Menakar Tingkat Kebahagiaan Penduduk Indonesia di Masa Pandemi
- vstory
VIVA – Sudah hampir dua tahun pandemi Covid-19 mewabah seluruh negara di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Hingga bulan Desember tahun 2021 tercatat secara kumulatif sebanyak 4,2 juta orang terkonfirmasi positif Covid-19, di mana 96 persen di antaranya sembuh kembali.
Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga memengaruhi kondisi perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Berbagai langkah kebijakan telah diambil oleh pemerintah untuk menekan penyebaran wabah ini.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berimplikasi terhadap pembatasan aktivitas masyarakat, termasuk aktivitas ekonomi, aktivitas pendidikan, dan aktivitas sosial lainnya merupakan salah satu kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus.
Kondisi ini mau tidak mau menyebabkan menurunnya aktivitas ekonomi di berbagai sektor bahkan beberapa sektor tertentu terpaksa menghentikan aktivitasnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) penurunan aktivitas ekonomi mulai terlihat dengan terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi yang sangat dalam pada triwulan kedua tahun 2020.
Ekonomi Indonesia pada saat itu mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,32 persen jika dibandingkan dengan triwulan II tahun 2019 (y on y). Lesunya kondisi ekonomi diikuti dengan meningkatnya pengangguran di masyarakat. Tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2020 mencapai 7,07 persen dan merupakan angka tertinggi selama 10 tahun terakhir.
Namun, ternyata pandemi Covid-19 tidak terlalu mempengaruhi kebahagiaan orang Indonesia. Hal ini lantaran dalam World Happiness Report tahun 2021 Indonesia berada diperingkat 82 dari 149 negara. Posisi ini bisa dikatakan membaik jika dibandingkan tahun sebelumnya di mana Indonesia menduduki peringkat ke-84. Bahkan jika ditarik kembali setahun ke belakang dengan membandingkan kondisi sebelum adanya pandemi (tahun 2019), peringkat Indonesia berada di angka 92. Hal tersebut menggambarkan bahwa adanya pandemi Covid-19 tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan di Indonesia.
World Happiness Report dipublikasikan pada setiap peringatan hari kebahagiaan dunia yang jatuh setiap tanggal 20 Maret oleh Suistainable Development Solutions Network (SDSN) dan The Center for Sustainable Development, Columbia University yang disponsori oleh PBB. Peringkat ini disusun berdasarkan pendekatan kombinasi dari beberapa indikator.
Responden diminta mengukur sendiri tingkat kebahagiaan mereka masing-masing, kemudian para peneliti menambahkan indikator lain seperti Produk Domestik Bruto (PDB), dukungan sosial, kebebasan pribadi dan tingkat korupsi setiap negara.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada ukuran tingkat kebahagiaan yang telah dipublikasikan oleh BPS. Data terakhir yang dirilis BPS menyebutkan bahwa pada tahun 2017 Indeks Kebahagiaan Indonesia sebesar 70,69.
Artinya dalam skala 0-100, kondisi kehidupan penduduk Indonesia dapat dikatakan cukup bahagia, karena rata-rata kebahagiaan sudah di atas 50. Penilaian terhadap tingkat kebahagiaan menggunakan kerangka kerja yang tercakup dalam tiga dimensi kehidupan, yaitu dimensi kepuasan hidup (life satisfaction), dimensi perasaan (affect) dan dimensi makna hidup (eudaimonia).
Mengutip data BPS, keharmonisan keluarga merupakan salah satu indicator yang berpengaruh tinggi terhadap kebahagiaan penduduk Indonesia. Ini dapat diartikan bahwa memiliki hubungan yang berkualitas dengan keluarga dan orang terdekat akan membuat seseorang menjadi lebih bahagia dalam menjalani hidup. Untuk bisa mengetahui dan membandingkan kebahagiaan sebelum pandemi dan masa pandemi patut kita tunggu data terbaru mengenai indeks Kebahagiaan Indonesia.
Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi kesehatan masyarakat semakin baik. Meskipun obat dari Covid-19 hingga kini belum ditemukan dan masih dalam penelitian namun upaya pemerintah dan kesadaran masyarakat dalam menekan penyebaran virus berhasil membawa ke dalam situasi yang terus membaik. Kondisi yang kini dikenal new normal dengan penerapan protokol kesehatan masih terus diterapkan. Pemberian vaksin untuk masyarakat secara tidak langsung bisa memperkuat ketahanan tubuh dalam masyarakat sendiri.
Membaiknya kondisi kesehatan masyarakat diikuti dengan kondisi ekonomi yang juga mulai berkembang. Pertumbuhan ekonomi yang pernah mengalami kontraksi pada tahun 2020 kini mulai tumbuh membaik. Bahkan hingga kuartal III tahun 2021 ekonomi Indonesia selalu tumbuh positif.
Jika kebahagiaan bisa digambarkan dengan pendekatan ekonomi maka kondisi ini adalah indikasi bahwa kebahagiaan penduduk Indonesia mulai meningkat bahkan lebih tinggi dibandingkan tahun 2020.
Berbagai sektor sudah mulai bisa menjalankan roda ekonominya. Sektor yang bersinggungan dengan layanan publik seperti transportasi, akomodasi dan penyediaan makan-minum mulai bisa menjalankan aktivitasnya. Tak ketinggalan sektor pariwisata pun mulai menggeliat dengan mulai dibukanya objek-objek wisata meskipun masih dengan pembatasan dan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Dengan mulai dibukanya objek wisata, masyarakat bisa melampiaskan kejenuhan dimasa pandemi dengan berwisata. Ramainya objek wisata sedikit banyak menggambarkan kondisi kebahagiaan masyarakat Indonesia yang terus membaik dibandingkan tahun sebelumnya di masa pandemi. (Supriyadi, Statistisi Muda BPS Kabupaten Sleman)