Vandalisme di Masa Lalu: Ngalau Basurek di Geopark Ranah Minang Silokek

Dinding Mulut Ngalau Basurek
Sumber :
  • vstory

VIVA - Masih ingat dengan vandalisme tulisan ‘Depok’ di Gua Hira di Makkah?  Pernah dibahas pada website viva.co.id di sini.  Di Sumatera Barat, vandalisme diperkirakan sudah terjadi sejak tahun 1927, sebelum Republik Indonesia terbentuk. Vandalisme itu berbentuk tulisan BRIGADE OPNAME S.S, KWANTAN KLOFF, HOPZ D.J CARP, OPZ.H.SUMUAL, MARTOSOEDIRO, MEI-OCTOBER 1927" (lihat gambar) pada dinding mulut gua di daerah Sijunjung.

Kisah Carita dan Geowisata untuk Mendukung Geopark Ujung Kulon

Sekilas melihatnya, sulit untuk mempercayai bahwa tulisan itu sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Apakah ini sungguhan? Bagaimana dengan pelafalan bahasa Belanda? Bulan Mei, dilafalkan Mei dalam bahasa Belanda, namun Oktober tidak ada dalam pelafalan bahasa Belanda. Apakah Carp, Sumual dan Martosoediro itu di tahun 1927 itu sudah menggunakan bahasa Inggris?

Tulisan pada dinding Ngalau Basurek ini dapat disebutkan sebagai vandalisme, karena bukan merupakan gambar prasejarah. Secara popular, vandalisme dipahami sebagai aksi corat-coret pada fasilitas umum maupun properti pribadi seperti misalnya pada tembok rumah dan pagar. Vandalisme merusak keasrian dan keaslian suatu bangunan.  Lase (2003) mengartikan vandalisme adalah tindakan atau perilaku berbahaya yang  merusak berbagai benda di lingkungan fisik sekitar dan lingkungan yang dibuat pemerintah, baik milik pribadi  maupun fasilitas atau peralatan umum. Vandalisme merupakan perusakan yang berbahaya karena dapat merusak data-data arkeologi, terutama artefak-artefak yang  penting dalam proses penyiapan peninggalan sejarah. Pertanyaan kemudian berlanjut ‘untuk apa Carp, Sumual, dan Martosoediro melakukan vandalisme?’

Buntut Umumkan Darurat Militer, Presiden Korsel Yoon Ditetapkan Jadi Tersangka Pengkhianatan

Dalam buku Goldstein (2013) dijelaskan psikologi vandalisme, yaitu terkait sikap kita terhadap vandalisme adalah seperti terhadap perlakuan agresif tingkat rendah seperti penolakan, gangguan, perundungan, dan umpatan kasar. Namun, di masa kini, tindakan agresif ini kemudian menjadi keunikan suatu destinasi. Pertanyaan-pertanyaan mengenai benarkah ditulis tahun 1927, bagaimana caranya, dan untuk apa mereka mencoret-coret dinding ini kemudian menjadi bagian dari kisah yang mengundang berbagai penafsiran.

Penjelasan mengenai tulisan di dinding gua ini ditelusuri dari beberapa kajian. Tulisan itu dapat disebut sebagai seni cadas. Indonesia merupakan salah satu tempat yang memiliki warisan ancient rock art. Potensi-potensi ini dimanfaatkan sebagai objek wisata. Demikian, menurut Pemandu, tulisan ini Gua Basurek ini sudah ada sejak gua ini mulai dikenal. Kini, gua tersebut menjadi salah satu objek wisata.  

Kolaborasi Inklusivitas Gaya Hidup, Akses Produk Fashion Premium Kini Makin Mudah

Ngalau Basurek atau Gua Bersurat merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Sijunjung. Tempat ini merupakan objek wisata alam dan sejarah serta bagian dari kawasan wisata Geopark Silokek, Sumatera Barat. Tempat ini dapat ditempuh kira-kira setengah jam dari Kota Muaro Sijunjung, melintasi kawasan bertebing karst dan menyusuri tepi sungai Batang Kuantan yang coklat dan deras. Jalan yang meliuk-liuk tajam dan di beberapa tempat dapat disaksikan perahu-perahu penambang emas.

Ada banyak gua di wilayah ini, namun yang menjadi daya tarik adalah tulisan di dinding mulut gua. Inilah pembeda dengan gua-gua yang lain dan menjadi pemantik kisah-kisah yang kemudian dituturkan para pemandu wisata.

Dalam laman Kabupaten Sijunjung disebutkan Ngalau/Goa Basurek merupakan gua pada batuan karst/gamping yang unsur utamanya mengandung karbonat CaCo3 yang sangat reaktif terhadap larutan senyawa asam yang terdapat pada air sehingga membentuk rongga-rongga. Selain itu juga  terjadi proses pengendapan karbonat berikutnya yakni terbentuknya sungai bawah tanah dan hiasan-hiasan goa (stalactite, stalagmite, flowstone, guardam). Ngalau/Goa ini disebut Ngalau Basurek karena pada dinding bagian luar goa terdapat tulisan yang diyakini sebagai tulisan yang dibuat pada zaman [penjajahan] Belanda tahun 1927 M.

Gua Basurek adalah salah satu geosite di Geopark Ranah Minang Silokek. Geosite adalah tinggalan geologis yang langka, unik, dan merupakan bagian dari satu kawasan geopark. Peraturan Menteri ESDM nomor 31 tahun 2021 menyebutkan bahwa Situs Warisan Geologi (Geosite) adalah objek Warisan Geologi (Geoheritage) dalam kawasan Geopark dengan ciri khas tertentu baik individual maupun multi objek dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah cerita evolusi pembentukan suatu daerah. Sebagai bagian dari geopark, Gua Basurek menyandang kepentingan konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Dimulai dari rasa kepo terhadap tanda basurek pada mulut gua itu, disampaikan kisah-kisah edukasi mengenai Bumi. Mengenal Bumi membuka jalan untuk mencintai Bumi dan mensyukuri segala pemberian-Nya, sehingga diharapkan dapat membuka jalan ke arah tujuan menjaga dan melestarikan sebagai upaya konservasi. Di sisi lain, keberadaan geosite ini harus membawa manfaat bagi masyarakat pemilik kawasan. Program geowisata merupakan salah satu upaya meraih manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, yang diselenggarakan oleh dan untuk kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar.  Di titik ini, tujuan pembentukan geopark dapat diwujudkan.

Jadi, bagaimana dengan vandalisme dari masa lalu ini?

Sekali lagi, dugaan vandalisme biarlah menjadi bagian dari kisah dengan berbagai penafsiran. Tulisan di dinding Gua Basurek memerlukan penjelasan ilmiah yang mungkin melibatkan penanggalan karbon mutakhir, misalnya. Namun, di benak wisatawan yang ingin rehat seperti saya, biarlah menjadi rangkaian gambar sosok seorang Belanda, Ambon, dan Jawa yang menyusuri Sungai Kuantan dalam tugasnya dan terdampar di Gua ini. Mereka mungkin anak-anak muda yang seperti anak muda sekarang ingin eksis dan dikenang, serta meninggalkan jejak. Di masa sebelum ada media digital, jejak itu berbentuk vandalism, yang mungkin menjadi graffiti dan bahkan mural. Dalam benak saya,  mereka menorehkan nama yang entah menggunakan alat apa dan entah bagaimana dapat tertera hingga ke tahun kini, hampir seabad berikutnya. Kekuatan storytelling adalah juga imaginasi, meskipun data dan fakta sangat penting dalam rangkaian prosesnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.