Hadiah dan Hidayah, Pilih Mana?
- vstory
VIVA – Senang rasanya ketika kita menerima hadiah dari seseorang. Tentu ada kebanggan tersendiri dalam dalam diri. Pada hakikatnya, hadiah merupakan pemberian dari seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan orang lain. Kapan saja orang bisa melakukannya, namun ada waktu-waktu tertentu yang biasanya digunakan untuk memberi hadiah.
Di waktu lebaran misalnya, mulai dari anak-anak hingga remaja, tak sedikit dari mereka yang mengharapkan hadiah. Momen ini menjadi ciri khas tersendiri di Hari Raya umat Islam. Para orang tua, sanak saudara, hingga keluarga pun saling berlomba-lomba dalam memberi.
Momen memberi hadiah juga bisa kita lihat pada saat ulang tahun. Orang yang berulang tahun akan mendapat hadiah dari saudara, teman, sahabat dan lainnya. Betapa bahagianya saat-saat itu. Dalam pemberian hadiah, ada si pemberi dan si penerima. Nah, si penerima inilah bisa dikatakan orang yang spesial.
Kemudian ada hidayah, yang merupakan perkara penting dalam kehidupan manusia. Mengapa demikian? karena hidayah merupakan sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia maupun di akhirat. Manusia akan menjadi sebaik-baik manusia pun melalui hidayah-Nya.
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)” (al-A’raaf: 178)
Baik hadiah maupun hidayah sebenarnya berasal dari akar kata yang sama. Yakni, had?-yahd? dan ahd?-yuhd?. Karena berasal dari asal kata yang sama, maka makna yang dihasilkan pun tak jauh berbeda.
"Hidayah sama dengan kata hadiah. Hadiah adalah sebuah anugerah yang diberikan kepada satu pihak, dikemas atau dibungkus yang bagus, diserahkan dengan lemah lembut, untuk menunjukkan kasih sayang si pemberi," kata KH Quraish Shihab.
Menurut Quraish Shihab, mengenai hidayah, Allah menurunkan hidayah dalam dua bentuk. Pertama, ialah pemberian yang tanpa diawali dengan permintaan. Hidayah seperti ini terjadi pada semua makhluk Allah, baik itu manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan makhluk lainnya.
Kedua, yakni hidayah yang diserahkan secara penuh kepada manusia. Mengenai hal ini, Allah telah mengajarkan kepada kita tentang suatu perkara, kemudian manusialah yang bebas melakukannya. Sebagai contoh, ketika adzan berkumandang, bahwa tak semua orang mau memenuhi panggilan adzan tersebut. Itulah hidayah bagi orang-orang yang memenuhi panggilan adzan tersebut.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa penerima hadiah adalah orang spesial. Begitupun dengan al-Qur’an. Ia adalah kitab penyempurna kitab sebelumnya, dan diturunkan atau dihadiahkan pula kepada orang yang istimewa. Kitab suci ini menjadi pedoman hidup manusia di dunia.
”Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar” (QS. Al-Isra: 9)
Dengan menjadikan al-Qur’an sebagai teman hidup, maka manusia akan mendapati jalan keselamatan. Dan sebagai teman, al-Qur’an juga harus diperlakukan secara istimewa. Kita bisa membaca, menghafalkan, dan mengamalkannya.
Kebahagiaan dan ketentraman jiwa akan dirasakan bagi yang mendapat hidayah. Semoga kita senantiasa berada di jalan kebaikan dan istiqamah dalam beribadah. Al-Qur’an yang menjadi hadiah sekaligus hidayah bagi manusia, selalu bersama kita dan kelak akan mendapat syafaat darinya. Aamiin..