Jujur dalam Akademik

source : https://kip.kapuaskab.go.id/berita/read/552/anatomi-kejujuran
Sumber :
  • vstory

VIVA – Di dalam dunia akademis, kejujuran adalah hal yang sangat penting. Kejujuran akademis dapat diartikan sebagai sifat jujur dalam segala hal yang menyangkut tentang pendidikan. Pendidikan adalah hal yang sangat penting kalau kita ingin bertahan dimasyarakat.Oleh karena itu,kita harus menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh.

Jenderal TNI AD Penyandang Gelar Akademik dan Kompetensi Terbanyak, Ada 12 Berbagai Bidang

Kejujuran dalam menuntut ilmu adalah suatu hal yang penting.Namun nyatanya masih banyak ditemukan kasus plagiarisme yang dilakukan oleh kalangan yang sudah terdidik sekalipun.

Yang dimaksud dengan plagiarisme adalah pengambilan atau penjiplakan suatu karya seseorang tanpa diberi izin dari orang tersebut. Plagiarisme dapat dianggap sebagai tindak pidana karena plagiarisme termasuk mencuri karya atau hak orang lain.

Terapkan Prinsip Keberlanjutan, IDSurvey Gandeng UI Garap Proyek Arboretum

Salah satu contoh kasus plagiarisme yang ada di Indonesia adalah kasus yang melibatkan mantan guru besar dari suatu universitas swasta ternama di Indonesia, sebut saja dosen “A”.

Dosen “A” dengan nekat mengirim tulisannya yang merupakan jiplakan dari orang lain ke surat kabar berbahasa Inggris. Tulisan yang dikirimkan dosen “A” pada tahun 2009 ternyata menjiplak tulisan karya seorang professor dari luar negeri yang sudah lebih dulu dipublikasikan pada tahun 2004.

Penegak Hukum Diminta Bijak Ungkap Fakta di Luar Persidangan

Tak hanya sekali,dosen “A” juga pernah menjiplak karya penulis asal Australia yang sudah dimuat di Australian Journal of Politic and History pada tahun 2007.

Selain kasus tersebut, masih ada juga kasus plagiarisme lainnya yang melibatkan kaum yang sangat terdidik yaitu para dosen.Contoh lainnya terjadi di salah satu perguruan tinggi negeri terkenal yang berada di kota Bandung.

Tak tanggung-tanggung,dosen yang terlibat kasus plagiarisme ini berjumlah 3 orang. Setelah penyelidikan, ternyata motif para pelaku untuk melakukan plagiarisme adalah untuk membuat tulisan guna mendapatkan gelar guru besar.

Yang sangat disayangkan adalah hukuman yang mereka dapatkan hanyalah sekadar penurunan pangkat dan jabatan. Mereka terhindar dari hukuman pemecatan. Ketua senat universitas tersebut berkata sanksi yang diberikan sudah sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS,dan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 17 tahun 2010 tentang plagiat di perguruan tinggi.

Kasus-kasus tersebut membuat masyarakat terheran-heran.Para dosen yang dinilai sebagai kalangan dengan ilmu yang sangat tinggi ternyata masih ada yang melakukan perbuatan tidak terpuji yaitu plagiarisme.Hal tersebut tentunya sangat memalukan.

Dalam contoh kasus yang pertama bahkan dosen tersebut mengirimkan karya hasil plagiarismenya ke jurnal internasional.Saat karyanya terbukti sebagai hasil dari plagiarisme, maka yang menanggung malu bukan hanya dosen yang bersangkutan, tetapi seluruh masyarakat Indonesia ikut menanggung malu akibat kelakuan dosen tersebut.

Dalam contoh kasus kedua,motif yang digunakan pelaku untuk melakukan plagiarisme adalah agar pelaku mendapatkan gelar guru besar.Dalam kedua kasus tersebut, plagiarisme dilakukan semata-mata hanya untuk mendapatkan ketenaran dan jabatan. Para pelaku melupakan kejujuran untuk mengejar hasrat pribadinya.

Ketidakjujuran dalam bidang akademis tidak hanya terjadi di kalangan dosen saja. Faktanya,sebagian besar perilaku tidak jujur dalam pendidikan terjadi pada saat seseorang masih duduk di bangku sekolah,baik sekolah dasar sampai universitas.

Kasus ketidakjujuran yang terjadi di sekolah paling banyak adalah menyontek. Menyontek adalah kegiatan menyalin jawaban dari orang lain dengan atau tanpa izin dari orang tersebut.

Menurut analisis saya, kegiatan menyontek banyak terjadi di kalangan pelajar karena sistem penilaian sekolah yang hanya menilai hasil,bukan prosesnya. Oleh karena itu, para pelajar juga menganggap hal yang paling penting dalam belajar adalah hasilnya,bukan prosesnya. Akibatnya, para pelajar akan melakukan segala cara agar mendapatkan hasil yang bagus,walaupun dengan cara menyontek.

Kesimpulannya, masih sangat banyak perilaku tidak jujur yang terjadi di bidang akademik. Mulai dari pelajar sampai guru/dosen masih banyak melakukan perilaku tidak terpuji seperti plagiat dan menyontek.

Sebagai solusi, saya menyarankan untuk mengganti sistem pendidikan sekarang yang berorientasi hasil menjadi berorientasi proses .Selain itu dibutuhkan juga peran dari orangtua untuk menanamkan nilai kejujuran kepada anaknya dalam bidang apapun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.