Wanita Bekerja: Antara Emansipasi dan Tuntutan

wanita bekerja (Foto/ unsplash.com)
Sumber :
  • vstory

VIVA  – Wanita diciptakan dengan kelembutan dan kodrat sebagai seorang ibu yang memiliki kewajiban untuk mengasuh, mendidik dan mengajari anak-anaknya. Tugas yang yang begitu mulia namun tidaklah mudah.

12 Wanita Dievakuasi dari Rumah Kosong di Surabaya, Dijanjikan Jadi Pemandu Lagu

Peran seorang wanita dalam keluarga memang sangatlah besar, selain mengurus anak-anak juga keperluan suaminya tidak boleh terabaikan. Jadi, bagaimana jika seorang wanita yang memiliki kewajiban utama mengurus rumahtangga harus ikut bekerja?

Dalam suatu rumah tangga, yang memiliki kewajiban bekerja mencari nafkah adalah kepala rumahtangga. Namun, bagaimana jika hal tersebut tidak bisa dipenuhi? Karena cerai misalnya atau kepala rumah tangganya meninggal sehingga tidak adanya seorang kepala rumahtangga menuntut seorang istri untuk bekerja mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Wanita Nekat Bohongi Walkot Jaktim Modus Kerja Sama Proyek, Kerugian Capai Rp 5,8 M

Beban yang sangat berat mengingat wanita memiliki kewajiban mengurus rumah tangganya namun masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 kepala rumah tangga perempuan di Indonesia berjumlah 11,51 juta orang dan hampir 58 persennya bekerja. Hal tersebut mengindikasikan bahwa wanita tersebut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dikarenakan tidak adanya suami/kepala rumah tangga yang seharusnya memberi nafkah untuk anggota rumah tangganya.

Wanita FW Rekrut Anak di Bawah Umur Jadi LC Tempat Karaoke

Di sisi lain, emansipasi wanita dewasa ini semakin meningkat . Pada Agustus 2020 terdapat 50,69 juta wanita berumur 15 tahun ke atas yang bekerja. Jumlah yang tidak sedikit bahkan hampir 18,76 persen dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Dari seluruh wanita yang bekerja tersebut sekitar 63,8 persen bekerja di sektor informal.

Seperti kita ketahui bersama bahwa sektor informal biasanya memiliki tingkat produktivitas dan pendapatan yang relatif kurang. Dengan penghasilan yang kurang maka kondisi ekonomi keluarga dari perempuan pekerja tersebut relatif memiliki kesejahteraan yang kurang.

Saat ini peranan wanita sangatlah besar dalam berbagai bidang. Baik dalam peran pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, bahkan peranan wanita telah kita rasakan di ranah publik, seperti contohnya politik.

Tren jumlah perempuan yang menempati kursi DPR terus meningkat dalam dua dekade terakhir. Dalam pemilihan umum DPR tahun 2019, sebanyak 120 kursi atau 20,87 persen dari total 575 kursi di DPR diisi oleh perempuan. Jumlah tersebut meningkat dari pemilu sebelumnya yang terisi anggota DPR wanita sebanyak 97 kursi (17,32 persen) dari 560 kursi.

Dan itu artinya, perempuan Indonesia dapat memajukan bangsa dan negara melalui sumber daya manusia yang berkualitas. Emansipasi seperti ini yang harus selalu didorong sehingga peran wanita dalam pembangunan tidak terpinggirkan.

Di bidang ekonomi, tidak sedikit perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga atau membantu suami bekerja. Bahkan, ada beberapa perempuan yang mengerjakan pekerjaan laki-laki sebagai supir bus. Contoh kecil pada Perusahaan Transjakarta Busway yang memiliki beberapa orang pengemudi perempuan atau ataupun pelaku ojek online yang sekarang banyak juga perempuan.

Hingga saat ini pun banyak wanita yang memiliki karier yang mapan bahkan lebih bersinar dibandingkan dari karier suaminya. Banyak wanita sukses menyeimbangkan karier dan keluarga namun tidak sedikit juga yang gagal.

Ada seorang wanita yang menjadi bos di kantor, mendapatkan materi berlimpah, jabatan tinggi, penghargaan dan pujian di sana-sini namun perkembangan anak di rumah tidak pernah terpantau sementara wanita tersebut sangat mahir memantau pekerjaan anak buah di kantor.

Saat ini bukan zamannya wanita kalah dalam hal karier dibandingkan pria. Kesempatan untuk mengembangkan karier dan keragaman lapangan pekerjaan terbuka sama bagi pria dan wanita.

Rasanya hampir semua pekerjaan pria bisa dikerjakan oleh wanita sehingga tidak heran kalau wanita zaman sekarang banyak yang menjadi pemimpin. Wanita yang berkarier hendaknya tidak melupakan kodratnya sebagai ibu. Wanita tangguh adalah wanita yang mandiri, tidak tergantung kepada orang lain namun tidak melupakan kodratnya sebagai ibu bagi anak-anak dan istri bagi suaminya.

Selamat hari ibu, semoga semakin banyak perempuan hebat untuk kemajuan indonesia yang sejahtera, maju, dan berbudaya. Perempuan berdaya, Indonesia maju!. (Supriyadi, Statistisi Muda BPS Kabupaten Sleman)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.