Konglomerat Mengalami Efek Ekstasi yang Bukan Uang

Ilustrasi uang
Sumber :
  • vstory

VIVA - Gara gara ekonomi mengalami turbulence, naik turun, krisis moneter, inflasi tinggi maka pemain bisnis mengalami gejolak.

Kepemimpinan dan pengaruh sosial adalah kemampuan menggerakkan kekuasaan.

Sepanjang hidup kita berpedoman bahwa orang kaya berkuasa. Jadi logika kita, kekuasaan butuh duit. Salah

Kesalahan terbesar adalah memainkan kekuasaan pakai duit. Tidak.

Sekali lagi tidak.

Istilahnya, kalau dengkul kita tidak bisa menghasilkan uang, bagaimana mungkin konglomerat dengkulnya bisa punya Rp 70 triliun?

Oleh karena itu, penting bagi kita memainkan kekuasaan.

1. Kekuasaan adalah memainkan tangan-tangan pemangku kuasa. Jadi pertama adalah, tangan siapa yang kita mainkan?

Modal Pistol Mainan Pencuri Gasak Emas dan Uang Milik PNS di Aceh

Pengalaman saya berinteraksi dengan konglomerat, tangan mereka menggerakkan orang-orang. Bilamana kita terpilih, mereka pun bisa menggerakkan kita.

2. Dorongan konglomerat bukan uang. Tapi regret. Penyesalan.

ICW Catat 33 Provinsi Gelar Pilkada Terindikasi Kuat Punya Paslon Terafiliasi Dinasti Politik

Bilamana kita tidak punya uang banyak, istilahnya saya terakhir kehilangan gunting kuku.

Tapi perjalanan konglomerat naik turun ke Rp 70 triliun yang paling diingat adalah regret. Uang-uang kerugian akibat kompetisi.

Cara Merawat Uang Agar Tidak Rusak: Tips Mudah yang Wajib Diketahui!

Ini adalah kemampuan skills leadership.

Beberapa orang saya lihat pernah berinteraksi dengan konglomerat. Tapi mereka mungkin tidak menyerap kehendak si konglomerat.

Kebanyakan orang seperti advokat Alvin lim, sudah sering WhatsApp Kapolri tetapi dirinya terus saja tarik-tarik tangan orang lain, misalnya HRS, Lieus sungkarisma, Refly harun, dll. Bukankah dia sudah ketemu WA Kapolri?

3. Satu dorongan (motivasi) konglomerat akan menarik tangan kuasa lainnya. Saat ada tangan menggerakkan diri kita, itu seperti sebuah roh, atau "soul' dan pihak-pihak lain pun ikut merasakan, dan ikut memainkan tangan kekuasaan.

Jadi sama seperti orang dapat uang banyak, konglomerat pun mengalami efek ekstasi yang bukan uang, misalnya: kemenangan, adanya jalan solusi, keseimbangan kekuatan, titik balik bandul kekuasaan, dll

Misalnya, saya menulis buku

• BLBI
• 9 Naga
• Kekelahan demokrasi
• BPJS kesehatan dan layanan TNI

Buku buku tersebut tidak langsung digunakan oleh tangan kuasa. Seperti menggali, akhirnya ketemu dengan tangan kuasa.

4. Kehendak tangan kuasa itu hampir mustahil kita ketahui, tanpa diberi tahu. Oleh karena itu, sekali lagi seperti kisah Alvin lim advokat yang bikin YouTube dua ratusan podcast paling vokal se Indonesia sekarang dikurung penjara 4,5 tahun.

Akibatnya fatal.

Kenapa?

Karena dia tidak bisa komprehensif menyerap kehendak tangan kuasa. Dia Alvin sudah sering komunikasi WhatsApp dengan Kapolri, seharusnya dia paham.

Alih-alih bisa alignment (menyamakan sudut pandang) eh Alvin gelut gantian dengan 190 jaksa.

5. Seharusnya Alvin ganti alignment (sudut pandang) lawan musuh-musuhnya Kapolri, entah siapa.

Mungkin musuh Kapolri adalah pungli. Penyidik ghosting. Tilang. Kan ada juga tuh coret coretan di kantor polres "sarang pungli".

Buktinya pengacara Henry Yosodiningrat saja tukar klien dengan Hotman Paris sekarang Hotman pegang Irjenpol Teddy Minahasa, dan Henry Yosodiningrat pegang Brigjen Hendra. Itulah perlunya alignment sudut pandang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.