Ekonomi Nasional Resesi, Maluku Utara Justru Melesat

Sumber : Freepik.com
Sumber :
  • vstory

VIVA – Indonesia resmi mengalami resesi semenjak Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekomoni Indonesia yang negatif pada triwulan II dan triwulan III tahun 2020 silam.

Sultan Husain Alting Sjah Sebut Pilkada Momentum Selamatkan Martabat Rakyat

Pada triwulan III ekonomi terkontraksi sebesar 3,49 persen secara year on year (y-o-y) atau triwulan III-2020 dibandingkan triwulan III-2019. Sebelumnya di triwulan II ekonomi Indonesia bahkan turun sangat dalam sebesar 5,32 persen secara y-o-y.

Pada 5 Februari yang lalu, BPS merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV yang ternyata masih mengalami pertumbuhan yang negatif. Tercatat pertumbuhan ekonomi terkontraksi sebesar 2,19 persen secara year on year.

Fifian-Saleh Janji Tingkatkan Kualitas SDM di Kabupaten Sula, Begini Caranya

Artinya ekonomi Indonesia mengalami penurunan sudah 3 triwulan dan masih belum terlepas dari belenggu resesi yang disebabkan adanya pandemi Covid-19.

Ekonomi Malut Melesat

Dharma Pongrekun Sebut Indonesia Bakal Hadapi Resesi Super Berat di 2025-2030

Dibalik resesinya ekonomi Indonesia, ternyata ekonomi Provinsi Maluku Utara justru meningkat dan menjadi provinsi yang mengalami pertumbuhan paling besar. Dilihat secara kumulatif tahun 2020 (c-to-c), ekonomi Maluku Utara tumbuh sebesar 4,92 persen. Padahal ekonomi Nasional secara c-to-c mengalami penurunan 2,07 persen.

Di Indonesia, hanya ada 3 provinsi yang ekonominya positif yaitu Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua. Bahkan provinsi Bali yang selama ini pertumbuhannya baik, di tahun 2020 ini menjadi provinsi yang mengalami penurunan ekonomi terdalam yaitu sebesar 9,31 persen. Hal tersebut tak ayal diakibatkan pandemi Covid-19 ini.

Kunci Ekonomi Malut

Besarnya pertumbuhan ekonomi Maluku Utara ini tak terlepas dari pertumbuhan Lapangan usaha sektor industri pengolahan yang meroket. Selama 2020 industri pengolahan mengalami pelonjakan pertumbuhan sebesar 59,07 persen. Meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan disebabkan karena selama tahun 2020 volume ekspor feronikel yang melonjak sebesar 183 persen. Selain itu, terjadi penambahan jumlah smelter yang memproduksi feronikel.

Di samping itu, dilihat dari struktur penyumbang ekonomi Maluku Utara, sektor pertanian masih mendominasi dalam hal penyumbang ekonomi Maluku Utara terbesar. Sebesar 21,13 persen ekonomi Maluku Utara disumbangkan oleh sektor pertanian diikuti sektor perdagangan (15,95 persen), sektor administrasi pemerintahan (15,22 persen), dan sektor industri pengolahan (11,45 persen).

Hati-hati

Pemerintah Maluku Utara boleh berbangga dengan menjadi provinsi paling besar pertumbuhan ekonominya di Indonesia. Namun, harus tetap waspada dan berhati-hati sebab ekonomi Maluku Utara tahun 2020 jika dibandingkan tahun 2019 mengalami perlambatan sebesar 1,18 persen. Sebelumnya ekonomi Utara pada tahun 2019 tumbuh sebesar 6,10 persen.

Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi disebabkan penurunan tajam pada beberapa sektor lapangan usaha. Sektor Transportasi dan Pergudangan mengalami penurunan paling tajam sebesar 17,77 persen, diikuti dengan sektor penyedia akomodasi dan makan minum yang turun sebesar 7,50 persen.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, perlambatan ekonomi Maluku Utara disebabkan dari rendahnya konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga selama tahun 2020 mengalami pertumbuhan sebesar -0,24 persen. Padahal dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi salah satu penopang perekonomian Maluku Utara. Di tahun 2020, kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 51,71 persen dari total produk domestik regional bruto (PDRB) Maluku Utara. Artinya dari sisi pengeluaran ekonomi Maluku Utara sangat bergantung pada konsumsi rumah tangga.

Rendahnya konsumsi rumah tangga dikarenakan adanya penurunan aktivitas ekonomi selama pandemi yang mengakibatkan banyaknya pekerja yang dirumahkan dan mendapatkan pemutusan hubungan kerja, pemotongan gaji pegawai, dan sampai pada penurunan tingkat pendapatan secara signifikan.

Sehingga, berefek pada daya beli masyakat yang semakin melemah. Daya beli dan konsumsi masyarakat masih tertekan hingga triwulan IV tahun 2020. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan konsumsi masyarakat yang sangat rendah yaitu hanya 0,54 persen dibandingkan triwulan 4 tahun sebelumnya.

Meningkatkan perekonomian

Dengan besarnya pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian Maluku Utara, menggenjot pemulihan konsumsi rumah merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan perekonomian Maluku Utara di tengah pandemi ini. Salah satu cara meningkatkan konsumsi masyarakat ialah dengan meningkatkan pendapatan masyarakat itu sendiri.

Meningkatkan pendapatan masyarakat bisa dengan cara melanjutkan bantuan sosial yang ada selama 2020. Bantuan tersebut diharapkan dapat memulihkan daya beli masyarakat dan meningkatkan konsumsi masyarakat itu sendiri.

Meningkatnya konsumsi masyarakat artinya permintaan terhadap barang dan jasa pun meningkat sehingga mendorong peningkatan produksi dari lapangan usaha. Dan akhirnya dapat meningkatkan lagi perekonomian Maluku Utara bahkan Nasional di tengah pandemi Covid-19 ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.