Memotret Lonjakan Harga di Hari Raya Idul Fitri

Kondisi Pasar Rakyat Menjelang Hari Raya Idul Fitri
Sumber :
  • vstory

VIVA – Hari Raya Idul Fitri adalah suatu fenomena yang biasanya terjadi pada saat ini adalah masyarakat semakin intens untuk berbelanja kebutuhan barang dan jasa di hari raya. Otomatis, hal ini akan berdampak pada harga kebutuhan barang dan jasa tersebut merangkak naik beberapa kali lipatnya dari harga normal. Apabila kenaikan harga tersebut sangat signifikan, maka perlu diwaspadai potensi terjadinya inflasi yang tidak terkendali (hyper inflation).

Teori Inflasi

Secara umum, inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang dan jasa yang memiliki kecenderungan terjadi secara terus menerus (Mankiw, 2007). Inflasi dapat diurai menurut penyebab terjadinya menjadi dua jenis, yaitu demand pull inflation dan cost push inflation.

Demand pull inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan di pasar. Hal ini biasanya terjadi pada saat hari raya keagamaan seperti Idul Fitri dan Hari Natal. Konsumsi makanan bertambah selama lebaran Idul Fitri karena ada budaya “menjamu” dan “bertamu” ke rumah sanak saudara dan tetangga. Begitu juga pada saat liburan sekolah dan tahun baru, harga tiket pesawat misalnya akan melejit naik seiring dengan tingginya permintaan.

Di sisi lain, cost push inflation lebih disebabkan oleh adanya dorongan biaya produksi seperti adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL). Kenaikan harga BBM dan TDL ini tentunya akan berdampak pada ongkos yang harus dikeluarkan oleh para pelaku usaha. Untuk “menutupi” hal tersebut, tentunya pelaku usaha akan menaikkan harga dari barang dan jasa yang diusahakan.

Data Empiris

Hasil rilis Berita Resmi Statistik (BRS) pada 1 April 2022 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukan bahwa secara nasional inflasi terjadi sebesar 0,66 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,95 pada bulan Maret. Selain itu, inflasi tahun kalender terjadi sebesar 1,20 persen dan inflasi tahun ke tahun terjadi sebesar 2,64 persen.

Apabila diselisik lebih dalam menurut kelompok pengeluarannya, secara umum kelompok pengeluaran bahan makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar pada bulan Maret di Indonesia. Kelompok pengeluaran bahan makanan, minuman, dan tembakau secara agregat mengalami inflasi sebesar 1,47 persen pada bulan Maret.

Jika dianalisis lebih jauh berdasarkan komoditas kelompok bahan makanan, minuman, dan tembakau hampir seluruh komoditas di dalam kelompok tersebut mengalami inflasi. Dengan andil inflasi tertinggi terjadi pada komoditas cabai merah, yaitu sekitar 0,1 persen.

Penguatan Rupiah Dibayangi Pelemahan karena Faktor Ini

Selain itu, komoditas minyak goreng yang saat ini masih menjadi primadona di kalangan masyarakat, turut memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen pada bulan Maret.

Adanya Permendag No. 11/2022 yang berlaku per 16 Maret 2022 dengan mencabut harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan sekaligus menetapkan HET minyak goreng curah dari Rp.11.500/liter menjadi Rp.14.000/liter ditengarai menjadi salah satu penyebab sumbangan inflasi dari minyak goreng.

Harga Emas Hari Ini 4 Februari 2022: Global Stabil, Antam Naik Tipis

Stabilisasi harga menjelang hari raya Idul Fitri kerap terjadi setiap tahunnya. Sudah seyogyanya jika kenaikan harga komoditas menjelang hari raya Idul Fitri ini tidak dianggap sebagai siklus musiman biasa. Pemerintah setempat harus waspada dengan adanya pola musiman yang mendorong kemungkinan terjadinya demand pull inflation.

Mencegah terjadinya demand pull inflation misalnya, pemerintah sudah selayaknya menjaga ketersedian stok barang di pasaran untuk mengantisipasi excess demand yang berujung pada kelangkaan dan kenaikan harga. Masalah distribusi barang harus bisa diminimalisasi dengan keberadaan jalan bebas hambatan misalnya. Keberadaan jalan bebas hambatan ini sudah pasti akan sangat membantu distribusi barang dari daerah penghasil barang ke daerah pengguna. Keadaan ini menjadi sinyal harus ada terobosan baru agar stabilitas harga benar-benar tercapai

Kota Malang Catatkan Inflasi Tertinggi di Jatim

Di sisi lain, gaya hidup yang cenderung lebih konsumtif di masyarakat menjelang hari raya Idul Fitri tentunya akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa. Panic buying oleh masyarakat karena takut akan kelangkaan dan menghilangnya komoditas barang tentu akan memicu kenaikan harga.

Psikologi yang aman akan ketersediaan komoditas pokok sudah pasti menjadi hal wajib yang harus dicapai. Mungkin hal ini akan sulit untuk terwujud, namun dengan adanya kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah serta melibatkan semua komponen masyarakat, akan mampu mewujudkan ketersediaan barang dan jasa dengan harga terjangkau menjelang hari raya Idul Fitri.

Inflasi terkendali, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Pengendalian Inflasi pada Momen Natal dan Tahun Baru

Peran Pemerintah dalam menjaga ketersediaan barang/jasa, menjamin distribusinya lancar, yang berefek pada stabilitas ekonomi.

img_title
VIVA.co.id
26 Desember 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.