Mewaspadai Fenomena Naive Subject saat Perayaan Tahun Baru

Ilustrasi Perayaan Tahun Baru. Sumber: pexels.com
Sumber :
  • vstory

VIVA – Kita lazim mendengar produk low fat adalah produk yang baik dikonsumsi bagi yang sedang menjalani program diet. Makanan-makanan yang penuh daging, santan, minyak, dan lain-lain yang dianggap berlemak tentu menjadi musuh bagi mereka. Minyak dan lemak disinyalir penyebab utama terjadinya kenaikan berat badan.

7 Jenis Makanan yang Baik untuk Kaum Asam Lambung dan Cara Menyajikannya

Berdasarkan hasil Survei Sosial-Ekonomi Nasional yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, rata-rata konsumsi minyak dan lemak per hari sebesar 248,90 kkal. Artinya, lebih dari 10% rata-rata kalori per hari yang dibutuhkan manusia disupply dari kandungan minyak dan lemak.

Angka ini tak mengherankan apabila kita amati jenis masakan sekarang mayoritas diolah dengan cara digoreng. Angka ini sejalan dengan rata-rata konsumsi minyak dan lemak yang memiliki tren meningkat tiap tahunnya.

Gemuk Lemak atau Gemuk Air? Kenali Perbedaannya dan Cara Mengatasinya

Jenis kandungan lain yang tidak baik dikonsumsi secara berlebihan terutama bagi yang sedang menjalani program diet, adalah gula.

Gula, si manis yang ternyata berbahaya bila dikonsumsi secara berlebihan. Si manis ini nyatanya tak hanya kita jumpai pada makanan manis, tetapi juga pada makanan gurih yang kita rasa tak ada rasa manis sekalipun.

15 Makanan Tinggi Protein yang Ampuh Membantu Penurunan Berat Badan

Secara umum, gula sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, fungsinya adalah memberikan energi bagi tubuh. Kemenkes RI menjelaskan batasan konsumsi gula per harinya sebesar 50 gram. Jumlah ini setara dengan 9-10 sendok teh.

BPS mencatat pada 2017 masyarakat Indonesia umumnya mengkonsumsi gula per harinya sekitar 20,44 gram dan di tahun 2018 meningkat menjadi 32 gram per hari. Meskipun angkanya masih dalam batasan aman konsumsi, namun perlu diingat, gula tak hanya diperoleh dari produk gula itu sendiri melainkan dari berbagai makanan lainnya, seperti roti, minuman kemasan, minuman bersoda, bahkan dalam sepiring nasi.

Selain lemak dan gula, kandungan garam juga perlu dibatasi. Garam memang dikenal sebagai penyedap rasa yang harus ada pada setiap masakan. Kandungan garam menciptakan gradasi rasa yang dapat menambah rasa sedap pada makanan. Garam mengandung sodium yang memiliki peranan penting di dalam tubuh manusia.

Namun, seperti lemak dan gula, garam juga memiliki bahaya laten apabila dikonsumsi secara berlebihan. Badan kesehatan dunia (WHO) menganjurkan konsumsi sodium per harinya sebesar 2.400 miligram atau setara dengan satu sendok teh saja. Makanan yang mudah kita temui dengan kandungan tinggi garam adalah keripik, snack-snack, daging olahan, keju, dan lain-lain.

Gula, garam, dan lemak (GGL) merupakan tiga kandungan makanan yang sangat mudah kita jumpai, baik makanan yang diolah sendiri maupun makanan siap saji. Pemberian ketiga kandungan tersebut memang akan melambungkan rasa sebuah masakan dan membuat kita tak bisa berhenti mengunyah.

Tak terasa tahun baru segera tiba. Perayaan tahun baru yang meriah akan kita selenggarakan. Makanan dan camilan pun pasti selalu ada di setiap meja perayaan. Camilan seperti keripik, snack, minuman bersoda, makanan siap saji, junk food, makanan bersantan yang gurih, tentu semuanya tak luput dari semarak perayaan tahun baru. Sayangnya, kemeriahan tahun baru dibayangi bahaya tersembunyi yang membuat kita harus tetap waspada, yaitu naive subject.

Naive subject merupakan sebuah kondisi di mana terjadi lonjakan konsumsi rata-rata kalori harian secara tiba-tiba.

Manusia pada umumnya hanya memerlukan konsumsi kalori harian 2.000 hingga 2.200 kkal. Namun ketika naive subject terjadi, kalori harian bisa mencapai lebih dari 2.200 kkal. Asupan kalori berlebihan ini didominasi oleh kandungan gula, garam, dan lemak (GGL).

Fenomena naive subject saat tahun baru atau saat perayaan-perayaan sejenis patut menjadi perhatian. Karena fenomena ini justru akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan, seperti pemicu penyakit diabetes, stroke, ginjal, jantung, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Penyakit-penyakit ini menjadi pembunuh nomor satu bukan hanya di Indonesia melainkan di dunia. Dari tahun ke tahun prevalensi penyakit tersebut tak hanya menyasar usia tua, melainkan juga usia muda.

Naive subject pada saat momen-momen perayaan seperti tahun baru harus diwaspadai. Disiplin asupan kalori tetap menjadi prioritas. Kita harus tetap menjaga asupan gizi seimbang. Jangan sampai tergoda mengkonsumsi makanan-makanan tinggi GGL secara berlebihan karena mencegah lebih baik daripada mengobati. (Dita Christina, PNS di Badan Pusat Statistik)

 

ilustrasi koki menambahkan garam ke dalam masakannya

Masakan Keasinan? Tenang, Ini Trik Mudah Mengatasinya dengan 1 Bahan Simpel!

Rasa asin yang berlebihan pada masakan bisa membuat makanan tidak enak dan bahkan tidak bisa dinikmati lagi. Tetapi, jangan khawatir, ada beberapa cara mudah mengatasinya

img_title
VIVA.co.id
21 November 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.