Apakah Marah Berasal dari Luar Diri Kita?
- vstory
VIVA – Tidak jarang kita marah karena situasi tertentu atau orang lain melontarkan kata-kata yang menyakiti dan dapat membuat kita merasa marah. Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup.
Pertanyaannya adalah, apakah kemarahan berasal dari luar diri kita? Menurut seorang pemimpin spiritual Zen dan aktivis perdamaian, Thich Nhat Hanh, kemarahan bukan sesuatu yang menyenangkan, seperti lumpur. Tetapi tanpa lumpur kita tidak dapat menumbuhkan bunga lotus.
Lumpur tersebut diperlukan oleh bunga lotus. Jadi seperti lumpur berguna bagi bunga lotus, amarah itu juga berguna bagi kita. Jadi, mungkin amarah itu tidak perlu dikeluarkan, tidak perlu dibuang. Menurut dia, jika kita bisa mengambil yang baik dari rasa marah itu, kita dapat menumbuhkan perasaan damai, sukacita dan pengampunan.
Marah berasal bukan dari luar tapi dari dalam, karena kita tidak mengerti, oleh karena itu kita tidak dapat mencintai. Jika kita bisa mendengar dan melihat dengan lebih mendalam, kita dapat mengerti dan jika kita mengerti kita dapat mencintai.
Ketika orang lain mengatakan hal yang tidak menyenangkan kepada kita, kita menjadi marah dan ingin menghukum orang itu dengan memukulnya. Namun, reaksi kita sebaiknya adalah melatih menarik napas dalam-dalam.
Lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa jika orang tersebut bahagia, dia tidak akan berbuat seperti itu. Namun, karena dia tidak bahagia, dia lalu menghukum orang lain juga menderita. Dia tidak bisa mengendalikan amarahnya.
Jadi ketika kita melihat orang yang melukai kita, sebaiknya kita bersimpati dengan mengatakan, "Saya tahu kamu menderita, jadi saya tidak marah kepadamu." Kenali amarah itu di dalam dirimu dan di dalam dirinya.