Tantangan KTT G20 Indonesia: Kolaborasi dan Solidaritas Global

Sumber: The Asia South Pacific Association for Basic and Adult Education (ASPBAE). Penulis pada posisi paling kanan, batik merah.
Sumber :
  • vstory

VIVA  – Kolaborasi dan solidaritas global menjadi tantangan berat dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of 20 (G20) Indonesia 2022 yang akan digelar di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Indonesia, pada 15-16 November 2022 mendatang.

Jaga Kondusifitas, Pramono Ajak Semua Pihak Legowo Terima Hasil Pilkada

Permasalahan ini menjadi perhatian serius bagi para delegasi peserta KTT Civil 20 (C20) Indonesia 2022 yang telah berlangsung pada 5-7 Oktober 2022 di Nusa Dua, Bali. Kolaborasi dan solidaritas global ini sangat sulit terlaksana di tengah berlangsungnya perang berlarut-larut serta konflik fisik dan psikis antara Federasi Rusia versus Republik Ukraina, termasuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di wilayah Ukraina.

Situasi ini tentu dapat mengancam terwujudnya misi pemerintah Republik Indonesia (RI) sebagai Ketua Presidensi KTT G20 2022, yakni ‘Recover Together, Recover Stronger’ atau ‘Pulih Bersama, Bangkit Perkasa’. Apalagi umat manusia belum pulih benar dari pandemi Coronavirus Desease 2019 (COVID-19) yang melanda dunia selama tiga tahun terakhir.

Bye Panci Presto! Trik Masak Lontong 5 Menit Hemat Gas, Anti Gagal

Dalam poin kempat Komunike KTT C20 Indonesia 2022, tertulis: “We would like to remind all of us the Recover Together, Recover Stronger could only be achieved if G20 collaborates, not only with G20 member countries, but also with other countries that have the same common goals, are committed to a concerted effort to recover from the pandemic, leaving no one behind, with input and support from civil society organizations.” Artinya, “Kami ingin mengingatkan kita semua bahwa ‘Pulih Bersama, Bangkit Perkasa’ hanya dapat dicapai jika G20 berkolaborasi, tidak hanya dengan negara-negara anggota G20, tetapi juga dengan negara-negara lain yang memiliki tujuan bersama yang sama, berkomitmen terhadap upaya bersama untuk pulih dari pandemi, tanpa meninggalkan siapa pun, dengan masukan dan dukungan dari organisasi masyarakat sipil”.

Membaca poin keempat dalam Komunike KTT C20 Indonesia 2022 ini, penulis teringat dengan konsep ‘Gotong Royong’. Konsep ini sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia, bahkan telah lama menjadi ciri khas kepribadian bangsa Indonesia. Konsep gotong royong juga diwariskan dan diajarkan secara turun-temurun oleh nenek moyang penduduk nusantara.

Rahasia Cara Mengatur Gaji 5 Juta Rupiah: Hindari Boros, Maksimalkan Tabungan

Dalam arti luas, konsep gotong royong dapat diejawantahkan menjadi praktik kolaborasi, kerja sama, dan solidaritas global, termasuk di lingkup negara-negara G20. Itulah sebab mengapa Indonesia mengusung tema ‘Pulih Bersama, Bangkit Perkasa,’ bukan konsep-konsep yang cenderung mempromosikan kelebihan bangsa sendiri seperti ‘Indonesia Macan Asia,’ ‘Zamrud Khatulistiwa’ atau ‘Garuda Asia’.

Selain itu, prinsip ‘no one left behind’ atau ‘tidak meninggalkan siapa pun’ juga menjadi perhatian utama para delegasi peserta KTT Civil 20 Summit Indonesia 2022. Dalam arti luas, prinsip ini dapat dipahami sebagai saran dan masukan kepada para pemimpin negara G20 agar mengajak semua pihak untuk berkolaborasi, bekerja sama dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam mewujudkan misi ‘Pulih bersama, Bangkit Perkasa’.

