Debat Pilpres telah Berakhir, Siapa Penentu Terakhir?
- vstory
VIVA -Tiga calon Presiden dan calon wakil presiden dari masing-masing partai telah menyuguhkan kader-kader politik terbaik mereka sehingga perhelatan capres cawapres tahun 2024 menjadi kompisisi paling menarik sejak melihat kontestasi pilpres tahun sebelumnya. Melalui keputusannya KPU memberikan ruang debat terhitung lima kali yaitu dimulai dari 12 Desember 2023 (Capres), kemudian 22 Desember 2023 (Cawapres), 7 Januari 2024 (Capres), 21 Januari 2024 (Cawapres) hingga debat terakhir 05 Februari 2024 (Capres).
Dari kelima debat yang telah terselenggara secara langsung telah memberikan atensi publik terkait bahasan maupun tema yang telah ditentukan oleh KPU. Mulai dari tema Hukum, Ham, Korupsi, Pertahanan, Keuangan, Energi, SDA,SDM, Teknologi Informasi, Kesehatan, Pendidikan dan tema-tema lainnya.
Penyelenggaraan debat capres-cawapres secara sistematis dalam beberapa bulan ke belakang merupakan ruang bagi masyarakat dalam menilai siapa yang pantas dan dipantaskan untuk membawa arah negara pada pemilu mendatang. Sebagaimana pernyataan Franz Magnis yang menyatakan bahwa “Pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa”. Artinya pemilihan 14 Februari mendatang menjadi ruang strategis dalam memilih pemimpin untuk menyelenggarakan negara sebagaimana mestinya. Karena pada hakikatnya setiap pemimpin memiliki kekurangan dan kelebihan, tetapi besar kemungkinan kemampuan dari seorang pemimpin mesti harus lebih memuaskan atas ekspetasi publik.
Debat capres cawapres adalah salah satu dari aktualisasi dari demokrasi. Bagaimana serapan publik selama ini dinyatakan pada acara formal. Sehingga konsekuensi atas penggunaan demokrasi adalah mengetahui kemampuan calon pemimpin dalam mengakomodir rakyatnya untuk menjadi lebih baik. Dengan demikian, visi-misi maupun progam yang ditawarkan masing-masing capres cawapres adalah akumulasi kebutuhan atau perhitungan dalam menyikapi kekurangan bahkan kelemahan yang selama ini mesti perlu diperbaharui. Karena pada dasarnya ketika beragumentasi melalui ruang publik perlu data yang konkrit dan valid. Namun ketika visi-misi dan progam yang ditawarkan terkesan bias maka perlu adanya pertimbangan atau telaah ulang atas isu yang diangkat.
Melalui perdebatan capres cawapres kita sebagai masyarakat menjadi mampu untuk tarik benang merah. Dalam konteks ini, perspektif dalam mengukur kemampuan seseorang pemimpin dari masing-masing personality kandidat. Ketika menuangkan rencana strategis, adu gagasan bahkan beradu argumentasi atas kondisi di lapangan merupakan tuangan yang sejatinya mampu membawa kita memilih pimpinan organisasi yang dipantaskan. Sebagaimana pernyataan Hemphill & Coons “Kepemimpinan adalah perilaku individu yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk mencapai sasaran bersama”. Artinya bahwa perilaku seorang pemimpin menjadi orientasi publik dari sebuah negara oleh masyarakat dalam mencapai tujuan negara itu sendiri.
Mengingat bahwa tujuan daripada dibentuk negara terlegalkan dalam bentuk preamblue yaitu “Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia” dengan demikian tujuan daripada mencapai sebuah organisasi dalam bentuk negara perlu adanya atensi publik atas akumulasi perdebatan yang telah nyatakan di depan umum.
Sejatinya, tulisan ini bukan untuk menggiring pada salah satu calon dari tiga calon. Tulisan ini hanya berusaha untuk menyadarkan masyarakat Indonesia, bahwa pemilu pada 14 Februari adalah ruang esensial bagi penyelenggaraan negara ke depannya. Masyarakat perlu menimbang dengan rasional atas pernyataan beberapa calon presiden dan wakil presiden. Karena kepemimpinan yang dijabat oleh Presiden cukup lama, sehingga rentang waktu kepemimpinan sebuah negara akan berpengaruh terhadap dinamika kita, baik secara langsung maupun tidak langsung.