Perang Cleopatra, Runtuhnya Julius Caesar, dan Oligarki Konglomerat

Film Cleopatra di Netflix (Foto/Netflix)
Sumber :
  • vstory

VIVA - Mengukur perkembangan ekonomi Indonesia, seperti melihat ekonomi Iran. Seperti Iran, Indonesia pun kaya dengan sumber daya alam. Minyak Iran nomor 3 tertinggi sedunia. Sejarahnya Iran kembali ke Zaman Persian bersama era peradaban Yunani.

Menlu AS: Situasinya Tetap Sangat Sulit dan Dramatis untuk Benar-benar Memperbaiki Gaza

Kebesaran Persian adalah akibat tekanan dari Romawi mereka gunakan Islam. Indonesia memiliki kesamaan sejarahnya Indonesia kembali ke Zaman kejayaan Mongolia, kerajaan di Majapahit sudah maju pesat. Jauh mendahului sejarahnya USA. Bahkan VOC pun perusahaan terbesar di dunia berdiri di Indonesia.

Kenapa kok ekonomi Indonesia dengan lokomotif konglomerat menjadi sandungan?

Menhan Israel: Kami Akan Terus Menyerang Hizbullah dengan Kekuatan Penuh

Ada 5 alasan:

Seluruh sumber daya alam Indonesia kembali ke minyak, kayu, batu bara, emas, nikel, tidak disimpan di dalam negeri. Persis perkawinan uang dan angkatan bersenjata, uang konglomerat Indonesia betah dijaga oleh angkatan bersenjata Singapura.

Tentara Israel Beri Ulasan 'Mengejek' di Google setelah Hancurkan RS hingga Restoran di Lebanon

Sifat uang adalah perlindungan nilai. Percuma kekayaan Oei Tiong Ham pun habis bila tidak dilindungi, baik oleh perang, political turbulence, atau hukum. Seperti rush di Hongkong, terjadi brain drain orang orang Hongkong lari ke Singapura dan Inggris.

Hal yang sama terjadi di Jakarta. Keturunan konglomerat pun banyak exodus ke Singapura.

Industri hukum. Sama dengan perkawinan uang dan angkatan bersenjata, perlindungan nilai uang dan kepemilikan erat dengan industri hukum.

Di Singapura, jangankan Anda mencuri, Anda tidak bayar tilang, atau tidak bayar cicilan kredit laptop pun ID card dan passport akan dicoret. Anda tidak bisa buka rekening bank, apalagi kabur.

Konglomerat Indonesia bersifat plutocracy artinya mereka mengandalkan monopoli dan konsesi. Hampir setiap produk di supermarket di Indonesia dikuasai monopoli. Menyebut brand di antaranya..

Monopoli:
Paling mudah compromise (menelisik) oligarki konglomerat adalah lewat monopoli. Hampir semua lini bisnis di Indonesia dikuasai monopoli konsesi konglomerat. Seperti di Hongkong ada Raja Li Ka Shing, di Malaysia ada Robert Kwok. Di Thailand ada Charoen Phokpan.

• Deterjen: So Klin, Rinso, Kao
Monopoli deterjen dimulai dari monopoli bahan baku deterjen yaitu oleh UIC Unggul indah corporation, join venture Grup Salim dan Wings. Mereka memberi proteksi harga khusus kepada 3 perusahaan, Unilever, wings, dan Dino kao.

Perusahaan yang digencet adalah ratusan merek deterjen colek industri UKM, dan perusahaan raksasa Sinar antjol merek B-29.

Cikal bakal mereka join venture di UIC menjadi batu loncatan monopoli konsesi mie instan. Kelak kemudian group wings terkenal di antaranya Hotel Kempinski di Nusa Dua Bali dijadikan venue presidensi G20 tahun 2022 kemarin.

