Kebahagiaan sebagai Representasi Kesejahteraan Penduduk

Happiness of Family
Sumber :
  • vstory

VIVA – Kebahagian diidentikkan dengan pendapatan yang besar, pendidikan yang tinggi, pekerjaan yang mapan ataupun fasilitas perumahan yang mewah. Setiap orang pun setuju jika kebahagian adalah tujuan akhir yang hendak dicapai dari kehidupan.

Namun, apakah semua orang kaya pasti akan bahagia atau apakah semua orang yang bergelar S3 akan selalu bahagia? Tentu mereka tidak selalu bahagia, ada beberapa kasus di mana orang-orang kaya justru tidak bahagia dengan kehidupannya, pun dengan orang-orang yang bergelar S3 tidak selalu bahagia dengan pencapaiannya. Lantas, bagaimana mengukur tingkat kebahagian?

Tingkat kebahagian merupakan gambaran umum tingkat kepuasan penduduk terhadap keseluruhan domain kehidupan manusia yang dianggap esensial dengan memperhitungkan pula aspek perasaan dan makna hidup seseorang.

Definisi ini selaras dengan filosofi Ikigai yang dianut bangsa Jepang, yaitu prinsip yang menjadikan hidup lebih seimbang, bermanfaat, dan bermakna.

Badan Pusat Statistik (BPS) berupaya untuk mengukur tingkat kebahagian secara kuantitatif melalui Survei Pengukuran Tingkat Kebahagian (SPTK). SPTK pertama kali diadakan di tahun 2014, kemudian SPTK kedua dilaksanakan di tahun 2017. Di tahun 2021, BPS kembali melaksanakan SPTK untuk mengukur tingkat kebahagian penduduk Indonesia.

Selama ini tingkat kesejahteraan penduduk selalu direpresentasikan dengan indikator ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, penurunan kemiskinan, dan penurunan tingkat pengangguran.

Namun, gambaran mengenai kemakmuran material tidak cukup untuk mengetahui kesejahteraan penduduk, perlu juga adanya gambaran kondisi kesejahteraan subjektif atau kebahagian.

Penelitian yang dilakukan Kapteyn, Smith, dan Soest di tahun 2010 tentang Life Satisfaction menjelaskan bahwa indikator kebahagian dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan karena kebahagian merupakan refleksi dari tingkat kesejahteraan yang telah dicapai oleh setiap individu.

Penyusunan Indeks Kebahagian terdiri atas 3 dimensi, yaitu kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect), dan makna hidup (Eudaimonia). Di dalam dimensi kepuasan hidup terbagi lagi menjadi 2 subdimensi, yaitu kepuasan hidup personal dan kepuasan hidup sosial.

Pada tahun 2017, Indeks Kebahagian Indonesia mencapai 70,69 pada skala 0 sampai 100. Nilai indeks yang berada di atas 50 mengindikasikan bahwa penduduk Indonesia di tahun 2017 cukup bahagia. Dimensi kepuasan hidup memiliki kontribusi terbesar (34,80 persen), kemudian dimensi makna hidup (34,02 persen) dan dimensi perasaan (31,18 persen).

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Dari ketiga dimensi tersebut, indeks indikator pendidikan (59,90) dan pendapatan rumah tangga (62,99) menjadi dua terendah dibandingkan indikator yang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Indonesia relatif belum bahagia dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang dimiliki.

Keterbatasan akses pendidikan di masa lalu menyebabkan sebagian besar penduduk Indonesia tidak dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Hal tersebut berimbas terhadap minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi penduduk berpendidikan rendah.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Umumnya, penduduk yang memiliki tingkat pendidikan rendah bahkan tidak pernah sekolah cenderung memiliki pekerjaan yang kurang menjamin keberlangsungan hidupnya karena tingkat pendapatan yang kecil.

Berbanding terbalik dengan penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, memiliki kecenderungan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang berpenghasilan tinggi. Hal tersebut sejalan dengan hasil Publikasi Indeks Kebahagaian Tahun 2017 yang diterbitkan oleh BPS, di mana penduduk yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih bahagia dibandingkan penduduk dengan pendidikan rendah karena luasnya pengetahuan penduduk berpengaruh terhadap peningkatan aspek kehidupan.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Selain dimensi kepuasan hidup, dimensi makna hidup (Eudaimonia) pun memiliki andil yang besar dalam menjelaskan tingkat kebahagian. Salah satu indikator penyusun dimensi makna hidup, yaitu keharmonisan rumah tangga (80,05) menjadi indikator tertinggi dalam indeks kebahagian Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang baik dan berkualitas dengan keluarga menjadikan seseorang lebih bahagia.

Bagaimana kebahagian penduduk Indonesia dibandingkan negara lain di dunia?

Survei yang dilaksanakan oleh World Poll Survey selama 2018-2020 menghasilkan laporan yang berjudul World Happines Report 2021. Laporan tersebut menyajikan tingkat kebahagian hampir seluruh negara di dunia. Penyusunan tingkat kebahagian dalam laporan tersebut terdiri atas 6 indikator, yaitu tingkat Pendapatan Domestik Bruto (PDB), tingkat harapan hidup, kedermawanan, dukungan sosial, tingkat kebebasan, dan tingkat korupsi. Di tahun 2021, Finlandia menjadi negara dengan tingkat kebahagian tertinggi di dunia

PDB Finlandia tidak sebesar PDB Amerika Serikut, bahkan tingkat pajak atas konsumsi umum di Finlandia (21 persen) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat (6,2 persen).

Salah satu alasan tingginya tingkat kebahagiaan penduduk Finlandia adalah kepercayaan terhadap pemerintah. Penduduk Finlandia tidak keberatan untuk membayar pajak yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain, hal ini disebabkan terpenuhinya berbagai kebutuhan dasar secara gratis, misalnya fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, dan jaminan hari tua penduduknya. Pemerintahan yang bersih dan berintegritas secara tidak langsung berdampak terhadap peningkatan kebahagian penduduknya.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Dalam World Happiness Report 2021, Indonesia menempati peringkat 82 dari 149 negara. Posisi tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan China yang berada di peringkat 84. Permasalahan yang masih menjadi musuh utama bangsa Indonesia adalah korupsi.

Berdasarkan data Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2020, Indonesia berada di peringkat 102 dari 180 negara. Hal ini mencerminkan bahwa tingkat korupsi di Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Lima negara dengan IPK tertinggi adalah Denmark, Selandia Baru, Finlandia, Singapura, dan Swedia. Jika diperhatikan, nilai IPK yang tinggi berbanding lurus dengan skor tingkat kebahagian yang tinggi.

Dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk Indonesia, pemerintah telah berupaya melalui berbagai pendekatan ekonomi. Hal tersebut terbukti dengan melesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal 2 2021 sebesar 7,07 persen (year on year), tingkat pengangguran terbuka februari 2021 sebesar 6,26 persen turun 0,81 persen poin dibandingkan Agustus 2020, dan  jumlah penduduk miskin Maret 2021 sebesar 27,54 juta orang, menurun 0,01 juta orang terhadap September 2020.

Namun, upaya yang tak kalah pentingnya adalah meningkatkan indeks persepsi korupsi Indonesia, yaitu melalui pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi. Melalui pemerintahan yang berintegritas, secara tidak langsung akan meningkatkan kepercayaan penduduknya terhadap pemerintah, sehingga setiap kebijakan yang dibentuk dapat meningkatkan kesejahteraan penduduknya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.