Perubahan Sosial Budaya Masyarakat akibat Pandemi Covid-19
- vstory
VIVA – Munculnya virus jenis baru Corona Virus Disease (Covid-19) di Wuhan, China yang menyebar dalam waktu yang singkat dengan skala luas di seluruh dunia. Berdasarkan data oleh JHU CSSE Covid-19 tertanggal 02 Juni 2021 dengan jumlah kasus di Indonesia 1.83 juta terkonfirmasi positif dan 94.438 kasus aktif.
Pandemi ini menyebabkan perubahan barbagai tatanan kehidupan dalam waktu yang singkat, perubahan sosial budaya di masyarakat ini terjadi secara spontan tidak direncanakan oleh siapapun yang terjadi diluar jangkauan masyarakat dan akan timbul akibat-akibat sosial yang tidak diinginkan masyarakat.
Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Menurut Selo Sumardjan perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat.
Menurut Max Weber dalam buku Sociological Writings, perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi dalam masyarakat sebagai akibat dari adanya ketidaksesuaian unsur-unsur di dalamnya. Perubahan sosial budaya dalam perspektif sosiologi dipahami sebagai suatu proses yang selalu dan terus-menerus terjadi pada setiap individu atau kelompok dalam ruang lingkup yang luas di masyarakat.
Tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan, baik perubahan yang sangat kecil yang tidak membawa pengaruh langsung bagi masyarakat maupun perubahan yang sangat besar yang memberikan dampak langsung bagi masyarakat.
Perubahan dapat mencakup aspek yang sempit meliputi aspek perilaku dan pola pikir, dan mencakup aspek yang luas berupa perubahan dalam tingkat struktur masyarakat yang akan mempengaruhi perkembangan masyarakat di masa yang akan datang.
Perubahan-perubahan dapat terjadi dalam waktu yang lambat yang dinamakan evolusi dan dapat terjadi dalam waktu yang sangat cepat dinamakan revolusi. Perubahan sosial budaya ini dapat kita rasakan atau bahkan tanpa kita sadari sudah terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan Sosial Budaya Masyarakat selama Pandemi
Fenomena pandemi seperti ini tentu saja mengubah nilai-nilai sosial dan budaya yang berdampak pada perubahan pola pikir serta sikap masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk menjalankan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, selalu mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer, tidak berkerumunan, menjaga jarak, dan menghindari sentuhan fisik secara langsung.
Dampak pandemi ini dirasakan oleh semua pihak dan kalangan, siapapun tidak bisa menolak keberadannya hanya bisa menghindarinya. Kegiatan dari berbagai sektor terganggu pelaksanaannya. Berbagai kegiatan yang biasanya kita lakukan dengan leluasa, untuk saat ini belum bisa kita lakukan lagi karena semuanya masih terbatas.
Kegiatan ibadah bersama, acara pernikahan, kegiatan di pusat perbelanjaan, kegiatan berlibur hanya terbatas untuk dilakukan. Bahkan hari besar seperti hari raya atau natal yang sebelumnya kita sambut dengan meriah, suka cita, dan suasana ramai dan identik dengan mudik berkumpul keluarga besar belum bisa kita lakukan.
Bahkan kehidupan sekolah sampai saat ini masih dilakukan secara virtual melalui berbagai media pembelajaran online. Kondisi seperti ini baru terjadi karena adanya pandemi, yang memaksa semua pihak untuk mengerti dan memahami.
Ketika sekolah tatap muka bisa bertemu langsung dengan teman-teman menjadi ajang bercengkrama, bersenda gurau dan bermain, kini belum bisa dilakukan secara langsung, hanya bisa bertegur sapa secara virtual melalui layar monitor masing-masing.
Kondisi-kondisi tersebut menjadikan hubungan kekerabatan dan solidaritas manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dan saling tolong menolong lambat laun terkikis dalam pola kehidupan baru yang memaksa pergeseran nilai, pola pikir dan tingkah laku kehidupan masyarakat.
Menjadi manusia egois yang hanya memikirkan diri sendiri untuk bertahan hidup seperti pada awal kemunculannya yang seperti kasus panic buying, penimbunan masker dan hand sanitizer yang pada akhirnya menyusahkan orang lain dan hanya mencari keuntungan pribadi.
Bahkan ada kasus tes dengan alat swab antigen bekas, seperti contoh kasus di Bandara Kualanamu oleh karyawan laboratorium Kimia Farma yang menurut pemaparan Kapolda Sumatera Utara Inspektur Jenderal Panca Putra dimana tersangka memperoleh keuntungan hingga Rp 1,8 miliar.
Untuk itu, harus berpikir rasional dalam situasi dan kondisi pandemi seperti ini. Â Tidak memanfaatkan keadaan untuk keuntungan pribadi yang merugikan masyarakat. Seperti sebelumnya sebagai makhluk sosial yang hidup bersama-sama kita harus hidup saling menghormati, tolong menolong, dan toleransi antara sesama.
Karena sampai saat ini kita belum bisa menyingkirkan virus ini dari kehidupan kita, yang bisa kita lakukan adalah hidup berdampingan dengan Covid-19 tanpa menyentuhnya dan mencoba bersahabat dengan keadaan. Dengan selalu melaksanakan protokol kesehatan dan hati-hati dalam bertindak, dan kita berharap pandemi akan segera berakhir.