Menghadirkan Hak Mendapatkan Pendidikan bagi Semua Anak

Umi Qodarsasi bersama anak-anak didik (Dok.Pribadi)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Umi Qodarsasi merupakan salah satu alumni Bakrie Graduate Fellowship yang berprestasi. Ia menyelesaikan pendidikan magisternya di Universitas Gadjah Mada dengan Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.

Polisi Cek Kondisi Anak 9 Tahun Usai Dianiaya dan Dipaksa Minum Miras oleh 4 Pria di Tangerang

Ia menjadi salah satu dari 10 awardee Bakrie Center Foundation di tahun 2014. Saat ini, Umi mengajar di IAIN Kudus untuk Prodi Pemikiran Politik. Tak hanya mengajar, Umi pun aktif dalam berbagai penelitian, kegiatan masyarakat, serta mengikuti beberapa kegiatan sosial.

Kegiatan sosial yang ia tekuni saat ini yaitu menggagas Gerakan Tunas Bangsa (Tuntun Anak Bangsa, Bantu Gapai Asa dan Beasiswa)dan Kelas Inspirasi Kudus (KI Kudus).

PBB: Kematian Anak Palestina akibat Dibunuh Tentara Israel di Tepi Barat Naik Tiga Kali Lipat

Kedua komunitas tersebut lahir dari pengalamannya ketika bergabung dengan Gerakan Indonesia Mengajar saat bertugas di teras utara Indonesia, yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Saat itu, ia mengabdi selama satu tahun di Pulau Beeng Darat.

Selepas menyelesaikan pendidikan magister, Umi memutuskan pulang kampung ke Kudus untuk membangun kampung halamannya. Ia mulai menjalin jejaring dengan beberapa alumni Gerakan Indonesia Mengajar, kebetulan beberapa diantaranya asli Kudus.

KPAI Sebut Anak-anak Rentan Jadi Objek Politik Selama Tahapan Pilkada 2024

Secara bersama-sama, Umi dan beberapa alumni Gerakan Indonesia Mengajar asal Kudus, mendirikan Gerakan Tunas Bangsa. Gerakan Tunas Bangsa merupakan gerakan sosial yang mendorong para remaja untuk meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Kenyataannya, banyak remaja yang mempunyai potensi besar dan semangat tinggi belajar namun banyak yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena kendala biaya, minimnya informasi beasiswa, maupun kurangnya dukungan dari keluarga.

“Melalui Gerakan Tunas Bangsa kami mencoba untuk menyediakan wadah bagi mereka untuk mendapatkan mentoring agar siang untuk melangkah menuju perguruan tinggi yang mereka impikan,” jelasnya melalui pesan singkat.

Selain membentuk hubungan mentor dan mentee untuk proses mentoring Gerakan Tunas Bangsa juga memberikan bantuan pendidikan. Bantuan ini diberikan oleh donatur. Donatur di sini bukan hanya memberikan bantuan uang saja, tetapi juga turut menjadi mentor bagi adik-adik mentee.

Setiap donatur memberikan donasi berupa materi sebesar Rp. 100.000/ bulan selama satu tahun yang dapat disalurkan melalui rekening yang telah dirujuk. Selama satu tahun pelajaran sebesar Rp 1.200.000 akan diberikan kepada Mentee Gerakan Tunas Bangsa.

Sedangkan Kelas Inspirasi Kudus (KI Kudus), dibentuk bersama dengan rekan-rekan yang memiliki passion yang sama di bidang pendidikan.

“Awalnya kami membentuk panitia kecil yang terdiri dari sekitar 10 orang inisiator. Kemudian kami membuka rekrutmen terbuka Panitia Lokal Kelas Inspirasi Kudus. Kami melakukan seleksi terhadap pendaftar yang masuk. Dari seleksi itu terpilih 49 orang,” lanjut Umi.

Kegiatan Pekan Inspirasi Kudus di Kudus Extention Mall (Dok.Pribadi)

Kegiatan Pekan Inspirasi Kudus di Kudus Extention Mall (Dok.Pribadi)

Pemikiran awal dari gerakan ini adalah untuk memperluas wawasan siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) di desa pinggiran terkait dengan profesi dan cita-cita. Selama ini anak-anak di desa cenderung mengenal sedikit profesi. Rata-rata ketika mereka hanya mengetahui profesi guru, polisi, dan tentara. Melalui gerakan ini para relawan profesional dari berbagai bidang hadir untuk bercerita langsung terhadap anak-anak tentang profesinya.

Berbagi inspirasi kepada siswa-siswi Kelas VI SDN 01 Setrokalangan Kaliwungu Kudus (Dok.Pribadi)

Berbagi inspirasi kepada siswa-siswi Kelas VI SDN 01 Setrokalangan Kaliwungu Kudus (Dok.Pribadi)

Awal perjalanan inisasi Kelas Inspirasi Kudus tidak semulus yang kita prediksikan. Tantangan awal berasal dari stakeholder (dalam hal ini Dinas Pendidikan) yang tidak mengizinkan untuk beraktivitas di sekolah-sekolah.

KI Kudus berusaha untuk bagaimana meyakinkan, bagaimana bernegosiasi, dan bagaimana berkomunikasi secara lebih intens supaya timbul kesepahaman yang sama dengan stakeholder daerah. Selain membangun komunikasi dengan Dinas Pendidikan, KI Kudus juga melakukan audiensi dengan Bupati Kudus dan Ketua DPRD Kudus untuk memperkenalkan gerakan ini. dan mendiskusikan masalah pendidikan di Kabupaten Kudus.

Dengan kedua gerakan sosial tersebut, Umi berharap pendidikan bagi anak-anak di desa dan dari kalangan kurang mampu akan jauh lebih baik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.