Para pihak yang dimaksud ialah sesama pemimpin negara anggota G20 serta organisasi nonpemerintah (non governmental organization/ NGO) atau organisasi masyarakat sipil (civil society organization/ CSO) di negara-negara G20. Pihak-pihak lainnya yakni para pemimpin negara di luar G20 yang memiliki tujuan dan misi yang sama dengan G20, termasuk berbagai CSO/ NGO di negara-negara tersebut.

Dalam konteks G20, pandemi COVID-19 menjadi hambatan besar yang dialami oleh umat manusia di seluruh dunia yang berasal dari faktor alam. Sedangkan konflik global yang melibatkan negara-negara G20, seperti konflik Rusia versus Ukraina, serta konflik perbatasan Republik India versus Republik Islam Pakistan, menjadi hambatan besar yang dialami oleh negara-negara anggota G20 yang berasal dari faktor manusia. Hambatan lainnya dari faktor manusia ialah konflik perbatasan Laut China Selatan yang melibatkan Republik Rakyat Tiongkok (China) versus Republik China (Taiwan) dan sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Republik Sosialis Vietnam, Republik Filipina, Brunei Darussalam, dan Malaysia. China merupakan salah satu negara angota G20 yang sangat berpengaruh di dunia secara ekonomi dan politik. Fakta berbagai konflik ini menyebabkan sulitnya negara-negara anggota G20 untuk mewujudkan kolaborasi dan solidaritas global pasca pandemi COVID-19.

Pada poin kelima Komunike KTT C20 Indonesia 2022, tertulis: “The C20 Summit 2022 is a global event of Civil Society Organisations from 65 countries across the 5 continents. We gather here to emphasize that global solidarity is what we need to find
solutions to the world’s problems. We come from diverse backgrounds, but we believe we should be united to achieve our common goals: equality, justice and humanity.”. Artinya, KTT C20 2022 ialah kegiatan global Organisasi Masyarakat Sipil (CSO) dari 65 negara lintas lima benua. Kami berkumpul di sini untuk menekankan bahwa solidaritas global adalah apa yang perlu kita temukan solusi-solusinya terhadap masalah dunia. Kami berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, namun kami yakin bahwa kami harus bersatu untuk mencapai tujuan-tujuan kita bersama: kesetaraan, keadilan dan kemanusiaan.”

Bhinneka Tunggal Ika atau Unity in Diversity, demikian semboyan dan moto khas bangsa Indonesia yang selalu bersanding dengan lambang negara Garuda Pancasila. Semboyan ini memiliki arti ‘walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua’.

Penulis serta merta teringat dengan semboyan ini setelah membaca poin kelima dalam Komunike KTT C20 Indonesia 2022. Khususnya terkait perbedan latar belakang CSO/ NGO yang sangat beraneka ragam budaya, ideologi, agama, pandangan politik dan mazhab ekonominya karena berasal dari 65 negara lintas lima benua. Namun semua perbedaan itu tidaklah menghalangi para delegasi peserta KTT C20 Indonesia 2022 untuk menyatukan sikap dalam mencapai tujuan-tujuan bersama, yakni terwujudnya kesetaraan, keadilan dan kemanusiaan di seluruh dunia.

Selain itu, terkait tujuan-tujuan bersama yang hendak dicapai oleh delegasi peserta KTT C20 Indonesia 2022, yakni kesetaraan, keadilan dan kemanusiaan, secara spontan mengingatkan penulis terhadap sila kedua Pancasila, yaitu ‘Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.’ Sila kedua dalam Pancasila ini memberikan pengakuan yang setara terhadap harkat dan martabat kemanusiaan, apa pun latar belakang ideologi, politik, sosial, budaya, ekonomi, agama, bahasa, etnik, ras, adat istiadat, kebangsaan dan suku bangsanya. Penyebabnya, setiap manusia merupakan ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT), Tuhan Yang Maha Esa, dengan predikat makhluk hidup yang paling sempurna di dunia ini. Penyebab lainnya, seluruh manusia hidup di atas tanah dan air di planet yang sama, yakni bumi, serta berbagi udara yang sama dari atmosfer bumi, yakni menghirup oksigen dan mengembuskan karbon dioksida. Konsekuensi logisnya, setiap manusia berkedudukan sejajar di depan hukum universal, memiliki hak asasi manusia yang sederajat, dan harus diperlakukan secara beradab.

Lebih lanjut, para delegasi peserta KTT C20 Indonesia 2022 sepakat untuk menggarisbawahi solidaritas global sebagai prasyarat utama dalam menemukan solusi-solusi terhadap masalah dunia. Kata solidaritas sangat mudah diucapkan oleh lisan kita, namun sangat sulit dalam praktiknya dewasa ini. Apalagi di tengah berkecamuknya konflik global yang melibatkan sejumlah negara anggota G20. Kondisi ini menyebabkan solidaritas global menjadi tantangan berat dan sulit untuk diwujudkan negara-negara G20. Tepatnya dalam menuntaskan misi ‘Pulih Bersama, Bangkit Perkasa’ yang diusung pemerintah RI sebagai Ketua Presidensi G20 Tahun 2022.

Padahal menurut penelitian Our World in Data, sejak awal pandemi COVID-19 hingga Senin, 24 Oktober 2022, tercatat jumlah kematian warga di seluruh dunia, global citizen, akibat terpapar Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) telah mencapai 6.579.502 jiwa. Adapun jumlah kasus positif warga yang terpapar SARS-CoV-2 di seluruh dunia, sejak awal pandemi hingga Senin, 24 Oktober 2022, tercatat telah mencapai 627.966.628 kasus. Informasi ini penulis kutip dari laman https://news.google.com/covid19/map?hl=id&mid=/m/02j71&gl=ID&ceid=ID:id pada Rabu siang, 26 Oktober 2022.

Seharusnya, data-data ini menjadi peringatan keras dan dapat menyadarkan para pemimpin G20 untuk bersatu padu, berkolaborasi dan menunjukkan solidaritas global yang tinggi dalam mencari solusi terhadap permasalahan pandemi COVID-19. Namun yang terjadi sebaliknya, sejumlah negara anggota G20 justru terlibat dalam berbagai konflik global. Kondisi ini sungguh memprihatinkan kita semua, khususnya para delegasi peserta KTT C20 Indonesia 2022. Penulis pun teringat dengan kata-kata mutiara dari tokoh dunia asal Johannesburg, Afrika Selatan, yaitu Nelson Rolihlahla Mandela. Selama hidupnya, Nelson Mandela mendedikasikan diri dalam perjuangan revolusioner melawan rezim apartheid (segregasi ras) dan diskriminasi manusia berdasarkan perbedaan warna kulit (ras), agama, etnis dan suku bangsa di Afrika Selatan. Adapun pesan Nelson Mandela itu ialah: “Jika anda ingin berdamai dengan musuh anda, anda harus bekerja dengan musuh anda. Kemudian, dia menjadi pasanganmu."

Pesan legendaris Nelson Mandela mungkin terdengar ekstrem, tetapi bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Bahkan Nelson Mandela membuktikan sendiri hal itu melalui kerja sama strategis dan fundamental antara African National Congres (ANC), partai yang dipimpinnya, dengan Presiden Afrika Selatan, Frederik Willem (F. W.) de Klerk. Kerja sama ini bertujuan untuk menghapuskan sistem politik apartheid secara bertahap dan konstitutsional di Afrika Selatan. Termasuk memberikan hak-hak yang sama kepada seluruh warga Afrika Selatan secara luas, khususnya warga kulit hitam dan kulit berwarna, dalam berbagai bidang seperti ekonomi, sosial dan politik. Bahkan Presiden Nelson Mandela dengan besar hati telah menempuh negosiasi dan rekonsiliasi damai, tidak membalas dendam, dan memaafkan (tetapi tidak melupakan) kebijakan politik apartheid terhadap warga kulit hitam dan kulit berwarna di Afrika Selatan yang telah berlangsung puluhan tahun.

