Kenapa Masyarakat AS Mimpinya Sosialis?
- vstory
VIVA - Publik Amerika terus menyatakan pendapat yang lebih positif tentang “kapitalisme” daripada “sosialisme,” meskipun jumlah pendapat yang memandang positif masing-masing istilah tersebut telah sedikit menurun sejak tahun 2019.
Grafik menunjukkan pandangan positif terhadap ‘sosialisme’ dan ‘kapitalisme’ telah merosot sejak tahun 2019.
Saat ini, 36% orang dewasa AS mengatakan mereka memandang sosialisme secara positif (30%) atau sangat positif (6%), turun dari 42% yang memandang sosialisme secara positif pada Mei 2019. Enam dari sepuluh orang saat ini mengatakan mereka memandang sosialisme secara negatif, termasuk sepertiganya memandangnya dengan sangat negatif.
Meskipun mayoritas masyarakat (57%) tetap memandang kapitalisme dengan positif, angka tersebut turun 8 poin persentase dibandingkan tahun 2019 (65%), menurut survei nasional dari Pew Research Center yang dilakukan pada 1-14 Agustus terhadap 7.647 orang dewasa.
Sebagian besar penurunan pandangan positif terhadap sosialisme dan kapitalisme didorong oleh pergeseran pandangan di kalangan Demokrat dan kelompok independen yang berhaluan Demokrat.
Walaupun AS kiblat dari kapitalis, tapi gerakan sosialis makin populer di antara para dosen universitas. Kenapa?
Mimpi Amerika, atau American Dream terbangun pada generasi baby boomer. Dulu mimpi mereka para kelompok menengah punya mobil, punya rumah walaupun mereka bekerja di UPS.
Film televisi menggambarkan mereka keluarga menengah semua punya mobil dan rumah.
Sekarang setelah 50 tahun kemudian, era baby boomer lewat. Pesta pun usai.
Cara ajaib kapitalis adalah membuka pasar global. Saat tahun 70an mulai dibuka pasar Eropa dan AS. Setelah 50 tahun kemudian, pasar global pindah ke Tiongkok.
Dalam 50 tahun sekarang pasar Eropa dan AS redup. Giliran pasar Tiongkok. Itu pun buble properti Tiongkok, dua perusahaan kelas atas Evergrande dan country garden default bangkrut.
Kapitalis terus menerus membuka pasar global. Terakhir Tiongkok membuka pasar global di Afrika, Selama 100 tahun ke depan AS, Eropa dan Tiongkok mengalami krisis penduduk, artinya jumlah penduduk berkurang.
Sedangkan 100 tahun ke depan jumlah penduduk Afrika naik dari 1 Miluar menjadi 4 Miliar.
Otomatis saat pasar Amerika Serikat redup, pabrikan mencari upah tenaga kerja murah, di Asia Vietnam, Myanmar, Kamboja, Thailand, Indonesia.
Oleh karena itu AS merangkul Indonesia menjadi darling kesayangan. Karena GDP purchasing power parity (GDP-PPP) akan menaikkan GDP Indonesia dari one trillion dollars (OTD) jadi four trillion dollars (FTD). Di sana USD mengalami capital gain.