Tidak Hanya Bekerja, Kini Suami di Kalbar Juga Terlibat Pekerjaan Rumah Tangga

Sumber: freepik.com
Sumber :
  • vstory

VIVA - Pekerjaan rumah tangga identik dengan kegiatan perempuan, bekerja di ruang publik identik dengan kegiatan laki-laki. Namun, sejak tahun 2000-an beberapa negara mencatat waktu perempuan di kegiatan rumah tangga semakin menurun, sedangkan waktu laki-laki untuk pekerjaan rumah tangga meningkat. Fenomena tersebut terjadi karena adanya peningkatan waktu perempuan di ruang publik. Akibatnya, waktu perempuan di rumah tangga akan disubstitusi oleh laki-laki.

Polisi Tangkap Dua Bidan yang Jual 66 Bayi di Kota Yogyakarta

Pada pasangan menikah, bekerja dan mengurus rumah tangga cenderung dilakukan bersama-sama untuk mencapai waktu luang bersama. Secara statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2020 Provinsi Kalimantan Barat mencatat paling banyak individu (laki-laki dan perempuan) melakukan pekerjaan rumah tangga ketika berstatus kawin, dibandingkan individu berstatus belum kawin, cerai hidup, atau cerai mati. Peran substitusi laki-laki tersebut terbukti mampu mendorong kestabilan pernikahan dan meningkatkan kesetaraan gender.

Menurut United Nations Development Programme (UNDP), unpaid care work atau pekerjaan rumah tangga dapat dibagi atas perawatan langsung (direct caring) dan perawatan tidak langsung (indirect caring).  Kegiatan yang meliputi perawatan langsung antara lain merawat orang sakit, menjaga dan mengasuh anak, merawat lansia, dan merawat individu dengan kebutuhan khusus. Kegiatan yang meliputi perawatan tidak langsung antara lain merapikan rumah, mempersiapkan makanan, memasak, mencuci piring, merapikan pakaian, mengambil air dan mengumpulkan kayu bakar.  Tidak hanya perempuan, beberapa kegiatan tersebut pun mulai melibatkan peran laki-laki. Hanya saja, Pailhé et al., (2019) melalui studinya di Paris menemukan bahwa keterlibatan laki-laki masih berupa kegiatan non rutin, seperti memperbaiki kerusakan, berkebun, atau berbelanja.

Yakin Vadel Badjideh Ditangkap, Nikita Mirzani: Ayo Taruhan Sama Gue, Berapa?

Substitusi laki-laki dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dapat dijelaskan secara teori ekonomi modern. Penawaran tenaga kerja (labor supply) dapat digambarkan dalam proses produksi rumah tangga, dimana waktu yang dialokasikan seseorang dalam pekerjaan rumah tangga memberi kesempatan waktu luang dan income yang lebih besar untuk anggota rumah tangga lainnya. Nilai dari pekerjaan rumah tangga pun setara dengan bekerja diupah karena membutuhkan labor dan capital.

Trigger Suami yang Bekerja untuk Terlibat Pekerjaan Rumah Tangga

Poltek Harber Borong Anugerah LLDIKTI Wilayah VI Tahun 2024

Pandangan tradisional melihat bahwa urusan di rumah tangga bersifat feminin, artinya lebih cocok dilakukan perempuan. Perempuan tradisional pun masih menganggap bahwa urusan rumah tangga adalah identitas dirinya. Namun sejak banyaknya perempuan masuk dalam ruang publik, waktu perempuan untuk berada di rumah semakin berkurang. Hal tersebut mendorong pasangannya untuk terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Studi tesis mahasiswi Universitas Indonesia menemukan bahwa di Indonesia tahun 2018, istri yang bekerja cenderung memiliki suami yang bekerja untuk terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Jika memperkecil scope nya,  kecenderungan ini pun terjadi di wilayah Kalimantan Barat pada periode yang sama. Istri yang bekerja cenderung tinggal dengan suami yang bersedia melakukan peran ganda, yaitu bekerja dan mengurus rumah tangga. Begitu pula sebaliknya, istri yang tidak bekerja cenderung tinggal dengan suami bekerja dan tidak mengurus rumah tangga.

