Profil Deddy Mulyana, 'Bukan' Kacang Lupa Kulit
- vstory
VIVA – Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. atau lebih akrab dengan sapaan Prof. Deddy merupakan salah satu guru besar di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran dan Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Dia lahir di Bandung pada 28 Januari 1958. Selama hidupnya, dia sudah berkelana melanglang buana di bidang akademik.
Prof. Deddy lulus dari Prodi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran pada tahun 1981 lalu memperoleh gelar M.A. Dari Departemenof Communication Studies, Northern Illinois University, AS dengan selisih waktu 5 tahun yaitu tahun 1986. Selanjutnya dia mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1996 dari Departement of Anthropology and Sociology , Monassh University of Australia.
Semasa berkuliah di Universitas Padjadjaran, dia pernah terpilih menjadi mahasiswa teladan universitas Padjadjaran pada tahun 1981. Di tahun yang sama juga, dia mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional. Selain itu pada tahun 1986, Prof. Deddy memperoleh penghargaan sebagai Excellent Fulbright Student dari Department of Communication Studies Northern Illinois University.
Pada tahun 1982, Prof. Deddy ditunjuk sebagai dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Dalam Kurun waktu empat belas tahun tepatnya pada tahun 1996, Prof. Deddy Ditunjuk sebagai Ketua Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
Ia menjabat selama empat tahun dari tahun 1996-1999.Tak hanya itu, pada tahun 2004 sampai 2008 dia menjadi Ketua (Sub) Program Studi Ilmu Komunikasi Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Dilanjutkan tahun 2008 dia menjadi Dekan fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran selama dua periode sampai tahun 2016 lalu.
Di usianya yang relatif muda, Prof.Deddy telah mencapai jabatan tertinggi bagi seorang akademisi yaitu menjadi Guru Besar di Universitas Padjadjaran pada 1 Februari 2003. Ia diangkat menjadi guru besar di usia 45 tahun. Hal tersebut berkat perolehan prestasi yang didapatnya semasa kuliah dan saat menjadi dosen.
Di balik banyak prestasi yang diperolehnya dan selain dikenal dengan seorang guru besar, Prof. Deddy dikenal juga sebagai seorang penulis. Mulai dari menulis cerita pendek, puisi, melakukan puluhan kali penelitian ilmiah, hingga puluhan jurnal ilmiah telah ditulis dan dipublikasikan.
Salah satu jurnal ilmiah yang paling awal ditulisnya yaitu “Kendala-Kendala Pengembangan Penelitian Komunikasi di Indonesia.” Jurnal ISKI, Vol.III/April tahun 1999.
Prof.Deddy juga telah menulis sekitar 30 buku yang beberapa di ataranya merupakan terjemahan. Buku yang sudah terbit di antaranya : Nuansa – Nuansa Komunikasi:Meneropong Politik dan Budaya Masyarakat Kontemporer (1999), Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (2001), Terjemahan dari Komunikasi Bisnis Lintas Budaya (2004), dan masih banyak lagi.
Salah satu buku yang sampai saat ini masih digunakan di universitas - universitas Indonesia, yaitu “Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar “ yang awal terbit tahun 2000 dan buku ini telah mengalami revisi pada tahun 2018 lalu.
Selain menjadi Guru Besar di Universitas Padjadjaran, Nama Prof.Deddy juga sangat dikenal baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam perjalanan karier akademiknya, ia sudah berkelana ke berbagai manca negara.
Atas usaha dan prestasinya tersebut, di luar Universitas Padjadjaran Prof.Deddy ditunjuk menjadi guru besar tidak tetap di Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung.
Selain di Indonesia, Lulusan Jurnalistik Unpad ini juga menjadi Peneliti dan Guru Besar tamu di berbagai Universitas di Dunia. Di antaranya, Northern Illinois University, Amerika Serikat tahun 2000, Technische Universitat, Ilmenau Jerman pada tahun 2002, 2005, Randolph-Macon Woman’s Collage, Lynchburg Virginia AS pada tahun 2004, Leiden University pada tahun 2005, 2006, Monash University tahun 2009, 2011, Universitas Malaya pada tahun 2011.
Perjalanan karier Prof.Deddy di bidang akademik memang dapat dikatakan menakjubkan. Namun dibalik karier yang cemerlangnya tersebut, ia tetap bersilaturahmi bahkan kerap mengisi perkuliahan di tempat di mana awal perjalanannya dimulai. Yaitu di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Sesuai dengan hal yang pernah ia katakan bahwa dengan kita rajin bersilaturahmi kita akan merasakan suasana yang hatinya bahagia dan emosinya terkendali.