Menang Jadi Arang Kalah Jadi Abu: Memperingati Bom Hiroshima-Nagasaki

Ilustrasi Bom Hiroshima Nagasaki. Sumber : shutterstock
Sumber :
  • vstory

VIVA – Tepat di pada tanggal 6 Agustus 2022 kita peringati sebagai hari di mana “Little Boy” dijatuhkan di sebuah kota di Jepang, yaitu Kota Hiroshima. Cuaca cerah kala itu, warga Hiroshima pun sedang beraktivitas seperti biasanya. Namun tepat pukul 08.15 waktu setempat, sebuah pesawat yang kita kenal saat ini bernama Enola Gay membawa sebuah senjata yang akhirnya berhasil membunuh setengah dari penduduk kota itu. Lalu 3 hari kemudian, di kota lainnya, Nagasaki, bom atom bernama “Fat Man” dijatuhkan. Kedua peristiwa pemboman ini menandai berakhirnya Perang Dunia ke-II di wilayah Pasifik.

Awan jamur membumbung tinggi menutupi langit Kota Hiroshima dan Nagasaki kala itu. Ribuan bahkan ratusan ribu warga kedua kota itu menjadi korban dan mati sia-sia. Keganasan dan kebrutalan akibat peranglah yang menyebabkan nyawa-nyawa tak berdosa melayang dengan percuma.

Bukan hanya adanya korban jiwa saat Little Boy dan Fat Man dijatuhkan saja, namun adanya korban yang terpapar radiasi dari meledaknya bom atom tersebut, seperti kanker, cacat, dan penyakit genetik lainnya. Orang-orang yang terpapar radiasi ini disebut hibakusha.

Peristiwa pemboman Hiroshima dan Nagasaki merupakan salah satu dampak yang diakibatkan perang. Perang sampai kapanpun akan selalu memakan korban jiwa dari semua pihak yang terlibat bahkan pihak yang tak terlibat sekalipun bisa terkena dampaknya.

Di abad 21 ini, di tahun revolusi industri 4.0 perang yang terjadi adalah Perang Rusia vs Ukraina. Memang perang ini tidak menggunakan bom atom seperti Hiroshima dan Nagasaki, namun dampaknya tak kalah mengerikan.

Sejak 24 Februari 2022 lalu, perang Rusia-Ukraina merenggut ribuan warga sipil dan puluhan ribu tentara dari kedua negara. Angka tersebut pun dinilai masih lebih sedikit dibandingkan korban jiwa sesungguhnya. Melansir cnbcindonesia.com, Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) mencatat 4.266 kematian warga sipil dan 5.178 luka-luka akibat perang Rusia-Ukraina.

Perang memang selalu memakan korban

Indonesia, meskipun tidak terdampak dari sisi korban jiwa, namun Indonesia terkena dampak dari sisi ekonomi-sosial. Menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia dengan kedua negara berkonflik tersebut mengalami defisit sejak dimulainya perang, yaitu dari bulan Februari hingga April 2022.

Secara kumulatif, BPS menyatakan defisit neraca perdagangan Indonesia dan Rusia mencapai 217,2 juta US$. Sedangkan defisit neraca perdagangan Indonesia dan Ukraina mecapai 23,3 juta US$. Komoditas yang paling terdampak adalah energi dan pangan khususnya gandum. Akibat dari perang ini, harga energi (migas) dan gandum mengalami kenaikan yang cukup pesat. Bukan hanya di Indonesia, namun juga dunia.

Siap Sambut Jemaah, Kemenag Telah Bangun 253 Gedung Pusat Layanan Haji Terpadu

Diketahui bahwa 29 persen pasokan gandum dunia berasal dari Rusia dan Ukraina. Selain itu, Ukraina diketahui sebagai negara eksportir terbesar minyak bunga matahari. Kedua komoditas pangan ini (gandum dan minyak bunga matahari) merupakan komoditas yang paling banyak digunakan dalam berbagai produk makanan.

Dengan naiknya harga gandum, tentu akan berdampak pada kenaikan harga mie instan. Karena seperti kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu produsen mie instan terbesar di dunia di mana bahan baku berupa gandum sebagian besar diimpor dari Rusia.

MPR Ungkap Persiapan Pelantikan Prabowo-Gibran Sudah 80 Persen, Gladi Bersih Besok

Bila perang Rusia vs Ukraina ini terus berlanjut, maka dapat dipastikan, harga mie instan, pasta, roti, kue, bahkan bakwan dan segala jenis kudapan yang berasal dari tepung terigu akan merangkak naik.

Hari ini, kita peringati sebagai peristiwa dijatuhkannya bom atom di Kota Hiroshima, Jepang. Kengerian dan keganasan perang apapun dan dimanapun itu akan selalu memberi ancaman bagi seluruh umat manusia.

Curhat Arifin Putra Saat Dalami Peran Jadi Hakim Demi Film Sang Pengadil

Bom atom Hiroshima dan Nagasaki memang merupakan bom atom pertama yang digunakan dalam peperangan. Namun, dampak perang nyatanya bukan hanya terletak pada korban jiwa. Kenaikan harga energi dan pangan pun menjadi dampak serius akibat perang.

Pepatah mengatakan, menang jadi arang kalah jadi abu. Itu ungkapan yang cocok mendeskripsikan imbas dari peperangan yang terjadi di dunia. Keegoisan dan keinginan untuk menguasai yang lain akhirnya membawa dampak hilangnya nyawa manusia tak berdosa. Semoga di masa depan tak ada lagi perang dan semua penduduk bumi mendapatkan kedamaian.

Presiden Jokowi bersama Presiden terpilih Prabowo Subianto

Prabowo Segera Dilantik jadi Presiden RI, Persis Imbau Masyarakat Bangun Suasana Teduh

Persis menaruh harapan agar peralihan kepemimpinan nasional bisa berlangsung khidmat dan aman.

img_title
VIVA.co.id
18 Oktober 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.