Vitalnya Ketersediaan Transportasi pada Rantai Pasok Bahan Pangan
- vstory
VIVA – Per April 2022 lalu, pemerintah melalui PT Pertamina selaku perusahaan BUMN menaikkan harga BBM non subsidi. Kenaikan harga BBM ini memicu demo penolakan di berbagai tempat. Mengapa naiknya harga BBM membuat tensi kenegaraan menjadi memanas?
Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu kebutuhan manusia modern adalah mobilitas. Mobilitas sendiri memerlukan suatu alat bernama moda transportasi, tak hanya manusia, namun juga barang.
{{photo_id:1343758}}
Bagi manusia, transportasi merupakan proses perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain, bisa dari rumah ke tempat kerja, dari rumah ke pasar, atau sebaliknya. Sedangkan bagi barang, transportasi merupakan proses pemindahan barang dari produsen ke konsumen. Dalam hal ini, transportasi masuk dalam tahapan distribusi.
Transportasi merupakan elemen penting pada tahap distribusi barang terutama pada bahan kebutuhan sehari-hari, terlebih kebutuhan pangan manusia.
Transportasi berperan sangat penting karena sangat jarang suatu wilayah dapat memproduksi dan mengkonsumsi barang yang sama, sehingga kedudukan transportasi dalam pendistribusian barang diposisikan sebagai elemen vital.
Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Maju II, dalam diskusi virtual yang bertemakan “Transportasi untuk Kelancaran Logistik dan Kemajuan Ekonomi di Masa Pandemi” menyatakan bahwa transportasi logistik adalah darah dari semua kegiatan manusia Indonesia dan menjadi lokomotif serta penopang bagi sektor lainnya untuk terus bergerak. Kalimat ini sangatlah relevan karena logistik atau bahan pangan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Tanpa adanya makanan, manusia tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari.
{{photo_id:1353095}}
Transportasi di Indonesia bukanlah suatu hal yang mudah, mengingat kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke.
Berdasarkan hasil Survei Pola Distribusi 2021 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa sentra produksi padi Indonesia berada pada wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Dengan fakta tersebut, sektor transportasi laut memegang peranan penting bagi proses distribusi bahan logistik khususnya distribusi beras. Terlebih bagi pulau-pulau yang berada di luar Pulau Jawa, yang mau tak mau harus melakukan impor beras dari pulau lain untuk memenuhi kebutuhan wilayahnya, sehingga secara tidak langsung sektor transportasi laut berperan penting bagi perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data BPS, besarnya angkutan barang dengan menggunakan kapal laut meningkat di tahun 2021 sebesar 313,02 juta ton, naik 3,45 persen dibanding tahun 2020.
Meskipun pelabuhan berperan sangat penting dalam perekonomian, nyatanya masih banyak pelabuhan di Indonesia yang belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan Laporan Persaingan Global (The Global Competitiveness Report) yang dilansir dari Publikasi Badan Pusat Statistik, menyatakan bahwa infrastruktur pelabuhan di Indonesia berada pada peringkat 61 dari 141 negara yang disurvei.
Angka ini di bawah infrastruktur lain, seperti jalan, bandar udara, dan rel kereta api. Hal ini tentu menjadi ironi di tengah sangat vitalnya transportasi laut bagi perekonomian Indonesia. Tanpa infrastruktur pelabuhan yang memadai tentu akan berdampak negatif bagi perekonomian terutama bagi rantai pasokan bahan pangan.
Bukan hanya transportasi laut yang berperan penting dalam proses distribusi barang pangan, melainkan juga transportasi darat tak kalah penting, khususnya bagi produsen dan konsumen yang tidak dipisahkan oleh laut. Pastinya moda transportasi via darat menjadi pilihan.
Berdasarkan statistik transportasi yang dirilis Badan Pusat Statistik, transportasi darat yang efektif dan efisien dalam tahapan pendistribusian barang adalah kereta api. Kereta api digunakan sebagai alat angkutan barang di wilayah Jawa dan Sumatra. Hal itu dapat dimaklumi, karena kedua pulau ini telah memiliki kereta api angkutan barang. Ditambah, kedua pulau ini terutama Pulau Jawa merupakan pulau dengan fasilitas kereta api yang telah mumpuni.
BPS mencatat angkutan barang dengan kereta api angka naik 10,29 persen di tahun 2021 dibanding di tahun 2020, besarnya menjadi 53,44 juta ton di tahun 2021.
Tak dapat dipungkiri bahwa sektor transportasi merupakan katalisator bagi sektor lainnya. Ketika sektor ini terganggu, sektor lain pun akan ikut terganggu. Dalam hal ini adalah ketika transportasi laut mengalami kendala seperti contoh saat cuaca ekstrem melanda Laut Jawa, proses pengiriman bahan pokok dari dan ke Pulau Kalimantan menjadi terhambat.
Akibatnya, bahan pokok yang mayoritas diimpor dari Pulau Jawa mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan di Kalimantan. Untuk itu, transportasi merupakan elemen yang sangat penting dalam konteks rantai pasokan bahan pangan di Indonesia. Kenaikan harga BBM, faktor cuaca, serta juga infrastruktur transportasi yang belum efektif dan efesien akan berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia.