Bagaimana Caranya Oligarki Memastikan Calon Presiden?

Ilustrasi surat suara di pemilu
Sumber :
  • vstory

VIVA - Berita terbaru Rusia gagal membayarkan utang kepada investor asing untuk pertama kalinya sejak Bolshevik menolak untuk membayar tumpukan utang yang besar usai Revolusi 1917.

Usai Gunakan Hak Pilihnya, Donald Trump: Saya Sangat Yakin Menang

Meski demikian, ekonomi negara yang mencapai US$ 1,8 triliun belum menunjukkan tanda-tanda kejatuhan. Sanksi yang dijatuhkan oleh Barat atas invasi Rusia ke Ukraina memberikan kejutan eksternal terbesar bagi ekonomi Rusia sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991, tetapi ekonomi Rusia sejauh ini  masih sangat tangguh. 

Risiko gagal bayar

Digelar Hari Ini, Jutaan Warga Berbondong-bondong ke Bilik Suara Pilpres AS 2024

Risiko ini menjadi momok bagi pemerintah, juga bagi pengusaha. Misalnya, ada orang mengambil kredit Rp2 miliar, sehingga dia takut risiko gagal bayar cicilan misalnya Rp26 juta per bulan.

Bagi pengusaha menengah misalnya A ada yang kredit bank Rp300 miliar, dia pun keteteran cicilan Rp 3 miliar per bulan.

Trump Tolak Hadiri Debat Capres Kedua Lawan Kamala Harris: Saya Sudah Menang

Apa jadinya pengusaha besar yang aset perusahaannya Rp70 triliun, misalnya B, kewajiban biaya operasional termasuk kewajiban deviden besar sekali misalnya cost operation Rp700 miliar per bulan.

Otomatis mereka kelompok oligarki B ini berpikir fokus pada itu, risiko gagal bayar.

Tentu mereka sudah tahu trik mendapatkan omzet dan penghasilan penjualan, tetapi trik mereka fokus memainkan tangan-tangan kekuasaan.

1. Pengamatan mereka adalah menggunakan orang-orang misalnya A tadi supaya saat pencapresan, dia pasti mau masuk kepada akses kepada capres. Kenapa? Ya itu tadi, kehendak A sudah pasti tidak mau gagal bayar cicilan.

Bayangkan saja kewajiban cicilan utang A mencapai Rp3 miliar per bulan, dalam 6 bulan Tunggakan mencapai Rp 18 miliar. Otomatis nyawa A habis setelah 6 bulan kecuali dia memastikan capres. Baru dia mungkin bisa terlepas.

2. Jangan dipikir bahwa ada kepentingan oligarki B tadi mereka mau membayar A atau capres. Pasti kalau bayar, sudah diendus KPK. Contohnya banyak. Oleh karena itu dukungan Oligarki B tidak bisa berbentuk uang sokongan. Melainkan memainkan tangan-tangan kekuasaan.

Sekarang mereka B sudah ancang-ancang kepada masuk ke Istana dan secara pasti, bahkan dipastikan A yang nyawanya tinggal 6 bulan, juga demikian peluang B masuk ke Istana, dan peluang Capres dapat Wangsit ke depan semuanya memuncak pada periode 6 bulan lagi.

3. Bagaimana caranya capres mendapatkan dukungan oligarki? Dia capres, urusan oligarki B tadi kewajiban operating costs Rp700 miliar, sedangkan tantangan Capres adalah mengurus beban utang negara Indonesia Rp 7.000 triliun.

Artinya setiap 6 bulan kewajiban cicilan utang negara sudah wajib Rp400 triliun, jadi dalam 6 bulan ke depan pasti harus dicarikan sumbernya. Ini butuh komitmen sebelumnya dari capres.

Fokus oligarki disitu, langkah-langkah yang perlu diantisipasi secara pasti 1,2,3. Tidak bisa capres gagap menghadapi kesulitan membayar cicilan utang negara Indonesia.

Karena bersifat antisipasi langkah-langkah yang pasti, si A pasti masuk akses kepada capres, dikehendaki demi risiko gagal bayar cicilannya sendiri.

Oligarki B pasti menokohkan figur yang pasti demi mencegah terjadi risiko membesarnya operating costs, demi kepastian hidup bisnis perusahaannya, pasti mengantisipasi kesiapan capres, berhubung oligarki sudah fasih mengurus tugas mereka sejak zaman Mega, SBY, Jokowi mereka terus mencetak menteri-menteri seperti Rini Sumarno, Dahlan Iskan, Erick Tohir, Sandiaga Uno mereka tokoh senior yang mengamankan pemerintahan dari risiko utang negara.

Menurut hukum atom, saat terjadi gempuran atom, daya ledak tersebut dibagi dengan waktu injury time yang singkat menghasilkan ledakan power mirip energi ratusan tahun yang dilepas erupsi gunung merapi.

Capres tersebut sudah mumpuni dan berinteraksi dengan para tokoh menteri tadi secara intensif sejak satu tahun lalu. Siapakah tokoh capres tersebut? Bisa ditanyakan kepada Erick Tohir, atau Sandiaga Uno misalnya?

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.