Kepemimpinan Profetik, Transisi Kepemimpinan Nasional 2024

Ilustrasi Kepemimpinan (KOMPAS/HANDINING)
Sumber :
  • vstory

VIVA - Indonesia, sebagai salah satu negara demokratis terbesar di dunia, secara rutin melaksanakan pemilihan umum untuk menentukan pemimpin nasional. Pada tahun 2024, negara ini akan mengalami transisi kepemimpinan yang penting, di mana pemimpin baru akan terpilih untuk memimpin bangsa ini dalam beberapa tahun ke depan. Kepemimpinan dalam situasi seperti ini haruslah memenuhi standar tertentu, dan salah satu model kepemimpinan yang relevan adalah kepemimpinan profetik.

Presiden Prabowo Tunjukkan Kepemimpinan Kuat Berwibawa di Kancah Internasinoal, Kata Dave Laksono

Kepemimpinan profetik memiliki akar kata dari "prophet," yang dalam bahasa Inggris berarti nabi. Oleh karena itu, kepemimpinan profetik dapat dijelaskan sebagai kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan tertentu, sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi dan rasul dalam sejarah agama. 

Istilah "profetik" di Indonesia diperkenalkan oleh Kuntowijoyo (1991: 45) melalui konsepnya mengenai pentingnya ilmu sosial yang bersifat transformatif yang dikenal sebagai ilmu sosial profetik. Ilmu sosial profetik tidak hanya berfungsi untuk menjelaskan dan merubah fenomena sosial, melainkan juga memberikan panduan mengenai arah perubahan yang harus dilakukan, tujuan dari perubahan tersebut, dan siapa yang akan menginisiasi perubahan tersebut (Fadliah, 2022).

Antusiasme Masyarakat di Konser Kebangsaan Dinilai Jadi Bukti Dukungan untuk Egi-Syaiful

Ilmu sosial profetik mengusulkan perubahan yang didasarkan pada cita-cita etik dan profetik tertentu, khususnya dalam konteks ini, etika Islam. Ini melibatkan reorientasi terhadap epistemologi, yang berarti perubahan dalam cara berpikir dan cara menyelidiki sesuatu, dengan menekankan bahwa sumber pengetahuan tidak hanya terbatas pada akal budi dan pengamatan empiris, tetapi juga mencakup wahyu.

Dengan berlandaskan pada pengertian ini, kepemimpinan profetik adalah sebuah konsep kepemimpinan yang dibangun berdasarkan sudut pandang agama, khususnya dalam konteks Agama Islam, dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Pada intinya, kepemimpinan profetik mengharuskan seorang pemimpin untuk mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi dan Rasul, yaitu: kejujuran (siddik), amanah, dakwah (tabligh), dan kebijakan (fatonah). Dengan kata lain, seorang pemimpin yang mempraktikkan kepemimpinan profetik harus memiliki moralitas dan etika yang tinggi, serta berkomitmen untuk membimbing dan memberikan manfaat kepada masyarakatnya dengan berlandaskan pada nilai-nilai agama yang dipegang teguh.

Tokoh Masyarakat Batam Sebut Ansar Ahmad Berpengalaman di Pemerintahan, Layak Pimpin Kepri Lagi

Transisi Kepemimpinan 2024

Konsep kepemimpinan tidak akan lepas dari sebuah hubungan atau interaksi antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan sendiri berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Pemimpin adalah suatu peran dalam sistem tertentu, karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin (KBBI, 2008: 586).

Menurut Moeljono (2003: 2003), pemimpin adalah manusianya sementara kepemimpinan adalah sifat yang melekat kepadanya sebagai pemimpin, sedangkan menurut Robbin (2003: 163) kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasi, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif, yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi conform dengan keinginan pemimpin (Kartono, 2006: 10).

Transisi kepemimpinan nasional adalah perayaan demokrasi dan suara rakyat. Semua pihak, dari pemilih hingga pemimpin terpilih, memiliki peran penting dalam memastikan bahwa transisi ini berjalan dengan lancar dan menghasilkan hasil yang positif bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan kerja sama dan tekad bersama, masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia dapat diwujudkan dalam transisi kepemimpinan nasional 2024.

Transisi kepemimpinan nasional 2024 bukan hanya tentang pemilihan pemimpin baru, tetapi juga tentang kesempatan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. Dengan partisipasi aktif rakyat, pemimpin yang berintegritas, dan komitmen untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada, Indonesia dapat melangkah maju menuju kemakmuran, keadilan, dan keberlanjutan. Di tengah berbagai tantangan dan harapan, kepemimpinan profetik memiliki peran yang signifikan dalam membimbing transisi ini:

  1. Visi Jangka Panjang: Pemimpin profetik memiliki visi yang melebihi masa jabatannya. Mereka merumuskan rencana jangka panjang yang mencakup keberlanjutan, stabilitas, dan kesejahteraan jangka panjang bagi negara.
  2. Kepentingan Rakyat: Kepemimpinan profetik didasarkan pada kepentingan rakyat, bukan hanya kepentingan pribadi atau politik. Mereka berusaha untuk memastikan bahwa kebijakan yang mereka terapkan akan memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan.
  3. Moralitas dan Etika: Integritas dan moralitas adalah aspek kunci dari kepemimpinan profetik. Pemimpin seperti ini berkomitmen pada nilai-nilai etis yang tinggi dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
  4. Pemimpin Kolaboratif: Kepemimpinan profetik mendorong kolaborasi lintas sektor dan partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan. Mereka memahami bahwa solusi terbaik seringkali melibatkan berbagai pihak.
  5. Pemberdayaan Rakyat: Pemimpin profetik berupaya untuk memberdayakan rakyatnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya yang diperlukan untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Kepemimpinan profetik bukan hanya tentang satu individu, tetapi juga tentang nilai-nilai yang dipegang oleh pemimpin dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam transisi kepemimpinan nasional 2024, penting bagi Indonesia untuk mencari pemimpin yang memadukan visi jangka panjang dengan nilai-nilai moral dan etika yang tinggi. Selain itu, rakyat juga memiliki peran dalam memilih pemimpin yang mewakili aspirasi mereka untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan kepemimpinan profetik yang kuat, Indonesia dapat menghadapi masa depan dengan percaya diri dan mengatasi berbagai tantangan yang mungkin muncul dengan bijaksana. Ini adalah momen penting bagi negara ini untuk melanjutkan perjalanan menuju kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi semua warganya. Dengan nilai-nilai kepemimpinan profetik sebagai pedoman, Indonesia memiliki potensi untuk mencapai kemajuan yang signifikan dalam transisi kepemimpinan nasional 2024.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.