Emansipasi R. A. Kartini, Penentang Naturalisme Jawa
- vstory
VIVA – Suku Jawa, dikenal dengan orang-orang yang sangat menjunjung tinggi akan adat istiadat ketimuran. Sebelum adanya emansipasi yang digagas oleh R. A. Kartini dalam budaya keluarga Jawa, kaum wanita sebagian besar waktunya hanya dihabiskan di rumah.
Sudah sedari kecil para wanita ini hanya difokuskan untuk nantinya mengurus rumah tangga mereka masing-masing. Hal tersebut sudah menjadi sebuah ketetapan yang sudah turun temurun dilakukan, mereka meyakini bahwa wanita dikodratkan untuk mengurus rumah tangga dan keluarganya sedangkan untuk urusan kebutuhan keluarga sudah menjadi kewajiban lseorang pria selaku kepala keluarga.
Dalam urusan pendidikan wanita juga dianggap tidak terlalu perlu untuk mendapatkannya, alasannya karena peran wanita itu sendiri yang tidak memerlukan pendidikan formal.
Memang ada sebagian wanita yang mampu mengenyam pendidikan akan tetapi itu hanya berlaku untuk para bangsawan. Secara tidak langsung budaya tersebut seolah-olah menempatkan wanita dalam kedudukan rendah dan merampas hak ataupun kebebasan dari wanita itu sendiri.
R. A. Kartini muda tergerak hatinya melihat budaya yang telah mendarah daging di sukunya tersebut. Menurut pandangan R. A. Kartini hal tersebut tidak benar, wanita juga memiliki hak yang sama dengan pria. Terbesitlah hati R. A. Kartini untuk memperjuangkan hak-hak kaumnya. R. A. Kartini juga terinspirasi oleh wanita-wanita barat yang bebas untuk mengenyam pendidikan.
Emansipasi wanita yang dilakukan oleh R. A. Kartini merupakan salah satu perjuangan dari feminisme. Feminisme sendiri bertujuan untuk mensejajarkan derajat antara wanita dengan pria untuk memperoleh hak-hak yang sama.
Feminisme tidak bertujuan untuk menjatuhkan para pria atau menginginkan derajat yang lebih tinggi dari kaum pria. Dibalik kebaikan emansipasi yang dilakukannya ini terdapat sebuah pelanggaran yang dilakukan oleh sosok R. A. Kartini.
R. A. Kartini merupakan seorang keturunan ningrat, anak dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M. A. Ngasirah. Sudah selayaknya R. A. Kartini sebagai seorang ningrat menjujung tinggi akan adat istiadat dan budaya yang dimiliki oleh orang-orang Jawa.
Bukannya menentang dan merubah tatanan yang telah ada dari masa leluhurnya tersebut. Karena hal tersebutlah sebagian orang-orang banyak yang tidak suka akan apa yang dilakukan oleh R. A. Kartini., mereka menilai perbuatan R. A. Kartini telah menyalahi aturan.
Meskipun banyak yang tidak suka akan tindakannya, R. A. Kartini tetap meneruskan perjuangannya tersebut. Dalam perjuangannya R. A. Kartini didukung oleh sang suami yaitu K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.
Penentangan yang dilakukan oleh R. A. Kartini terhadap Naturalisme Jawa memang bagi sebagian orang saat itu adalah tindakan yang salah. Akan tetapi penetangan yang dilakukan oleh R. A. Kartini ini sejatinya adalah penentangan yang bersifat positif. Dari penentangan tersebut memberikan manfaat yang baik bagi para kaum wanita.
Saat ini dapat kita rasakan manfaat dari emansipasi yang telah dilakukan oleh R. A. Kartini. Para wanita sudah tidak lagi hanya mengurusi rumah tangga dan keluarga. Peran wanita saat ini semakin berkembang dan sangat penting pada segala bidang.
Sejak kecil mereka telah mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan bahkan dapat melanjutkan sampai kejenjang ynag lebih tinggi lagi. Dalam urusan pekerjaan untuk posisi-posisi yang biasanya diisi oleh para pria juga dapat diisi oleh wanita.
Contohnya adalah kedudukan sebagai seorang pemimpin sekarang bukan saja dijabat oleh pria melainkan wanita juga dapat berada di posisi tersebut. Wanita saat ini telah diapresiasi dan tidak diremehkan lagi.