Membudayakan Pemberian ASI Eksklusif
- vstory
VIVA – Setiap tanggal 1 hingga 7 Agustus dunia merayakan World Breastfeeding Week atau yang kita kenal dengan Pekan ASI Sedunia, dan tahun 2022 ini tema yang diusung oleh WHO dan UNICEF adalah “Langkah Untuk Menyusui: Edukasi dan Dukungan”. Tema ini memang tepat apabila kita melihat betapa pentingnya edukasi dan dukungan pemberian ASI (Air Susu Ibu) bagi bayi maupun bagi sang ibu yang menyusui.
Menurut Walyani (2022) ASI merupakan suatu cairan hasil emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mamae (puting) ibu yang berguna bagi makanan bayinya dan cairan ini adalah cairan terbaik yang sangat dibutuhkan bayi.
Cairan yang hanya diproduksi oleh seorang ibu ini adalah sumber makanan utama khususnya bagi bayi berumur 0 s.d. 6 bulan. Bukan hanya sebagai sumber makanan, ASI juga diketahui memiliki banyak manfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Menurut World Health Organization (WHO), orang yang mendapat ASI sewaktu bayi, kecil kemungkinannya memiliki masalah berat badan atau obesitas serta kurang rentan terhadap penyakit diabetes dan lebih baik dalam tingkat kecerdasan emosional.
Carmen Casanovas – seorang pakar ASI di Departemen Urusan Gizi bagi Kesehatan dan Pembangunan mengatakan bahwa sekitar 220.000 nyawa bayi diselamatkan tiap tahunnya jika bayi-bayi tersebut diberi ASI secara eksklusif. Bukan hanya itu, ASI juga nyatanya memiliki kandungan yang jauh lebih baik dibandingkan susu formula ataupun makanan pengganti ASI lainnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, tidak mengherankan bila kedudukan ASI bagi tumbuh kembang seorang bayi sangatlah penting bahkan menjadi salah satu yang harus diprioritaskan.
Namun faktanya, menurut WHO, hanya 4 dari 10 bayi yang menerima ASI eksklusif di seluruh dunia. Data ini sangat memprihatinkan mengingat dampak dan manfaat ASI yang begitu besar.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada 2021 sebanyak 71,58 persen bayi di Indonesia berumur 0 – 6 bulan mendapat ASI eksklusif. Persentase tersebut mengalami peningkatkan dibandingkan dengan tahun 2020, yaitu sebesar 69,62 persen dengan persentase tertinggi berada di wilayah Nusa Tenggara baik NTT dan NTB (81,18 persen dan 81,46 persen).
Tak dapat dipungkiri, pandemi covid-19 memiliki andil yang cukup signifikan dalam peningkatan persentase bayi yang mendapat ASI ekslusif. Pembatasan kegiatan yang kita alami selama covid-19 membuat aktivitas ibu lebih banyak berada di rumah (stay at home).
Hal ini menjadikan ibu lebih memiliki kesempatan memberikan ASI eksklusif bagi bayinya. Karena seperti kita ketahui selama ini bagi ibu pekerja faktor kesibukan pekerjaan dan rutinas kantorlah yang menyebabkan bayi kurang mendapat ASI secara ekskluif di mana ibu pekerja cenderung memilih untuk memberikan makanan pengganti ASI atau susu formula karena keterbatasan waktu dan tempat yang ia miliki. Berdasarkan data yang dilansir dari Kompas.com menyebutkan bahwa saat pandemi Covid-19 ini, 9 dari 10 ibu berhasil memberikan ASI eksklusif bagi bayinya.
Pandemi bukanlah satu-satunya faktor terjadinya peningkatan persentase pemberian ASI eksklusif, faktor lainnya adalah dukungan dari orang sekitar, terutama keluarga dalam hal ini adalah suami.
Dukungan suami kepada istri (ibu) untuk memberi ASI eksklusif sangatlah dibutuhkan baik bagi sang ibu maupun bagi bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Novira Kusumayanti – prodi S1 ilmu gizi Universitas Airlangga menyebutkan bahwa proporsi ibu yang memberikan ASI eksklusif dengan dukungan suami lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak memperoleh dukungan suami.
Selain itu, terdapat pengaruh signifikan tentang pengetahuan sang ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif terhadap pemberian ASI eksklusif bagi bayi. Notoadmodjo (2003) menjelaskan pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan seseorang melakukan suatu tindakan dalam hidupnya. Hal ini sejalan dengan ibu yang memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI bagi bayinya cenderung akan meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan ASI.
Pekan ASI sedunia akan berakhir di tanggal 7 Agustus ini, namun semangatnya haruslah tetap berkobar setiap harinya. Mari kita dukung pemberian ASI eksklusif, karena ASI merupakan bagian dari masa awal penentu kehidupan.