Paradigma Baru Perguruan Tinggi dalam Kampus Merdeka

ilustrasi oleh : pixabay.com
Sumber :
  • vstory

VIVA – Kemajuan teknologi yang semakin kental dan deras membawa berbagai perubahan signifikan. Gawai, internet, informasi, dokumen digital, sampai pertemuan virtual menjadi sebagian rupa-rupa ornamen yang muncul di kegiatan sehari-hari kita. Dengan demikian rasanya, gagap teknologi yang barangkali masih ada di sebagian diri kita menjadi penyakit akut yang mampu menjadikan kita tertinggal dan jauh dari relevansi kehidupan. Mengapa demikian? Sebab disadari atau tidak, dewasa ini, teknologi yang ada sudah benar-benar melekat langsung pada dimensi kehidupan. Dimulai dari pekerjaan, aktivitas olahraga, bercengkrama, serta pendidikan sudah mesti melibatkan basis teknologinya. Berbagai kemudahan dan penyederhanaan aktivitas yang bisa kita lakukan merupakan tanda bukti kita masuk dalam era baru digitalisasi.

Tuntutan Sumber Daya Manusia

Tantangan dan kebutuhan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai perlu kemudian menjadi perbincangan yang serius. Selain karena dampak kemajuan teknologi yang memberikan efek negatif semacam derasnya penyebarluasan informasi palsu (hoax), kecacatan mortalitas, atau penyalahgunaan media informasi sebagai alat transaksi ilegal tertentu membuka tabir bahwa menyikapi segala tantangan ini dengan menyiapkan kapasitas dan kapabilitas SDM kita khususnya generasi muda adalah langkah yang perlu dilakukan.

Secara sederhana edukasi mengenai pemanfaatan teknologi, pendampingan yang intensif, atau pengawalan ketat terhadap situs-situs media informasi ilegal memberikan kesempatan yang semakin sempit pada potensi negatif derasnya digitalisasi ini.

Namun apakah dengan itu sudah cukup? Tentu belum bisa dikatakan cukup, karena dalam menyeimbangkan derasnya digitalisasi dan menghentikan potensi negatif yang ada perlu dilakukan secara konkret dan berkelanjutan. Secara teknisnya, mengenai hal ini, selain menjadi kewajiban instansi atau lembaga baik swasta maupun negara tertentu, filtrasi dan memunculkan kesadaran dari dalam masing-masing insan pribadi adalah hal yang perlu digelorakan, sebab pada akhirnya, jika saja berbagai instansi sudah melakukan pencegahannya, namun tujuan kesadaran akan tidak ada kemanfaatan dampak negatif teknologi digital tidak muncul dalam kesadaran kita, agaknya utopis memang jika berharap memutus mata rantai keburukan ini.

Segmentasi Perguruan Tinggi

Dalam perkembangan dunia global yang sarat akan digitalisasi, pendidikan menjadi sekat ruang yang mampu membenahi betul kesiapan dan kesigapan Sumber Daya Manusia kita, khususnya para generasi penerus bangsa. Pendidikan sudah semestinya menjadi lahan yang senantiasa subur memunculkan konsep, ide, pragmatisme, juga metodologi berpikir yang mampu menyeimbangkan gelombang problematika yang muncul perihal kemajuan zaman.

Keharusan pendidikan sebagai pola asuh, ajar, dan pelatihan adalah laboratorium yang tidak hanya meluluskan manusia yang berbasis angka semata, tapi mereka yang unggul, kompeten, serta memiliki asa dalam mengarungi persaingan dan perkembangan zaman.

Perguruan tinggi menjadi salah satu elemen pilar yang mampu menginisiasi paradigma pendidikan tersebut, di mana pendidikan tinggi dengan segala instrumen yang dimilikinya mengandung arti bahwa tanggung jawab pendidikan tinggi bukan hanya sebatas menyelenggarakan pendidikan semata pada prosesi konvensional, tapi juga pada tataran terbarukan yang kekinian atau up to date. Asumsi dasarnya jelas, bahwa pendidikan tinggi dengan segala hiruk pikuknya adalah aktivitas yang melibatkan banyak cendekiawan dan intelektual yang mumpuni.

