Cendekiawan Cilik Hadirkan Pendidikan Islami bagi Anak Usia Dini
- vstory
VIVA – Usia dini dikenal sebagai usia emas anak atau the golden age. Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003, usia dini seorang anak berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pendidikan usia dini menjadi salah satu bagian penting untuk mendukung perkembangan anak dalam upaya menggali potensi dalam dirinya.
Netti Herawati, Ketua Umum Himpunan PAUD Indonesia menyatakan kualitas program lembaga pendidikan anak usia dini masih rendah. Selain itu, Netti melanjutkan bahwa keterlibatan keluarga belum sejalan dengan program PAUD.
Banyak isu permasalahan ketidaksiapan anak di sekolah dasar berakar dari tidak tuntasnya perkembangan anak pada usia dini. Kemunculan isu tersebut bisa dihindari dengan adanya peran orang tua lebih mendalam mengenai stimulasi perkembangan anak, pendidikan karakter, dan perkembangan sosial-emosi anak.
Hurriyyatun, Azka, dan Andi, selaku penggagas Cendekiawan Cilik hadir untuk memberi salah satu solusi dalam pengembangan PAUD. Pada masa pandemi seperti saat ini, kegiatan Cendekiawan Cilik yang berbasis Islamic Brain Based Learning ini dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom.
Cendekiawan Cilik merupakan sebuah katalis yang mendorong kemajuan pendidikan Indonesia yang dikhususkan untuk pendidikan anak usia dini. Kegiatan Cendekiawan Cilik dilengkapi dengan kurikulum praktis mengenai ajaran-ajaran Islam dan pembentukan karakter bagi anak usia dini.
"Kegiatan di Cendekiawan Cilik semua dirancang untuk menumbuhkan karakter anak yang kreatif, bertakwa, senang belajar, memiliki rasa penasaran yang tinggi, berani, dan percaya diri serta selalu berpedoman pada Al-Quran dan Hadits," tegas Hurriyyatun yang juga merupakan alumni dari penerima beasiswa Bakrie Graduate Fellowship (BGF).
Kegiatan yang dilakukan Cendekiawan Cilik selain menjadi wadah edukasi bagi anak usia dini, juga aktif memberikan seminar bagi para orang tua. Seminar yang biasa dilakukan terdiri dari ilmu parenting bagi orang tua, mengolah kreatifitas anak, stimulasi tepat bagi anak, dan sebagainya.
Kurikulum Cendekiawan Cilik didesain untuk memudahkan orang tua dalam menstimulasi perkembangan anak. Stimulasi yang dilakukan ditujukan untuk mengolah emosi anak, perkembangan otak, perkembangan kognitif, perkembangan sosial-emosi, perkembangan motorik, kemandirian anak, serta ketangguhan anak.
Berdasarkan informasi dari akun resmi @cendekiawancilik, terdapat kelas stimulasi anak yang diikuti lebih dari 540 peserta usia 2 sampai 6 tahun. Para pesertanya datang dari dalam dan luar negeri. Banyaknya peserta membuktikan bahwa hadirnya Cendikiawan Cilik disambut antusias oleh masyarakat.
"Aku puas dengan kegiatan yang diberikan. Pencapaian anak setiap hari lebih terukur dengan adanya papan reward. Banyak kegiatan yang ditujukan untuk anak dan juga orang tuanya. Semua kegiatan ditujukan kepada Al-Qur'an dan Hadits," terang Alina Rasya, orang tua dari peserta Cendekiawan Cilik pada Ramadan lalu.
Antusiasme masyarakat merupakan pembuktian bahwa peran Cendekiawan Cilik sangat membantu orang tua dalam menstimulasi anak. Pemberian stimulasi yang tepat secara terstruktur melalui aktivitas yang menyenangkan merupakan komponen penting untuk mengoptimalkan keterampilan motorik, kognitif, hingga spiritualitas anak.
Religiusitas anak ditumbuhkan sedari dini untuk menanamkan karakter anak yang kreatif dan bertakwa. Tentunya hal ini akan membuat anak lebih siap dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. (Penulis: Fadhil Machmud)