Dengan demikian, negara-negara anggota G20 dapat menerapkan semangat perjuangan Nelson Mandela dalam menyelesaikan konflik fisik dan psikis melalui proses negosiasi dan rekonsiliasi damai. Meskipun hal ini sulit ditempuh karena berkecamuknya sejumlah konflik global saat ini, namun bukan hal yang mustahil untuk diterapkan. Apalagi Afrika Selatan juga menjadi negara anggota G20. Bahkan nilai-nilai perjuangan Nelson Mandela sejalan dengan tema yang diangkat dalam KTT C20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, yakni “Voicing and Realizing A Just Recovery for All” atau “Menyuarakan dan Mewujudkan Suatu Pemulihan yang Adil untuk Semua.” Konferensi internasional ini mengangkat moto “You Are Heard” atau “Anda Didengar”.

Adapun Sherpa KTT Civil 20 Indonesia 2022 ialah Ah Maftuchan, dengan Ketua (Chair) Civil 20 Sugeng Bahagijo. KTT ini dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, pada Rabu, 4 Oktober 2022, lalu ditutup oleh Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian RI, Airlangga Hartanto, pada Kamis, 6 Oktober 2022. Kedua perwakilan pemerintah RI itu juga memberikan kata sambutan sebagai narasumber utama, keynote speaker, dalam acara ini. Kegiatan ini menjadi acara pendukung (side event) dari KTT G20 Indonesia 2022.

Lebih lanjut, KTT Civil 20 Indonesia 2022 telah disaksikan oleh 566 peserta delegasi nasional dari Indonesia dan 55 peserta delegasi internasional yang hadir secara langsung (luring) di lokasi acara, Hilton Bali Resort, Nusa Dua. Turut hadir melalui aplikasi zoom cloud meeting (daring) yakni 280 peserta delegasi nasional dan 150 peserta delegasi internasional. Para delegasi mewakili sejumlah organisasi nonpemerintah atau masyarakat sipil dari 55 negara di seluruh dunia. Dalam kegiatan ini, Institut InMind diwakili oleh Direktur Jaringan Strategis dan Kerja Sama, yakni Muhamad Ibrahim Hamdani, sebagai peserta dengan akses penuh ke seluruh acara.

Selain itu, terdapat tujuh kelompok kerja (working groups) dalam KTT C20 Summit Indonesia 2022, antara lain Vaccine Access and Global Health atau Akses Vaksin dan Kesehatan Global; Gender Equality and Disability atau Gender dan Disabilitas; serta Taxation, Sustainable Finance and Debt atau Pajak, Keuangan Berkelanjutan dan Utang. Kelompok kerja lainnya ialah Environment, Climate Justice and Energy Transition atau Lingkungan Hidup, Keadilan Iklim dan Transisi Energi; serta Sustainable Development Goals (SDG’s) and Humanitarian atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Kemanusiaan. Ada pula kelompok kerja Education, Digitalization, and Civic Spaces atau Pendidikan, Digitalisasi dan Ruang Sipil; serta Anti-Corruption atau Anti Korupsi.

Di akhir konferensi internasional ini, turut hadir dan menyampaikan kata sambutan Duta Besar (Dubes) Republik India untuk RI, Dubes Manoj Kumar Bhakti. Hal ini wajar karena pemerintah India akan menjadi Presidensi G20 Summit 2023. Hadir pula Dubes United Mexican States (Negara Meksiko Bersatu) untuk RI, Dubes Armando Gonzalo Alvarez Reina. Ia juga memberikan kata sambutan dalam acara ini. [Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si., Direktur Jaringan Strategis dan Kerjasama Institut Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind Institute)]

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.