Tsamara, Perempuan Berdarah Arab yang Kini Mengaku Lebih Dewasa Itu
- vstory
VIVA – Tsamara cantik. Tsamara muda. Tsamara pintar. Dia pernah menjadi hulu ledak generasinya di ranah politik Pemilu 2019. Kiprahnya turut mematahkan bahwa generasi millenial bukan generasi masa bodo dan egois.
Tsamara yang saat itu masih kuliah, sedang menyelesaikan tugas akhir skripsinya, tiba-tiba berani turun gelanggang politik bersama partai piyik, PSI (Partai Solidaritas Indonesia). Usia Tsamara saat itu menjelang 20 tahun.
Banyak orang terperangah. Ternganggu tapi sekaligus terkesima dengan pendapat dan sanggahannya yang frontal dan berani. Mengkritisi lawan politik partainya dan menantang petualang -petualang politik sekelas Fadli Zon dan Fahcri Hamzah. Lawan politik pemerintahan yang sedang berkuasa. Tsmara dan PSI adalah pro pemerintah.
Awalnya orang menduga dia menarik perhatian karena kecantikannya yang sekilas mirip Kristen Stewart, bintang Hollywood film drakula Twilight itu. Paling tidak hidung, kerling mata dan irisan bibirnya.
Ada adagium perempuan cantik kalau punya kemauan, setengah kemenangan sudah di tangannya. Pasti diatensi. Sadar tidak sadar, Tsamara memanfaatkan itu.
Tapi ternyata tidak sepenuhnya. Tsamara tidak semata mengandalkan wajahnya. Dia memang punya talenta. Punya otak. Punya nyali. Seperti kebanyakan perempuan berdarah Arab kelas menengah atas. Berani, walau dipagari tradisi. Lihatlah caranya beropini dan berbicara. Young but dangerous!
Lingkungan elit fam keluarganya, Alatas, sepertinya mendukung kepercayaan dirinya. Dia anak gedongan karena bapaknya pengusaha tambang. Dia juga pernah bekerja di lingkaran kekuasaan Ahok dan Jokowi.
Tahun 2015 Tsamara dikabarkan pernah menikah dengan seorang wartawan. Namun bercerai di tahun 2017. Lalu 2019 dia menikah lagi dengan seorang pria akademisi luar negeri yang tidak main-main. Seorang pria yang menjadi salah satu jajaran profesor di New York University jurusan Middle East & Islmic Studies.
Lingkungan yang mapan sepertinya sudah membentuk dan mempengaruhi cara berpikir Tsamara terus berwawasan dan bertenaga di arena politik. Apalagi saat ini Tsamara baru berusia 25 tahun, bersekolah lagi dan tinggal di Amerika.
Pada Pemilu 2019, Tsamara meraih suara yang notabene bisa meloloskannya menjadi Anggota DPR-RI. Namun gagal karena partainya, PSI, tidak cukup pemilih untuk lolos ambang batas parlemen sejumlah 4 %.
Tsamara tak diam. Dia terus belajar. Energi politiknya terus menggeliat dan bekerja. Banyak pengamat kekuasaan yakin dia akan menjadi sesuatu di kemudian hari. Mengingat popularitas, kapasitas, jaringan dan kepeduliannya yang tinggi dan terbukti pernah menggebrak ranah politik nasional. Dia sudah ditabalkan menjadi icon politik generasinya.
18 April 2022 yang lalu, ramai orang terperanjat Tsamara Amany menyatakan mundur dari kepengurusan dan kader PSI. Begerak nyaris senyap, tiba-tiba bikin mendidih dan bergolak jagat maya. Netizen. Salah-satu arena media tempat namanya dibesarkan.
Pendukungnya terheran-heran dan sedih. Penentangnya bersyukur dan tepuk tangan. PSI kehilangan daya ledak partai yang sangat potensial. Sebab profile Tsamara lengkap. Di samping darah Arab-nya yang bisa dimanfaatkan PSI untuk meredam sentimen ke-islaman yang seolah “berjarak” dengan PSI karena pernah menyerang Perda Syariah.
Dalam unggahan pengunduran diri di channel YouTubenya, di antaranya Tsamara berkata, keputusannya adalah atas dasar pertimbangan pribadi dan merasa membutuhkan perjalanan baru di luar partai politik. Salah satunya ingin fokus menyuarakan isu perempuan dan mengabdi untuk kepentingan perempuan.
Alasan tinggal alasan. Adalah hak Tsamara untuk beralasan apapun. Namun, Tsamara memang sudah jadi media darling. Apapun alasanya, publik tetap penasaran. Berbagai komentar dan dugaan bermunculan. Dari yang positif hingga negatif. Dari yang sok-tau hingga mau-tau-aja. Sampai-sampai bikin Tsamara berang karena sebagian tokoh dan publik menyerat suaminya dan darah Arab-nya. Dia menyolek polisi mengantesi.
Begitulah sedikit highlihts tentang Tsamara yang muda, menarik dan bertalenta politik. Yang mengaku saat ini merasa sudah lebih dewasa dari saat ia pertama kali gabung PSI. Itu Tsamara akui diunggahan pamitnya di YouTube dengan tajuk "Terima Kasih PSI".
Kira-kira kedewasaan apa yang paling dirasakan Tsamara? Lagi-lagi ini bikin penasaran. Apakah ia keluar dari PSI salah-satunya karena kedewasaan berpolitik? Mengingat PSI adalah partai anak muda yang suka menantang yang "tua-tua" dan "kolot" dalam pemikiran.
Silakan berandai-andai dan menduga-duga terus. Tsamara tetaplah Tsamara. Lingkungannya akan terus membentuknya. Pemikiran dan wawasannya akan terus berkembang. Ajang politik kita ada kalanya memang perlu karakter seperti dia. Yang "muda tapi berbahaya". Berbahaya bagi politikus bangkotan yang suka mempermainkan kekuasaan.
Semoga ke depan, Tsamara istiqomah dan berintegritas dengan cita-cita politiknya yang katanya tidak ingin berpartai dulu.