Penyalahgunaan Rasionalisme Memicu Lahirnya Mitos Radikalisme

Penulis merupakan peneliti di bidang keuangan negara dan kebijakan publik serta penggiat demokrasi
Sumber :
  • vstory

VIVA – Dari bagian terdalam negeri-negeri Islam, terdapat keraguan yang sangat mendalam terkait benarnya universalisme Barat, atau apa yang disebut imperialisme universal. Prancis telah menjadi inkarnasi yang mencolok dari imperialisme ini, karena telah melahirkan sebuah populisme nasional, yang menurut saya ini sangat berkaitan dengan nama Herder.

Pesta Demokrasi Selesai, Persaudaraan Jangan Ikut Usai

Jika benar bahwa ini adalah salah satu bentuk universalisme tidak lain adalah sebuah nasionalisme yang sudah mengundang hal yang universal ibarat kata Hak Asasi Manusia (HAM) demi mengukuhkan eksistensinya, maka menjadi tidak mudah lagi untuk melabeli semua reaksi fundamentalis terhadapnya sebagai gerakan yang dinamakan reaksioner.

Rasionalisme ilmiah yaitu rasionalisme yang bermodel matematis telah banyak menginspirasikan kebijakan daripada International Monetary Fund (IMF) atau Bank Dunia, firma-firma hukum, perusahaan multinasional raksasa lintas yuridiksi yang menyebarkan tradisi-tradisi hukum Amerika ke seluruh penjuru planet, teori-teori tentang tindakan rasional, dan masih banyak lagi.

Bantu Perangi Terorisme di Afrika, Adakah Niat Terselubung Amerika?

Semua ini adalah ekspresi sekaligus justifikasi dari arogansi-arogansi Barat, yang membuat banyak orang bertindak seolah mereka memiliki kekuasaan atas monopoli dalam rasio dan dapat mengukuhkan diri sebagai polisi dunia, yaitu menahbiskan diri sendiri sebagai pemegang kekuasaan atas monopoli kekerasan yang legitimasi, yang boleh menggunakan senjata demi melayani keadilan secara universal.

Kekerasan yang dilakukan para teroris adalah sebuah irasionalitas yang mengakibatkan keputusasaan sehingga hampir selalu menjadi akar-akarnya, sama dengan kekerasan bawaan dari kekuasaan-kekuasaan yang sudah melahirkan rasionalitas. Sementara itu, pemaksaan ekonomi seiring didandani dengan alasan-alasan yuridis, sehingga imperialisme selalu melindungi dirinya di dalam legitimasi lembaga-lembaga internasional tersebut. 

Kekuasaan adalah Perimbangan Kekuatan yang Stabil

Melalui kemunafikan yang sama dari rasionalisasi-rasionalisasi yang diniatkan untuk menopengi standar gandanya, mereka cenderung memprovokasi atau menjustifikasi orang-orang yang berbudaya Arab, Amerika Selatan atau Afrika untuk memberontak terhadap rasionalitas yang tidak terpisahkan dari penyalahgunaan kekuasaan karena dipersenjatai atau telah dijustifikasi oleh rasio (ekonomi, ilmiah atau yang lain). 

Media-media digital sosial media Facebook, group WhatsApp, TikTok, Instagram dan sampai dengan media pertelevisian yang selalu menolak dialog rasional yang kompetitif, jelas lebih mudah mendukung atau melawan sebuah ide, nilai, individu, institusi atau situasi, ketimbang menganalisa apa yang sebenarnya telah terjadi, dengan berbagai macam semua kompleksitasnya.

Dalam berbagai macam pendekatan, yakni masyarakat ternyata cepat sekali mendukung apa yang selalu disebut oleh para jurnalis adalah 'Masalah Sosial'. Ini merupakan persoalan tentang hijab, contohnya memperlihatkan bahwa tidak cakapnya mereka menganalisa dan memahami maknanya, sehingga selalu sering berlawanan dengan institusi etnosentris yang sangat mendasar.

Sementara itu realitas-realitas histori selalu enigmatik, dan meski terlihat jelas dengan sendirinya, akan tetapi sangat sulit untuk dibaca dan dicerna. Sehingga itulah sebabnya setiap kasus-kasus yang terjadi adalah merepresentasikan dari sebuah tantangan yang luar biasa, bagi pengetahuan maupun bagi tindakan. Tes yang dilakukan untuk menguji kebenaran bagi semua analisis ini, di atas segalanya, adalah batu penjuru semua komitmen.

Di dalam beberapa kasus yang terjadi belakangan ini lebih daripada yang lain, analisis ketat terhadap situasi-situasi dan institusi-institusi tidak diragukan lagi menjadi penawar terbaik bagi pandangan-pandangan yang sepihak dan bagi semua bentuk Manikheisme yang sering kali diasosiasikan dengan privilese kefarisian berbentuk pemikiran komunitarian yang melalui representasi-representasi yang mereka padukan dan kota-kota yang ada di dalamnya membuat mereka terekspresikan, dan sering kali dipenuhi dengan konsekuensi-konsekuensi yang mematikan. 

Irasionalisme ini sebagian sebenarnya adalah produk dari rasionalisme kita sendiri yang imperialistik, invasif dan dikuasai oleh nafsu menaklukkan, atau sebagian dari yang lain rasionalisme kita yang picik, defensif, regresif, dan represif, yang sebenarnya tergantung pada tempat dan waktunya. 

Kita masih dapat membela rasio ketika memerangi mereka yang banyak menopengi penyalahgunaan kekuasaan di bawah tampilan rasio, atau yang menggunakan senjata rasio untuk mengkonsolidasikan atau menjustifikasikan sebuah imperium yang semena-mena.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.