Kurikulum Nadiem, Pendidikan Indonesia Menuju Jalan Tidak Berujung
- vstory
VIVA – Satu menteri banyak kurikulum, adalah pameo baru yang dilekatkan kepada Mendikbudristek Nadiem Makarim di samping istilah ganti menteri ganti kurikulum. Keputusannya untuk membiarkan sekolah memakai tiga kurikulum adalah berpotensi menimbulkan distorsi. Sekolah boleh memilih kurikulum apa yang mau dipakai. Di tahun 2024 diharapkan semua sekolah sudah memakai satu kurikulum nasional.
Pertanyaan yang kemudian menyusul adalah dari tiga kurikulum yang ada saat ini, mana yang akan jadi kurikulum nasional? Apakah kurikulum merdeka? Kalau kurikulum merdeka dipersiapkan untuk menjadi kurikulum nasional, mengapa tidak semua sekolah diwajibkan? Bukankan kurikulum ini sangat sederhana dan dapat diterapkan di semua sekolah?
Di tahun 2023 Indonesia akan memasuki eskalasi perpolitikan yang panas. Tahun itu akan menjadi tahun sibuk untuk menentukan Capres/Cawapres. Bagaimana kalau di tahun 2023 belum semua sekolah memakai kurikulum merdeka?
Bukankah masa jabatan Menteri Nadiem berakhir di tahun 2024? Belum tentu Pemerintahan baru dan juga Mendikbud baru akan memakai kurikulum merdeka, terlebih misalnya kurikulum ini sampai ditahun 2024 hanya dipakai oleh sebagian sekolah di Indonesia, maka alangkah mahalnya harga pendidikan yang harus dibayar.
Sekolah-sekolah Indonesia di tahun 2024 akan berwarna-warni dalam kompetensi kelululusan. Tidak ada pencapaian yang sama untuk output pendidikan dari Sabang sampai Merauke dikarenakan kurikulum warna-warni yang dipakai di Sekolah.
Alasan Kemdikbudristek tidak memaksakan kurikulum juga tidak rasional. Tujuan kurikulum merdeka diluncurkan adalah untuk menambal learning loss selama pandemic Covid.
Semua sekolah mengalami learning loss, sehingga kurikulum merdeka menjadi kebutuhan yang mendesak untuk semua sekolah. Bukankah kurikulum itu sukses diujicobakan pada 2.500 sekolah penggerak bahkan yang minim fasilitas sekalipun?
Jangan-jangan memang kurikulum ini diluncurkan tergesa-gesa sehingga tidak ada alasan harus dipakai untuk semua sekolah. Kalau sekolah-sekolah di Indonesia memakai kurikulum yang berbeda-beda, maka bisa dipastikan di tahun 2024 sekolah-sekolah di Indonesia akan mengalami kurikulum loss.
Kurikulum ini dituding mengadopsi kurikulum dari Inggris, namun hal itu sudah dibantah oleh kepala Litbang Kurikulum Kemdikbudristek. Melihat model Kemdikbudristek membebaskan sekolah-sekolah memilih kurikulum tudingan itu seolah ada benarnya di mana kurikulum merdeka hanya ditaruh di platform di playstore dan guru-guru diharapakan untuk memahami sendiri semua tetek bengek kurikulum ini dengan jalan mendownloadnya saja.
Hal itu sangat bernuansa Eropa dan Amerika yang memiliki otonomi yang besar dalam melaksanakan kurikulum .Yang perlu diingat, Sekolah-sekolah di sana tidak sama dengan sekolah-sekolah di Indonesia.
Otonomi yang mereka miliki sudah sangat mapan, kemampuan guru seragam dan fasilitas sekolah juga sama lengkapnya. Bagaimana Indonesia? Kurikulum K13 saja masih menyisakan persoalan krusial, yang sampai saat ini karena ketidakpahaman terhadap kurikulum itu, maka sebagian guru-guru memakai KTSP.
Dengan semua persoalan di atas, bagaimana gambaran penggunaan kurikulum di Indonesia saat ini? Penjelasannya seperti ini, sekolah-sekolah di kota-kota besar memakai kurikulum merdeka, di daerah-daerah masih ada yang memakai KTSP, di sebagian wilayah masih memakai K13, dan ada juga yang memakai kurikulum darurat.
Peluncuran kurikulum merdeka sebenarnya adalah momentum emas Menteri Nadiem menyeragamkan kurikulum yang selama ini berwarna-warni. Sekolah-sekolah Indonesia, jika diseragamkan itu dengan senang hati akan menerima aturan-aturan dari pusat.
Pada titik ini, kurikulum di Indonesia bisa seragam yaitu semua sekolah memakai kurikulum merdeka, sehingga di tahun 2024 akan terwujud satu kurikulum nasional.
Dengan demikian ketika pemerintahan baru terwujud, maka kurikulum ini kemungkinan dipakai dan tidak diganti lagi peluangnya besar, karena semua sekolah sudah memakainya bisa menjadi pertimbangan Mendikbud baru agar tidak mengganti kurikulum merdeka.
Sebaliknya, jika di 2024 kurikulum masih gado-gado, dan juga visi dan misi pemerintah baru tidak sejalan dengan visi dan misi pak Nadiem saat ini, maka kurikulum merdeka akan bernasib sama yaitu diganti.
Dengan demikian masa depan pendidikan Indonesia semakin terpuruk dan seakan-akan menuju jalan tidak ada ujung yang terus saja berputar-putar mencari model yang tepat di tengah-tengah perkembangan dunia yang makin berlari pesat.