• Sepeda motor: Honda, Yamaha, Suzuki
Monopoli sepeda motor dilakukan lewat financing bank terbesar di jepang Mitshui MFUG Grup

• Mie instan: indomie, mie sedap
Gara gara monopoli konsesi tepung terigu Bogasari dibuka, mereka monopoli ke hilir mie instan, dengan lewat join venture UIC yaitu Wings dan Salim group. Grup Wings dan grup djarum sama-sama menjadi partner grup Salim. Gup Djarum adalah pemilik bank BCA. sebelumnya milik Grup Salim.

Sejarahnya dulu Sudono Salim naksir gadis juragan tembakau di Kudus. Juragan kudus tersebut, mertua Sudono Salim memperkenalkan kepada pabrik rokok Djarum milik ayah nya Michael Hartono dan Budi Hartono. Kemudian kelak Grup Wings dan Djarum berbesan kedua anak laki laki Djarum Viktor dan Armand Hartono menikahi kedua putri William katuari Grup Wings.

• Hand phone: Swasembada
Group ini mendominasi sejak Zaman Nokia jadul, BlackBerry, Samsung, Xiaomi, Huawei. Group ini pun mengendalikan impor electronic.

• Pengembang: Agung Sedayu, Ciputra, Sumareccon, Sinarmasland.

Ciputra dikenal sebagai Sang Pengembang bersama Grup Pondok indah bersama Grup Salim metropolitan kencana. Ciputra dikenal sebagai founder Pembangunan jaya.

Kelak konsesi Pembangunan jaya di BSD city dioper Sinarmasland. Kaki tangan group property Salim dikendalikan lewat Artha Graha, proyek terkenal Pulau reklamasi.
Group Artha G. dimulai dari bisnis yayasan Kartika eka paksi. Kelak kemudian menguasai proyek SCBD Sudirman central.

Detik detik indikator senjakala oligarki konglomerat usai ditandai lewat

(1) Usaha properti Grup Artha G. yayasan Kartika, dan Grup Salim lewat pulau reklamasi. Sampai sekarang HGB pulau reklamasi dibatalkan Menteri Agraria. Indikator lain,

(2) Pinjaman kredit bank Artha Graha di Lippo supernal karawaci pun macet. Indikator lain,

(3) Modus IMEI zonder pajak dan bea cukai hand phone dibuka oleh pegawai dirjen bea cukai.

Indikator lain yaitu

(4) bisnis berlian tahun 2014 tersangkut gara gara kasus rekening jumbo BG pada kasus pencalonan Kapolri batal, kasus cicak buaya lawan Abraham Samad, dan Bambang Wijayanto lawan Buwas. Abraham dan Bambang kelak diskriminasi lewat KTP.

Indikator lain kelak masalahnya IMEI ini pun merembet pada pencopotan Menteri Kominfo gara-gara menara BTS. Entah apakah ada keterkaitan dengan kasus IMEI.

(5) Kasus satgasus Brigjen (pur) Pol Hendra Kurniawan tersangkut gratifikasi pesawat jet

Kelima indikator senjakala oligarki konglomerat usai ini adalah semacam fenomena pamali. Zaman kejayaan Soeharto jangan coba coba menyentuh grup mereka! Sebuah pamali atau tulah bagi APH aparat penegak hukum.

Misal, HGB pulau reklamasi tersebut sudah disahkan gubernur Djarot, dibatalkan Menteri Agraria sejak 2014. Zaman kejayaan Soeharto sertifikat HGU Pengembang cukup ditanda tangani kantor cabang BPN. Kelak kepala kantor cabang BPN Jakarta Timur tersangkut hedon.

(6) Perkara kasus kepala kantor cabang BPN Jakarta Timur tersangkut hedon ini seperti mustahil. Di Zaman kejayaan Soeharto mereka bangsawan teratas. Perkara pencopotan kepala kantor cabang BPN ini merupakan sebuah indikator senja kala oligarki konglomerat usai.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.