan, dan menghindarkan diri dari segala yang merusak pahala puasa. Islam adalah agama damai dan sangat memerhatikan kedamaian di bumi ini.

Segala yang dapat merusak dan menjadikan pertikaian harus disingkirkan. Dimulai dari menjaga lisan. Ulama yang baik dan benar-benar jadi panutan selalu terucap darinya perkataan yang mengajarkan ilmu dan dihiasi dengan kata-kata bijak yang memang bisa ditiru.

“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada orang yang membanggakan diri di hadapan orang lain dan tidak ada orang yang menzalimi orang lain.” (HR. Muslim).

Mengasah diri agar tidak merendahkan satu sama lain hanya karena tidak sependapat atau berbeda pilihan. Karena penyebab orang akan tersakiti, di antaranya, oleh ucapan. Kalau memang niatnya untuk mengkritik, maka tidak dilakukan dengan celaan hinaan, menganggap rendah orang lain. Karena semua itu tidak akan tersampaikan.

Agar terhindar dari permusuhan, maka jadikan lisan sebagai rahmat agar kita selamat. Penyesalan hadir ketika sudah terjadi kesalahan. Kita lupa bahwa dalam Al-Qur’an maupun Hadits telah diajarkan perihal menjaga lisan dan perbuatan.

Bukankah keduanya merupakan sumber hukum yang juga menjadi pedoman bagi kita? Bahwa ada resiko ketika lisan dan perbuatan disalahgunakan. Mungkin sebenarnya kita tahu, namun karena beberapa faktor, seperti tidak bisa mengendalikan diri, sehingga terjadilah cacian, dusta, dan adu domba. 

Ingat, setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Kita hidup dalam keberagaman dan itu tidak dapat dihindari. Untuk itu, tidak dibenarkan merasa paling benar kemudian menganggap yang lain salah bahkan sesat dan menyesatkan. Bulan Ramadan adalah bulan untuk berbenah diri. Hawa nafsu harus dijaga agar tidak berbuat sesuatu yang sia-sia bahkan diharamkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.