Mendongkrak Potensi Kopi Jember
- vstory
VIVA – “Lain daerah lain kopinya, Lain kebun lain rasanya”, mungkin demikian adagium yang bisa menggambarkan karakteristik komoditas kopi.
Berdasarkan spesiesnya, sebenarnya hanya ada dua jenis kopi yang terkenal di dunia, yakni Kopi Arabika dan Kopi Robusta.
Namun kondisi tanah, iklim, dan ketinggian wilayah merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi cita rasa kopi yang dihasilkan. Sehingga meskipun jenis kopi yang ditanam merupakan spesies yang sama, namun cita rasa dan keunikan kopi yang dihasilkan boleh jadi berbeda.
Kekayaan alam dan keunikan kondisi geografis Indonesia, membuat Indonesia memiliki banyak jenis kopi berdasarkan kekhususan wilayahnya.
Sebut saja beberapa jenis kopi nusantara yang terkenal, bahkan sampai mendunia antara lain: Kopi Luwak, Kopi Gayo dari Aceh, Kopi Kintamani dari Bali, Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan, Kopi Java Ijen Raung dari Bondowoso, Kopi Rangsang Meranti dari Riau, Kopi Bajawa dari Flores, Kopi Temanggung dari Jawa Tengah, Kopi Mandailing dari Sumatera Utara, Kopi Gunung Puntang dari Jawa Barat, Kopi Tanggamus dari Lampung, dan lain sebagainya.
Jember sebagai salah satu daerah yang sejak lama telah dikenal sebagai penghasil kopi, juga memiliki jenis kopi dengan kekhususan dan keunikan tersendiri, yang jika dikembangkan dengan serius berpotensi untuk menjadi kopi yang mendunia. Berikut ini produk kopi khas Jember yang perlu diketahui:
Kopi ini merupakan salah satu kopi kopi khas Jember yang dihasilkan dari biji kopi yang ditanam di Lereng Argopuro. Nama Rengganis diambil dari yang nama puncak dari Gunung Argopuro, yang juga merupakan nama seorang dewi berparas cantik jelita dalam salah satu Legenda Jawa.
Selain karakter tanah, ketinggian, dan iklim dimana kopi ini ditanam, hal lain yang menjadikan kopi ini berbeda adalah teknik yang dipakai dalam memanen dan mengolah biji kopi hasil panen.
Kopi Rengganis dipanen dengan menggunakan metode modern. Metode modern disini tidak berarti menggunakan alat-alat modern, tetapi menggunakan cara dan memperhatikan standar modern dalam pemanenan biji kopi yang disebut Sistem Honney. Sistem pemanenan ini dilakukan dengan benar-benar memperhatikan warna buah kopi yang sudah matang.
Buah kopi yang sudah dipanen akan dipisahkan dari kulitnya dan dipotong, namun daging buah tidak dipisahkan dari biji kopi. Proses pengeringannya dilakukan selama 2 minggu jika mendapat cahaya matahari terus menerus. Namun jika musim penghujan, proses pengeringan bisa berlangsung selama 4 bulan. Inilah yang menjadikan keunikan cita rasa Kopi Rengganis.
Keberadaan Kopi Rengganis, berikut keunikan cita rasanya menjadi daya Tarik tersendiri bagi para penikmat kopi, sekaligus berpotensi menjadi salah satu ikon Kabupaten Jember. Meskipun kopi ini memiliki ciri khas dan keunikan rasa, namun harga Kopi Rengganis masih tergolong murah. Harga 1 kg Kopi Rengganis hanya dibanderol dengan harga mulai dari Rp 25.000 saja untuk biji hijau, sedangkan untuk kopi yang sudah diolah dan disangrai menapai Rp 50.000 hingga Rp 60.000 ribu per kilonya.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan lahan dan kurangnya edukasi terhadap petani tentang proses pengolahan kopi.
Kopi ini dihasilkan dari perkebunan kopi yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Kahyangan, yang merupakan salah satu Perusahaan BUMD di Jember.
Kopi ini merupakan salah satu produk kopi khas Jember yang nampaknya perlu mendapat perhatian secara lebih serius dari pemerintah daerah dalam upaya memajukannya.
Meskipun memiliki aroma dan cita rasa yang cukup baik, namun kopi ini agaknya kesulitan menghadapi persaingan berat dengan jenis kopi-kopi lain yang ada.
Selain itu, surutnya produk kopi ini juga karena terkena imbas dari pengelolaan PDP Kahyangan yang terkesan kurang profesional bahkan salah urus sehingga mengakibatkan kerugian terus-menerus beberapa tahun terakhir ini.
Biaya operasional di PDP Kahyangan mencapai Rp3,6 miliar setiap bulan, sedangkan pendapatan dari sejumlah komoditas hanya Rp1,6 miliar, sehingga kerugiannya sebesar 2 miliar per-bulan.
Dengan kondisi keuangan semacam itu, PDP Kahyangan tentu sulit memenuhi target agar bisa menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 3,5 miliar.
Belum lagi permasalahan Tagihan pembelian karet 159 ton kepada PT. Nanggala Mitra Lestari (PT. NML) Surabaya senilai Rp 3,9 miliar lebih dan uang senilai Rp 1 miliar yang dipinjam oleh manajemen Persid yang belum dibayar menambah kemelut permasalahan di PDP Kahyangan.
Beruntungnya pada awal tahun 2018 kasus tersebut berhasil diselesaikan di Kejaksaan Jember. PT Nanggala akhirnya bersedia membayar utang pada PDP Kahyangan utang senilai Rp 3,9 miliar dengan cara mengangsur minimum Rp 300 juta setiap bulan yang akan dimulai bulan Maret 2018.
Memang untuk memajukan Kopi Kahyangan nampaknya diperlukan langkah-langkah yang tidak mudah. Upaya tersebut antara lain perlu diawali dengan penuntasan kemelut permasalahan yang diikuti penataan menejemen dan pengelolaan yang lebih profesional pada institusi PDP.
Sedangkan berkaitan dengan produk Kopi Kahyangan, dibutuhkan kreativitas dan inovasi lebih dalam meningkatkan nilai unggul kopi ini disertai upaya lebih keras dalam mengenalkan dan memasarkan produk Kopi Kahyangan, sebagai produk kopi lokal Jember.