Sudah Siapkah Kita Belajar untuk Tahun 2021?
- vstory
VIVA – Pandemi COVID-19 telah merongrong kehidupan kita hampir satu tahun lamanya. Segala macam aktivitas harus beradaptasi mulai dari belajar, bekerja, belanja, dan lain sebagainya menjadi terpisah oleh jarak. Proses pembelajaran menjadi suatu hal yang berdampak besar bagi banyak pihak salah satunya mahasiswa itu sendiri.
Kondisi pembelajaran yang berubah total menjadi jarak jauh atau online, mengharuskan mahasiswa beradaptasi dengan cepat. Melakukan pembelajaran dari rumah, ternyata membuat diri merasa kurang termotivasi karena dirasa tidak adanya faktor eksternal secara tatap muka langsung.
Motivasi menjadi salah satu komponen kesehatan mental seseorang untuk mempengaruhi bagaimana orang ingin menghabiskan waktu mereka, berapa banyak energi yang mereka keluarkan untuk setiap tugas yang diberikan, bagaimana mereka berpikir dan merasakan tentang tugas tersebut, dan berapa lama mereka terlibat dalam tugas tersebut. (Urdan & Schoenfelder, 2006).
Di Indonesia, sudah hampir 2 semester dilaksanakan pembelajaran jarak jauh atau online, disertai dengan grafik dari pandemi Covid-19 yang belum turun secara signifikan. Banyak pihak yang mempertanyakan bagaimana sistem pembelajaran di tahun depan.
Lalu, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayan memberikan jawaban yaitu memberikan kebebasan kepada peran pemerintah daerah sebagai pihak yang paling mengetahui dan memahami kondisi, kebutuhan, dan kapasitas daerahnya. Pemberian kewenangan penuh dalam menentukan izin pembelajaran tatap muka tersebut berlaku mulai semester genap tahun ajaran dan tahun akademik 2020/2021, di bulan Januari 2021.
Sudah siapkah kita menuju pembelajaran di 2021 nanti? Keterbatasan yang dialami selama pembelajaran di masa pandemi Covid-19 memang menjadi hambatan. Namun, sebuah penelitian yang dilakukan pada mahasiswa di salah satu Universitas di Jakarta menunjukkan bahwa terdapat 3 aspek yang dapat menuntun pelajar untuk tetap termotivasi dalam belajar
Pada aspek personal, mahasiswa menunjukkan keinginannya untuk tetap belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Mengingat mimpi yang harus diraih menyebabkan kita pelajar tetap berusaha meski situasi sulit.
“Apa yang membuat saya termotivasi untuk belajar selama pandemi Covid-19 adalah karena keinginan saya untuk menjadi guru, jadi meskipun pembelajaran semester ini terganggu dan pembelajaran online, saya selalu mencoba untuk mendorong diri saya untuk belajar mandiri demi mimpi saya untuk menjadi guru” berdasarkan essay reflektif yang dituliskan mahasiswa
Selain itu, dorongan untuk terus belajar juga timbul akibat pandangan religius, di mana belajar adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan dan juga akibat adanya perasaan bersyukur karena Allah SWT telah memberikan kesempatan untuk dapat melanjutkan pendidikan tinggi.
Tidak hanya itu, selama masa seperti ini memberikan reward bagi diri sendiri setelah melakukan sesuatu meskipun itu hal yang kecil dapat membuat kita terus semangat dalam pembelajaran
“Aku seneng ngasih hadiah kecil setelah aku menyelesaikan tugas yang ku pikir susah, hadiah itu seperti buat makanan favorit atau nonton film dan masih banyak lagi,” tutur mahasiswa dalam suatu FGD.
Dalam aspek sosial, dorongan untuk belajar didapatkan dengan mencoba mencari motivasi dari luar, bisa berupa kisah tokoh sukses ataupun quotation yang dapat meningkatkan semangat belajar.
Dorongan sosial lainnya yang menyebabkan mahasiswa tetap termotivasi belajar adalah karena hubungan mereka dengan keluarga serta teman-teman. “Melihat saudara dan sepupu saya mengerjakan tugas sekolah membuat saya termotivasi untuk melakukannya juga,” tutur salah satu mahasiswa
Mengkondisikan lingkungan yang kondusif selama belajar di rumah menjadi hal yang krusial, karena lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan mood dalam belajar.
Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan membuat lingkungan belajar sesuai dengan preferensi masing-masing. Hal ini menjadi keunggulan ketika belajar di rumah dibandingkan saat belajar tatap muka.
Sesuai dengan keputusan pemerintah tiap daerah mengenai pembelajaran pada tahun 2021 yang akan datang nantinya, baik secara online maupun tatap muka. Oleh sebab itu, diharapkan kita dapat belajar dari sembilan bulan ini untuk menghadapi pembelajaran di tahun 2021.
Tahun 2020 dapat menjadi refleksi untuk mempersiapkan diri di tahun 2021. Belajar dari penelitian yang telah disebutkan, kita menjadi mengetahui penyebab dan solusi dari pelajar agar tetap termotivasi meskipun situasi sulit dan keterbatasan yang ada. Menjadi pelajar yang resilien untuk menghadapi tantangan di masa mendatang. (Arindi Vindi dan Febrie Wulandari, Universitas Indonesia)