Mengulas Buku di Mana Ekonomi Islam?

Buku Di Mana Ekonomi Islam karya Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM
Sumber :
  • vstory

VIVA - Sudah cukup perpecahan horizontal di masyarakat tentang radikalisme, dan politik. Saatnya semua saling menolong menjaga kepercayaan pasar.

Selama ini Indonesia sudah kenyang politik, saatnya seperti diucapkan dalam kampanye Bill Clinton it's economy stupid.

Di masa depan, seratus tahun ke depan adalah era benua Islam yaitu Afrika. Penduduk Islam menjadi 4 miliar jumlahnya, menyamai penduduk seluruh Asia.

Sejak 1960an penganut agama Islam masih nomor 4 di Asia. Sekarang jumlah penduduk Islam di Asia nomor satu hampir sama dengan penduduk Hindu India. Mulai dari Timur Tengah, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, termasuk muslim di Tiongkok & India. Porsi Muslim Tiongkok mencakup ratusan juta penduduk.

Pembaharuan ekonomi Islam tidak bisa hanya membahas riba, haram & halal. Apalagi teori saudagar muslim atau solidaritas pengusaha muslim. Itu ibarat membahas minyak (minoritas Tionghoa) dalam air (muslim). Ya tidak cukup dipelototi air nya. Yang lebih cepat adalah mencampurkan keduanya.

Marsda TNI (pur) Margono adalah contohnya tionghoa muslim di TNI dan BAIS. Marsekal Muda TNI Surya Margono atau Chen Ke Cheng adalah seorang Purnawirawan TNI-AU muslim berdarah Tionghoa. Marsekal yang terlahir dari orang tua keturunan Tionghoa Tjhin Bitjung dan Bong Chiukhiun. Saat ini ia menjabat sebagai Pa Sahli Tk III Bid Hubint Panglima TNI. Sebelumnya ia menjabat Direktur D Bais TNI.

Marsda Surya Margono mengatakan bahwa anak-anak nya bergantian antara imlek & lebaran. Saat lebaran berkunjung kepada mertua.

Baru-baru ini pria keturunan Tionghoa yang bertugas sebagai anggota Kepolisian bernama Hendra Kurniawan yang mendapat promosi kenaikan pangkat menjadi Brigjen dari Kapolri Idham Aziz.

Berawal dari Anak Petani, Hidup Ayu Catur Berubah Drastis Berkat Shopee Affiliate

Brigjen Hendra Kurniawan menjabat Karopaminal Divpropam Polri, Jenderal Polisi Pertama Keturunan Tionghoa.

Konsep bahwa Tionghoa dibatasi masuk TNI, polri, jaksa, PNS & BUMN dan akhirnya masuk ke bidang ekonomi & bisnis akhirnya menjadi stigma bahwa mereka Tionghoa berbakat bisnis & berbakat kaya. Tentu itu salah.

Menaker Ida Luncurkan Buku Transformasi Ketenagakerjaan Menyentuhkan Optimisme Indonesia Maju

Bilamana Tionghoa dibatasi hanya bidang sektor bisnis, akibatnya mereka pun tidak tahu penderitaan rakyat secara nyata. Paling hanya melihat di sinetron. Dan korban cultural differences model youtuber dokter Richard semakin banyak, karena millennial tidak sensitif kepada penderitaan rakyat umum.

Malahan situasi jurang ekonomi bisa memburuk contohnya terjadi pada Joseph Paul Zhang. Dia dibesarkan dari keluarga miskin dan secara sosial tertekan oleh lingkungan muslim akhirnya lari ke Jerman. Ini seperti ketel air yang meledak.

Moms, Cara Menyenangkan Ini Bisa Permudah Anak Belajar Membaca

Pertanyaan di manakah ekonomi Islam? Itu persis seperti coin uang ada sisi lainnya, yaitu Di manakah kehidupan sosial Tionghoa? Apakah mereka Tionghoa tidak punya bakat menyanyi, akting, seni, musik, olahraga, tentara? Betapa mereka stress dipaksa terus berdagang. Akhirnya mereka Tionghoa tidak dapat berkembang secara penuh. Betapa tionghoa ditanya kenapa tidak bisa berbahasa mandarin?

Sedangkan Tionghoa yang berada di Singapore ternyata hidup berkembang jadi penyanyi. Nathan Hartono juara menyanyi di kontes di Tiongkok mewakili Singapura.

Beberapa TKW juga berjodoh dengan orang Hongkong. Sinden Retno Cungpe adalah contoh buah hati anak TKW dan warga Hongkong. Sampai 500 tahun bilamana stigma Tionghoa cocok jadi pedagang akan terus dipertahankan, dipelihara. Dan implementasi tersebut akhirnya membelenggu ibu pertiwi.

Tahun 2000 ekonomi Indonesia lebih baik daripada Tiongkok, sekarang terbalik. Bilamana tatanan strata sosial tidak diperbaharui sampai dengan tahun 2030 Indonesia tidak akan naik menjadi top nomor 5 GDP terbesar dunia.

Bila tidak menjadikan Islam berdampingan dengan damai maka ekspansi pasar dunia mengalami stagnasi. (Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM, Penulis Buku Di Mana Ekonomi Islam)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.