Dalam ilmu sosial (social science), sikap individu akan memengaruhi individu lainnya dan terjadi secara berulang, timbal balik, serta terus menerus. Jika diteruskan dengan metode inferensial berupa model persamaan simultan – yang mengakomodasi keputusan individu dalam social science –, laki-laki menikah dan memiliki pekerjaan di Provinsi Kalimantan Barat cenderung 2 kali lebih tinggi melakukan pekerjaan rumah tangga ketika memiliki istri yang bekerja. Temuan ini dihasilkan setelah dikontrol oleh karakteristik sosial dan demografi lainnya. Adanya kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di ruang publik memberi celah bagi laki-laki untuk mengerjakan kegiatan yang umumnya dianggap feminin.

Kegiatan rumah tangga membutuhkan pengalaman

Meskipun tidak terlihat, pekerjaan rumah tangga tidak dapat ditinggalkan. Seorang ekonom, Gary S. Becker, menyatakan bahwa experiences dalam pekerjaan rumah tangga mampu menjadikan seseorang lebih mahir dan efisien. Misalnya ketika keterlibatan dalam pekerjaan rumah tangga sudah dibiasakan sejak dini. Susenas Maret 2020 Provinsi Kalbar menunjukkan hampir dua per lima perempuan berusia sekolah (10-18 tahun) terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, dibanding tiga per lima perempuan usia sekolah lainnya tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Sedikit lebih rendah, satu per lima laki-laki usia sekolah sudah terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Akumulasi waktu dalam pekerjaan rumah tangga diharapkan menjadi suatu kebiasaan baik di masa depan.

Yang cukup menjadi perhatian bila individu di usia sekolah menghadapi waktu yang lebih banyak untuk pekerjaan rumah tangga, misalnya mengumpulkan kayu bakar, mengasuh adik, atau kegiatan lainnya. Pekerjaan rumah tangga menghasilkan produksi rumah tangga dengan output yang sama dengan harga pasar, maka apabila individu pada usia sekolah menghabiskan waktu lebih banyak untuk pekerjaan rumah tangga artinya individu tersebut dianggap sebagai pekerja anak.

Kesetaraan gender semakin baik ketika laki-laki terlibat pekerjaan rumah tangga

Gender Inequality Index (GII) atau Indeks Ketimpangan Gender (IKG) merupakan Indeks yang menjelaskan sejauh mana kehilangan pencapaian keberhasilan pembangunan dalam tiga aspek pembangunan manusia (kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan partisipasi ekonomi) sebagai akibat adanya ketimpangan gender. Dalam mengukur kesetaraan gender suatu wilayah, IKG dianggap sebagai ukuran yang lebih baik dibanding Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG). Secara internasional, GII diterbitkan oleh UNDP. Di Indonesia, IKG dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sayangnya, angka IKG masih diestimasi lingkup nasional, belum dapat diestimasi hingga tingkat provinsi. Estimasi gender tingkat provinsi dapat dilihat berup IDG dan IPG.

IKG di Indonesia masih cukup tinggi dibanding negara ASEAN lainnya, yakni tertinggi ke-4. Beberapa negara telah menunjukkan penurunan angka indeks dalam satu dekade, namun Indonesia belum juga menurun. Selain potret kesetaraan gender terangkum dalam IKG, SDGs tujuan kelima target keempat pun mendorong terlibatnya laki-laki dalam pekerjaan rumah tangga yang berbunyi “… mendorong tanggung jawab bersama dalam keluarga dan rumah tangga” Dengan demikian diharapkan kesetaraan gender di Indonesia pun dapat semakin membaik. Secara khusus, kualitas hidup individu dalam perkawinan pun akan semakin membaik karena mengecilnya ketimpangan gender.

 

Direktur SDM dan Umum BPJS Kesehatan, Dr. dr. Andi Afdal, M.B.A., AAK

Kisah Sukses Andi Afdal: Dari Dokter Desa Kini Masuk Jajaran Direksi di BPJS Kesehatan

Karier Andi Afdal dimulai pada tahun 1998 sebagai Kepala Puskesmas Kebun Sari Wonomulyo, Polmas, Sulawesi Barat, di bawah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
13 Desember 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.