Berbagai kegiatan di dalamnya adalah kegiatan yang akan dilibatkan langsung dengan dinamika kehidupan, kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap perbincangan di perguruan tinggi bahkan, adalah perbincangan yang konstruktif terhadap penyediaan solusi dan representasi yang matang, yang menjadi jawaban berbagai kebutuhan secara administratif maupun praktik.

Paradigma Baru dan Kampus Merdeka

Berbicara soal perguruan tinggi, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) tentu tak boleh luput dari jangkauan. Program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang merupakan salah satu dari rangkaian Merdeka Belajar adalah kebijakan yang banyak menuai atensi publik.

Secara umum, setiap terobosan yang ada sedikit banyak mampu menampilkan bagaimana sejatinya relevansi pendidikan dilakukan dengan terus-menerus. Apalagi kenyataan bahwa gempuran pandemi yang pada rentan tahun 2020-2022 begitu menggerogoti mobilitas masyarakat menjadi kunci yang membawa relevansi pendidikan ini perlu ditingkatkan. Bagaimana tidak, keterbatasan yang dialami, problem baru semacam learning loss, keterbatasan akses, sampai kemunduran capaian belajar mengharuskan betul Kemendikbudristek mengayuh roda lebih keras lagi demi akselerasi kualitas pendidikan.

Kampus Merdeka sebagaimana terobosan yang muncul menyemai perspektif baru pendidikan dalam realitasnya, praktik pendidikan di perguruan tinggi berubah seiring adanya perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi. Gaya dan daya ilmu pengetahuan pun semakin meluas dengan adanya akses media-media masa, pada tataran ini, institusi pendidikan formal semakin dituntut untuk bisa bertransformasi demi eksistensi dan relevansinya.

Kampus Merdeka membawa paradigma baru yang menyegarkan dan kontekstualisasinya dalam kebutuhan pengembangan keahlian para perserta didik di perguruan tinggi, bukan malah menjadi guncangan seperti narasi yang muncul dalam tulisan kompas (Guncangan Kampus Merdeka, Kompas/10/01/2021). Kampus Merdeka mendekatkan praktik pendidikan yang tidak hanya hadir dan nampak, namun juga semakin menemui relevansi yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan sang aktor perubahan/agen of change. Kampus Merdeka menyebar benih lulusan perguruan tinggi yang cakap dan siap terjun ke masyarakat baik berpartisipasi dalam dunia kerja maupun menjadi roda penggerak ekonomi yang ada.

Kampus Merdeka: Inovasi Pendidikan yang Melahirkan Generasi Siap Bersaing

Percaturan antara globalisasi dan pendidikan adalah keniscayaan yang semakin kental dan tak bisa dihindarkan. Kampus merdeka selanjutnya mampu menyediakan keberlangsungan praktik pendidikan formal di perguruan tinggi agar bisa bertahan dan mampu unggul dalam isu globalisasi, dengan adanya transformasi pendidikan yang semacam ini, rombakan cara belajar dan mengajar konvensional tidak hanya satu arah namun menjadi kolaboratif.

Mekanisme pendidikan yang demikian juga serta merta membawa para lulusan perguruan tinggi akan semakin adaptif dalam mengakses aktualisasi keilmuan dan pengabdiannya di masyarakat, dimensinya bisa berbagai sektor semacam pekerjaan, ekonomi kreatif, pembelajaran dan lainnya. Tupoksi institusi pendidikan yang meluluskan manusia yang mampu menyebarkan manfaat seluas-luasnya adalah arti kesuksesan instansi pendidikan yang mumpuni. (Muhamad Ikhwan A A (Manajer Program Al Wasath Institute, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Jayabaya)

Transformasi Kampus Merdeka: Membangun Kampus Bebas Kekerasan Seksual
ilustrasi oleh pixabay.com

Saatnya Magang Mahasiswa Naik Kelas

ini mebuka pintu kesempatan yang seluas - luasnya bagi setiap mahasiswa untuk mampu menguatkan segi kemampuan kompetensi dan mentalitas sebagai professional

img_title
VIVA.co.id
19 September 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.