Perempuan dan Literasi Digital Indonesia

Literasi Digital Nasional
Sumber :
  • vstory

VIVA – Kehidupan seakan berubah drastis sejak pandemi, seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Saat aktivitas berlangsung, jarak menjadi batas. Semua aktivitas akan dialihkan melalui internet hingga pada akhirnya frekuensi penggunaan internet di masyarakat  meningkat.

Gerakan Literasi Digital, Upaya Antisipasi Kekerasan terhadap Pelajar

Sekolah dijalankan secara online dan pekerja kantor dialihkan dari rumah mereka untuk bekerja secara online. Hal ini secara tidak langsung menuntut masyarakat umum memiliki pengetahuan literasi digital yang cukup sehingga masyarakat khususnya perempuan dapat memaksimalkan penyaringan informasi digital.

Literasi digital dapat digambarkan sebagai kemampuan individu dan kelompok untuk memahami teknologi digital dan menggunakannya untuk perilaku yang bermanfaat. Siapapun yang dapat mengoperasikan komputer/laptop/smartphone dan menggunakan buku-buku terkait IT lainnya dapat dianggap sebagai literasi digital.

Daftar Tarif PPN Negara di ASEAN, Indonesia Jadi Salah Satu yang Tertinggi

Menurut survei tahun 2018 oleh World Wide Web Foundation bertajuk "Women's Rights Online", dikatakan bahwa ada kesenjangan gender yang besar di bidang digital di Indonesia.

Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Literasi Digital, Dedy Permadi mengatakan, "Rata-rata hanya 20% perempuan Indonesia memiliki akses internet, dan di antara mereka hanya 26% yang mengutarakan pendapat secara daring untuk mencari informasi yang kritis mengenai hak perempuan dan hanya 5?ri jumlah tersebut yang menggunakan internet untuk mengekspresikan pandangannya guna mendapatkan informasi di website sebagai penunjang mendapatkan hak kesetaraan.”

Atiqah Hasiholan Kembali Bintangi Film Horor Setelah 15 Tahun

Hasil analisis lain memaparkan data BPS yang menyatakan bahwa pada tahun 2019, penggunaan internet pada perempuan berjumlah 46,87% .

Partisipasi perempuan sangat penting dalam penggunaan dan pengembangan teknologi yang berubah dengan cepat di era ini. Penting juga untuk mengikutsertakan perempuan dalam pendidikan digital, mengingat masih banyak perempuan  yang bekerja sebagai pendidik untuk anak-anak di Indonesia.

Wanita harus melek teknologi dan membuka mata sehingga mereka dapat memberikan lebih banyak pengetahuan kepada keluarga mereka dan orang-orang di sekitar mereka. Literasi digital memungkinkan perempuan untuk  melindungi diri mereka sendiri sehingga mereka dapat melindungi anak-anak mereka dari bahaya online ketika mereka menjadi ibu.

Indonesia memiliki kemungkinan perjalanan dan inovasi dengan kebutuhan  perempuan. Nama lainnya adalah female technologi (femtech). Ketika meningkatkan program literasi digital dan fitur teknologi digital perempuan, Kementerian Komunikasi dan Informasi meneliti beberapa kegiatan.

Indonesian Women In Tech “Programming with Phyton”, merupakan salah satu kegiatan yang diadakan untuk menghadirkan pembelajaran dasar bahasa pemograman Phyton khusus, dari, oleh, dan untuk perempuan di Indonesia.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mengatakan, “Penting bagi kita untuk terus mengembangkan partisipasi perempuan di sektor-sektor strategis, secara khusus sektor digital. Untuk mengoptimalkan potensi perempuan Indonesia yang semakin berdaya, peningkatan keterampilan untuk menjadi lebih tanggap dan adaptif akan terus kita dorong.”

Para perempuan yang sudah memiliki keterampilan digital yang memadai telah memberi kontribusi yang signifikan bagi pembangunan negara, khususnya dalam bidang literasi digital nasional.  

Tak sedikit nama-nama perempuan yang telah berjuang dan akhirnya sukses mencantumkan nama dan karyanya di banyak platform media sosial hingga majalah-majalah bergengsi seperti Forbes 30 Under 30.

Dua nama perempuan yang memiliki keterlibatan dalam menyukseskan program literasi digital nasional dapat dilihat dalam ceritanya singkatnya di bawah ini.

1.    Alamanda Shantika

Alamanda Shantika bersama Nadiem Makariem merupakan salah satu karakter di balik layar dalam pengembangan aplikasi GoJek. Alamanda sangat tertarik dengan matematika dan mulai memprogram sejak usia dini.

Dia melatih keterampilan pemrogramannya dengan membuat blognya sendiri yang menampilkan esai, puisi, dan desain. Alasannya membangun Go-Jek sebagai startup adalah dengan dasar kesadaran sosial. Menyadari bisa membantu banyak orang dengan GoJek, semangatnya untuk membangun startup lain pun semakin membara.

Saat menjadi salah satu leader  GoJek, Alamanda percaya bahwa tugas leader adalah menciptakan leader lain. Karena itu, ia ingin mengedukasi orang lain untuk "menjadi seperti Nadiem Makarim, yang memecahkan masalah dengan teknologi digital".

Tantangan bagi Alamanda adalah masih adanya kesenjangan pengetahuan sehingga masyarakat di pelosok Indonesia belum mengenal internet dan segala fungsinya. Alamanda telah bergerak meluncurkan 1000 startup dengan tujuan untuk mempelajari fenomena startup di Indonesia, membangun ekosistem startup, dan berbagi pengetahuan yang diperoleh bahwa semua individu, bahwa tidak hanya membutuhkan hard skill tetapi juga soft skill.

2.    Nashin Mahtani

Berangkat dari kekhawatirannya akan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, Nashin Mahtani bergerak mendirikan sebuah organisasi non-profit untuk pemetaan bersumber dari kerumunan secara real-time bernama Yayasan Peta Bencana untuk Indonesia.

Platform ini didirikan pada 2013 di saat 30 persen wilayah Jakarta terkena banjir. Nashin paham betul bahwa sebuah bencana tidak dapat diprediksi, tapi dengan menggunakan platform tersebut akan dapat memberikan informasi tanggap bencana yang akurat dan real time sehingga dapat mengurangi risiko korban.

Yayasan Peta Bencana telah menjadi LSM nasional yang membangun program ketahanan berbasis masyarakat dan kesadaran bencana melalui gotong royong. PetaBencana.id telah melayani 50 juta orang di Indonesia dan 30 juta orang di Asia Tenggara.

Kegunaan platform ini kemudian juga digunakan oleh pemerintah untuk memetakan upaya bantuan saat terjadinya bencana alam. Berkat apa yang diciptakan dan dikerjakan olehnya, Nashin mendapatkan beberapa penghargaan seperti Woman Innovator, terdaftar sebagai Southeast Asian Women Leader dan menjadi salah satu 30 Under 30 Forbes Asia.

 

Sumber: canva.com

Pentingnya Literasi Digital di Kalangan Masyarakat Indonesia

Dampak dari kurangnya literasi digital salah satunya adalah terjadinya penyebaran berita hoaks yang semakin merajalela.

img_title
VIVA.co.id
6 Februari 2023
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.