Bahaya Masker Medis: Ancaman Baru Climate Crisis
- vstory
VIVA – Setiap satu menit, terdapat 2,8 juta limbah masker sekali pakai yang terbuang. Pandemi COVID-19 yang tidak kunjung usai dan lonjakan kasus yang terjadi terus menerus menjadi pemicu utama tingginya angka produksi dan limbah masker sekali pakai.
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, terdapat 1,5 ton limbah masker sekali pakai yang berasal dari rumah tangga dan 6,1 ton dari fasilitas pelayanan kesehatan yang terkumpul sejak awal pandemi COVID-19 sampai Desember 2020.Â
Tingginya angka penggunaan dan pembuangan masker sekali pakai harus diikuti dengan pengolahan limbah masker yang baik pula. Sayangnya, masih sedikit masyarakat yang membuang limbah masker sekali pakai dengan cara yang tepat.
Limbah masker sekali pakai harus diberi penanganan khusus dalam pembuangannya. Sebab, limbah masker yang tidak diolah dengan benar sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sampah masker yang tidak dibersihkan dengan benar dapat berisiko menyebarkan virus COVID-19 dan berpengaruh pada lingkungan dengan memperparah polusi dan krisis iklim yang sedang terjadi.Â
Masker sekali pakai utamanya terbuat dari plastik jenis polipropilen yang sulit untuk diurai dan diolah. Menurut data dari OceansAsia, masker sekali pakai membutuhkan waktu sampai 450 tahun untuk terurai di laut.
Sulitnya mengurai masker sekali pakai menyebabkan pengolahannya harus menggunakan proses pemusnahan melalui pembakaran menggunakan insinerator.
Pembakaran yang dilakukan pun harus menggunakan suhu yang sangat tinggi untuk menghilangkan virus yang ada. Pembakaran yang berlebihan dan tidak sesuai dapat sangat berbahaya bagi lingkungan.
Sebab, proses tersebut dapat melepaskan berbagai macam gas dan bahan beracun dan berbahaya yang kemudian memicu efek rumah kaca, seperti karbondioksida, metana, hidroklorida, dioksin, furan, timbal, kadmium, dan merkuri.
Dampak efek rumah kaca seperti yang kita tau akan memperparah krisis iklim yang hasilnya sudah dapat kita rasakan. Suhu dan cuaca ekstrem, bencana alam yang marak terjadi, merupakan beberapa bukti krisis iklim yang dampaknya dapat kita rasakan secara langsung saat ini.
Bayangkan dengan banyaknya limbah masker yang telah dihasilkan seluruh orang di dunia selama satu tahun pandemi, berapa banyak emisi zat berbahaya hasil pembakaran yang telah dihasilkan dan diberikan kepada bumi. Situasi iklim yang sudah genting, kini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19.
Hal ini tidak dapat dibiarkan, karena akan berdampak panjang dan dirasakan tidak hanya oleh segelintir masyarakat, namun seluruh penduduk bumi di dunia. Kemudian, melihat hal ini, apa yang dapat kita lakukan?
Tentunya, salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah dengan cerdas dan bijak dalam mengolah limbah masker sekali pakai. Hal ini dapat membantu menekan pemanasan global dan krisis iklim, juga meminimalisir penyalahgunaan penularan virus COVID-19 akibat limbah masker medis.
Ikuti tata cara pembuangan limbah medis yang dapat diterapkan mulai dari rumah dan lingkungan sekitar.Â
- Lepas masker usai dipakai, lipat dengan bagian dalam menghadap kedalam
- Rendam masker dalam cairan disinfektan/klorin/pemutih untuk membersihkan masker dari kuman dan kotoran lainnya
- Gunting masker sehingga menjadi bagian yang tidak utuh lagi untuk menghindari penyalahgunaan limbah masker
- Bungkus dengan kantong plastik transparan dan buang ke tempat sampah. Jangan lupa mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Selain cara pembuangan yang tepat, kita juga dapat mengolah limbah masker dengan bijak dengan memberinya kepada komunitas lingkungan yang menerima sampah masker untuk didaur ulang menjadi sesuatu yang bernilai.
Dengan begitu, kita dapat meminimalisir penyalahgunaan limbah masker dan menekan risiko climate crisis. Ingatlah selalu bahwa langkah-langkah kecil akan menjadi besar dan berdampak besar jika dilakukan bersama-sama.
Jadi, mari kita mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar kita. Yuk, atasi pandemi COVID-19 dengan memakai masker dan mematuhi protokol kesehatan, namun juga tetap memperhatikan lingkungan.
Tunjukkan kepedulian kita dan mari bersama-sama bergerak untuk mengatasi permasalahan kesehatan dan lingkungan yang ada. Karena sejatinya Pandemi COVID-19 baru akan selesai saat limbahnya sudah diatasi dengan serius, benar, dan tuntas. (Nadhira Zahra, Departemen Sosial Masyarakat BEM IM FKM UI)
Â